Pintu ruangan itu dibuka dengan pelan, tubuh tegapnya memperhatikan seorang wanita yang menatap lurus ke luar jendela dengan pandangan kosong, wanita itu membelakanginya.
Kakinya melangkah dengan perlahan, menghampiri wanita yang selalu ia rindukan itu. Berhenti tepat di depannya, berlutut di sana sembari mengecup lembut telapak tangannya.
"Mama, Opal datang."
Pemuda itu, Opal, memeluk pinggang wanita yang hanya diam itu. "Maaf Opal jarang datang belakangan ini, Opal kangen banget sama Mama."
Opal menidurkan kepalanya pada paha sang ibu.
"Dunia ini keras Ma, Opal gak tahu sampai kapan Opal bisa bertahan." Pria itu terkekeh. "Tapi Opal akan selalu bertahan untuk Mama, doain Opal supaya Opal kuat ya Ma."
Opal menghela napasnya. "Ma, Mama tau gak, teman Opal ditangkap sama polisi Ma, Criminal sekarang gak baik-baik aja. Kami diperintahkan untuk kembali ke kehidupan awal kami, tapi Opal belum siap Ma, Opal belum siap balik lagi ke rasa sakit itu."
Opal terkekeh. "Opal lemah ya Ma? Masa Opal udah segede ini masih gak berani ngehadapin Papa." Opal sekarang tertawa. "Papa jahat sih soalnya."
Tiba-tiba pria itu meneteskan air mata. "Ma, Brian bilang dunia hanya berpihak kepada orang kaya. Tapi kenapa kita sama sekali gak bahagia? Opal cuma mau bahagia sama Mama sama Papa, tapi kenapa itu kayak sulit banget Ma? Apa gak ada sedikit aja rasa sayang Papa buat kita Ma?"
Opal mengusap air matanya kasar. "Ma, Opal ijin pulang ke rumah. Opal sebenarnya gak mau, tapi ini demi kebaikan Criminal. Ma, mungkin untuk beberapa waktu ke depan, Opal bakalan jarang jengukin Mama. Mama sehat-sehat ya di sini, dengerin apa kata suster. Secepatnya Opal akan jenguk Mama lagi."
Opal mengecup punggung tangan ibunya, lalu berlanjut ke keningnya. Hatinya sakit melihat wanita yang selalu bersikap lembut kepadanya itu tidak merespon sama sekali, kerasnya hantaman batu penghianatan membuat keduanya trauma. Opal berhasil keluar meskipun tubuhnya dipenuhi luka, tapi Ibunya terperangkap di sana.
Bagaimana perasaanmu ketika di hari ulang tahun pernikahan orang tua kalian, ayah kalian malah membawa seorang wanita lain ke rumah dan memperkenalkannya sebagai kekasihnya?
Bagaimana dengan Opal yang waktu itu masih belum dewasa sepenuhnya?
Opal dendam? Ya! Pria itu dendam tentu saja, bara api itu masih membakar di dadanya dan tidak semudah itu untuk memadamkannya.
★★★
Langkahnya berhenti di depan sebuah gerbang mansion mewah. Mansion itu adalah tempat tinggalnya dahulu, tempat dimana kebahagian pernah memenuhi istana itu sebelum semuanya berubah menjadi lolongan kesakitan dan kekecewaan.
Opal pernah bersumpah bahwa ia tidak akan menginjakkan kakinya di tempat ini kembali kecuali jika untuk membalaskan apa yang ia dapat di masa lalu.
Baiklah Naovallio Dearen, ini saatnya kau membalas semuanya.
Pintu gerbang dibuka oleh seorang penjaga, wajah terkejut tentu ditampilkan pria paruh baya itu melihat siapa yang datang.
"T-Tuan Muda Opal?"
Opal hanya memasang wajah datarnya, dengan langkah yang angkuh ia berjalan memasuki mansion itu. Semua pelayan dan penjaga yang berada di halaman mansion segera berdiri berjejer rapih menunduk kepadanya.
Melihat itu Opal tersenyum miring, hah setelah bertahun-tahun hidup sebagai penjahat, kehidupan mewah orang kaya seperti ini ternyata membuatnya muak juga. Tanpa menghiraukan para pelayan itu, Opal memasuki pintu utama, di mana seorang pelayan juga telah membukakan pintu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Teen Fiction"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...