CRIMINAL- 14 (OPAL)

45 3 0
                                    

Opal terkekeh, menarik kerah Frederick seperti yang ia lakukan padanya tadi.

"LO PIKIR GUE GAK PERNAH BERJUANG ANTARA HIDUP DAN MATI, SIALAN?!" teriaknya.

Perkataan Opal barusan berhasil membuat Frederick tertegun, ia tidak pernah melihat versi Opal yang seperti ini. Pria itu sekarang tengah ...

Meledak.

Opal tertawa, tawa yang sangat menyeramkan, yang mampu membuat nyali Frederick yang tadi sangat besar sekarang menciut.

Opal menghempaskan tubuh Frederick hingga pria itu meringis kesakitan karena menghantam kerasnya marmer.

Semua pelayan di sana memekik kaget, tidak tahu harus berbuat apa karena tampaknya Opal masih ingin meledak.

Opal kembali mengangkat kerah Frederick, memaksanya untuk berdiri.

"Lo bilang tadi kalau Lo bersusah payah melindunginya kan? Sehingga Lo gak sudi kalau wanita itu gue permainkan. Tapi Frederick, asal Lo tahu, Lo sama sekali gak ada bedanya dengan gue.

Hidup gue hancur karena Lo, karena Mama sialan Lo itu! Keluarga gue berantakan dan gue harus minta pertanggungjawaban sama siapa?" Opal terkekeh. "Lo begitu mengkhawatirkan Laura karena dekat sama gue. Tapi justru Lo iblis yang sebenarnya, sialan!"

"Tapi Laura gak punya salah sama Lo!" balas Frederick setelah mengumpulkan keberaniannya.

"Tapi gue juga gak punya sama Lo sialan! Kita bahkan gak saling mengenal, tapi lihat? Semua hancur dan itu karena Lo dan Mama sialan Lo itu!"

Opal terkekeh setelah berhasil membungkam mulut Frederick, ia mendorong pria itu kasar.

"Harusnya Lo lihat diri Lo dulu sebelum Lo lihat diri gue, Lo itu anjing Frederick! Anjing yang sebenarnya!"

Opal meludahi Frederick sebelum benar-benar pergi dari sana.

★★★

Malam ini adalah pembukaan arena CBX setelah enam bulan lamanya tidak beroperasi. Tentu saja, arena itu hanya beroperasi dua kali dalam setahun.

Opal telah sedari tadi berada di tempat ini, menghabiskan berbatang-batang rokok. Dan sekarang lokasi ini sudah mulai dipadati oleh lautan manusia.

Opal mendengus, ia ke sini berharap bertemu dengan Brian dan bisa menceritakan keluhannya, tapi sepertinya pria itu tidak datang entah kenapa. Sedangkan malam semakin larut, telah banyak pembalap yang datang, tapi semuanya tampak biasa saja.

Tidak ada yang spesial kecuali sang juara jalanan, Chandra.

Huft, membosankan. Sebenarnya apa yang dilakukan Brian hingga pria itu tidak hadir malam ini, apa tengah merencanakan sesuatu?

Opal benar-benar berharap segera mendapatkan perintah dari Brian untuk kembali ke bengkel dan menyelamatkan Chandra. Criminal bukanlah geng sembarangan, mereka punya taktik dan koneksi yang banyak. Menyelamatkan Chandra memang beresiko, tapi tidak harus selama ini.

Opal mengangkat sebelah alisnya ketika melihat seorang wanita penghibur mendekat kepadanya. Opal menggeleng pertanda sedang tidak ingin diganggu, memilih bangkit dan pergi dari sana.

"Kamu kehilangan arah, anak muda."

Opal menghentikan langkahnya, seorang pria baruh baya dengan tubuh terbalut jas hitam menghadang langkahnya.

Opal menunduk ketika tahu siapa yang berdiri di depannya. Itu adalah Mr. Joshua, bos Mafia pemilik arena balapan ini.

"Temanmu tidak datang bertanding?"

Opal mengangkat sebelah alisnya lalu mendengus. "Anda tahu yang terjadi, Tuan."

Pria tua itu terkekeh lalu mengangguk. Mengarahkan Opal untuk kembali duduk di tempat semula.

"Anak buahku mengabarkan bahwa pembalap favoritku itu tengah berada di tangan polisi sekarang. Pantas saja beberapa bulan ini aku tidak mendengar Criminal beraksi."

Opal hanya menunduk, Bos Mafia ini terlalu berputar-putar.

"Pemimpinmu tidak datang malam ini?" Mr. Joshua melihat ke tempat biasa Brian berada, dan tempat itu kosong.

"Kami menjauh untuk saat ini," jawab Opal.

Mr. Joshua mengangguk. Ia memperhatikan Opal yang tampak gelisah.

"Kamu tampak tergesa-gesa, ada sesuatu yang menantimu?"

Opal menatap Mr. Joshua. "Maaf kalau saya lancang, Tuan. Tapi saya memang sedang terburu-buru, sekali lagi maaf."

Mr. Joshua mengangguk paham, ia berdiri diikuti dengan Opal.

"Di dalam cerita super hero, sehebat apapun penjahatnya, pahlawan super akan selalu menang." Mr. Joshua tersenyum. "Ini resiko untuk setiap orang yang memilih jalan bawah, mati pun bukan hal yang mengejutkan lagi di sini."

★★★

Opal berlari dengan tergesa-gesa, menabrak beberapa orang yang dihadiahi dengan umpatan. Tapi Opal sama sekali tidak peduli, ia terus berlari hingga akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya.

Tak perlu waktu lama, Opal langsung saja memeluk wanita yang tengah menangis di sebuah bangku taman yang sepi karena memang sudah sangat larut untuk orang-orang bermain di taman.

Opal mengusap punggung bergetar wanita itu. "Aku di sini."

Wanita itu, Laura, tambah mengeratkan pelukannya kepada Opal. "P-Papa ..." Wanita itu terisak.

"Ssstt, kamu tidak berhutang penjelasan apapun kepadaku. Tenangkan dirimu terlebih dahulu," bisik Opal tepat di telinga wanita itu.

Laura mengeraskan tangisannya, melampiaskan seluruh emosi yang ia pendam selama ini. Membiarkan kemeja hitam yang dikenakan Opal basah karena kristal bening yang menetes dari kedua maniknya.

Membiarkan semua orang tahu bahwa mereka telah salah menilainya selama ini. Ia bukanlah putri raja, ia hanya merpati rapuh yang dikurung dalam sangkar emas.

Opal tambah mengeratkan pelukannya. Ia tidak dapat berbohong, ia pernah berada di titik ini sebelumnya, dan ia bisa merasakan bagaimana rasa sakit itu perlahan membunuh hatinya.

Setelah dari arena CBX, rencananya Opal akan menemui Brian di bengkel karena ia benar-benar membutuhkan pria itu sekarang. Tapi sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya, tagar berita teratas tentang gugatan cerai musisi John Frendi terhadap istrinya.

Beriringan dengan itu, sebuah pesan dari Laura muncul. Wanita itu membutuhkannya.

Sekarang kediaman John Frendi tengah diserbu oleh media, musisi itu lari entah kemana menyelamatkan diri dari ribuan pertanyaan yang akan dilontarkan kepadanya. Laura pun yang di ambang batas segera melarikan diri dari rumah mewah itu, meninggalkan hatinya yang telah lama hancur dipupus harapan.

Setelah merasa Laura jauh lebih baik dari sebelumnya, Opal membawanya untuk pergi dari sana karena malam yang semakin larut dan suhu yang semakin dingin.

"Jangan tinggalkan aku," lirihnya.

Opal mengeratkan pelukannya. "Tidak akan."

★★★

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang