Arvano mendorong wanita di depannya dengan kasar, menatap wanita itu tajam seakan dia akan berakhir hari ini juga. Tubuhnya oleng, tapi Arvano masih berusaha untuk mengejar Adista tetapi wanita itu telah terlebih dahulu memasuki lift.
Arvano menggeram kesal dibuatnya, pengaruh alkohol yang direcoki wanita tadi ke dalam minumannya benar-benar membuat hubungannya berantakan seketika.
Mengusap wajahnya kasar, Arvano beralih ke tangga darurat. Bukan untuk mengejar sang kekasih tentu saja, karena tidak akan terkejar. Arvano memilih duduk di sana, mengacak rambutnya frustasi.
Ya, memang. Arvano tengah mabuk, ia terpengaruh ucapan wanita tadi yang mengatakan dirinya adalah Adista. Arvano hilang kendali karena Adista sangat jarang memperbolehkannya untuk mengeksplor tubuh kekasihnya itu. Mereka berhubungan hanya bisa dihitung oleh jari selama bertahun-tahun hubungan keduanya terjalin.
Wanita itu, Kim, adalah orang yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya untuk Arvano. Seorang dokter di rumah sakit ternama, karena bagaimanapun sistem yang dianut kedua orang tuanya adalah, pria berseragam hanya bisa menikahi wanita berjas putih. Tentu saja, ibu Arvano sendiri adalah seorang Dokter.
Arvano telah menolak dengan mengatakan bahwa ia serius dengan Adista, tapi tetap saja ayahnya tidak peduli. Karena kedua orang tuanya tidak peduli dengan keseriusannya terhadap Adista, Arvano terpaksa menghubungi Kim secara langsung dengan maksud menyampaikan hal tersebut.
Memang mereka sempat berbicara, dan Kim tampak mengerti bagaimana keadaannya. Tapi Arvano benar-benar tidak memperhatikan, wanita itu memberikan obat pada minumannya yang mengakibatkan Arvano kehilangan kendali atas dirinya.
Kim menawarkan Arvano untuk mengantarnya pulang, tapi yang terjadi malah tidak terduga. Di saat kesadaran Arvano semakin memburuk karena pengaruh obat itu, Kim mengaku sebagai Adista dan dengan bodohnya Arvano percaya akan hal itu. Memang, bentuk tubuh Kim memang hampir sama dengan kekasihnya.
Malamnya, Arvano mencoba menemui Adista di kediamannya, tapi ia sama sekali tidak dibukakan pintu dan rumah itu terkunci dalam keadaan gelap gulita. Tapi Arvano tidak begitu bodoh, kekasihnya itu ada di dalam rumah dan dipastikan tengah menangis. Ingin sekali memeluknya dan mengatakan bahwa ia sangat menyesal, tapi itu sama sekali tidak berarti. Karena pada kenyataannya, bahkan sampai larut malam, pintu rumah Adista masih tertutup rapat yang menyebabkan Arvano menyerah dan memilih pulang.
Ia akan kembali esok hari, pasti.
Tapi malang yang didapati Arvano keesokan harinya. Kekasihnya, telah pergi meninggalkannya entah kemana. Rumahnya sepi dan tetangga juga mengatakan bahwa Adista pergi tepat setelah Arvano meninggalkan kediamannya.
Arvano benar-benar menyesal, ia menangis. Apa tidak bisa semua orang percaya bahwa ia sangat mencintai Adista? Kalau ia tidak serius, mungkin hubungannya dengan Adista tidak akan sampai empat tahun seperti ini. Dengan sepenuh hati Arvano memperjuangkan, tapi kenapa tidak ada yang percaya kepadanya?
Arvano juga menemukan pesan terakhir dari Adista yang mengatakan bahwa wanita itu mengajaknya untuk mengakhiri hubungan. Arvano menggeleng, sampai kapanpun ia tidak akan melepaskan Adista.
Sampai kapanpun itu!
Setiap hari, Arvano selalu menyempatkan untuk mendatangi kediaman Adista, berharap kekasihnya itu segera pulang. Selalu berdiri di depan rumah itu sembari menunduk, memperlihatkan betapa menyesalnya ia akan hubungan keduanya yang berantakan seperti ini. Selain itu, Arvano juga sangat menyesal karena tahu Adista kehilangan pekerjaannya hari itu juga.
Arvano hanya bisa berdoa karena mereka jauh dan Arvano juga tidak mengetahui di mana keberadaan kekasihnya itu. Semoga kekasihnya aman, dan baik-baik saja di mana pun itu. Segera kembali karena Arvano benar-benar rindu, ia rindu kehangatan rumahnya, bercerita hingga larut malam tentang keseharian masing-masing. Mengeluhkan semua isi hatinya kepada Adista, dan nanti wanita itu akan mengelus kepalanya lembut menenangkan.
★★★
"Aku telah menolak perjodohan itu, aku benar-benar serius akan hubungan ini, By. Aku sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan Kim, dia akhirnya mengerti dan membantu aku untuk membatalkan perjodohannya juga." Arvano menggenggam erat tangan Adista. "Aku mohon, percayalah."
Reaksi yang diberikan oleh Adista setelah pria di depannya ini menjelaskan semua kebenaran yang tidak ia ketahui selama bertahun-tahun itu hanya diam. Adista tidak menunjukkan raut apapun.
Ia terkekeh pelan. "Meskipun gue telah tahu kebenarannya, apa gunanya lagi sekarang? Hubungan kita telah berakhir sangat lama Arvan, perasaan itu sudah tidak ada lagi."
Arvano menggeleng, menangkup kedua pipi Adista, menatap wanita itu bersungguh-sungguh. "Aku sama sekali gak percaya, kamu gak bisa menghapus begitu saja kenangan kita."
Adista tersenyum, ia menggenggam tangan Arvano yang menangkup pipinya. "Tapi itu telah terjadi."
Arvano terkekeh mendengarnya lalu mengangguk. "Oke, kalau memang kamu telah melupakan semua kenangan kita, aku akan membuat kenangan yang baru. Sebuah kenangan yang tidak akan pernah bisa kamu lupakan sampai kapanpun."
Adista menghela napasnya. "Lupakan saja semuanya, Arvan. Kita tidak akan bisa bersama, itu akan menyakiti diri Lo sendiri."
Arvano menatap sendu Adista, memeluk wanita itu sangat erat. "Sekali saja, By. Berikan satu kali lagi kesempatan. Kamu gak perlu melakukan apa-apa, biar aku yang berjuang. Cukup buka hatimu untukku."
Adista benar-benar tidak bisa melakukan apapun lagi. Ia lupa, bahwa mantan kekasihnya ini adalah pria yang sangat keras kepala. Tentu saja ia akan memaksakan kehendaknya sekarang.
Tapi Adista benar-benar tidak bisa. Meskipun seandainya ia masih mencintai Arvano, ia tetap tidak bisa kembali kepada pria itu. Tujuannya datang ke tempat ini kembali adalah untuk bersembunyi, sahabatnya tengah berada di kepolisian sekarang dan entah bagaimana nasibnya.
Brian menyuruh Adista kembali untuk menghindari kecurigaan polisi, bukan untuk merajut tali cinta yang pernah putus kembali, apalagi pria yang berdiri di depannya sekarang ini adalah seorang Polisi.
Seragam yang melekat pada tubuh atletis itu, Adista tidak akan pernah bisa menyangkal bahwa mantan kekasihnya adalah seorang polisi sekarang. Orang yang sangat dibenci oleh kelompoknya.
Dan harusnya Adista tidak lupa, kasus kedua orang tuanya tidak selesai karena polisi juga. Dan Adista sangat yakin, ayah Arvano ada di balik semua ini.
Huft! Kenapa orang kaya selalu memaksakan kehendak mereka seperti ini? Adista hanya ingin hidup tenang dan kembali kepada kelompoknya nanti setelah Brian memberikan perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Teen Fiction"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...