CRIMINAL- 10 (OPAL)

59 5 0
                                    

"Lo mendekati Laura?"

Opal yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung menghela napasnya kesal mendengar pertanyaan dari Frederick yang tampaknya memang sengaja menunggunya di ruang tengah.

Opal tersenyum sinis lalu menghampiri adik tirinya itu.

"Kenapa? Lo suka dia?" tanyanya.

Frederick berdiri, menatap Opal tajam. "Bagus kalau Lo tahu, sekarang lebih baik jauhi dia karena gue udah lama mendekati dia."

Mendengar itu Opal mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Ingin bersaing?"

"Gue tau Lo gak tulus sama dia, ngeliat bagaimana cara Lo memperlakukan Jalang di arena waktu itu, Lo gak akan semudah itu jatuh hati pada Laura. Gue gak tahu apa tujuan Lo mendekatinya, tapi lebih baik Lo hentikan niat buruk Lo itu," ujar Frederick.

Opal terkekeh mendengarnya. "Lo ternyata cukup pintar membaca gerak gerik seseorang."

Frederick menatap Opal pongah karena pujian yang diberikannya. "Lo sedang berbicara dengan psikiater terbaik di negara ini."

Opal berdecak. "Tapi Laura gak akan suka sama Psikiater kayak Lo, Laura suka pria matang seperti gue." Opal menepuk bahu Frederick. "Gue gak akan berhenti, Fidi. Gue malah tambah bersemangat ketika tahu kalau Lo juga tertarik pada Laura."

"Pada akhirnya gue yang akan memenangkan segalanya," bisik Opal sebelum pergi meninggalkan Frederick yang menatap marah padanya.

★★★

Malam ini Opal memilih untuk tetap berada di kamarnya, terlalu malas untuk pergi ke arena malam ini. Tempat itu terasa kosong setelah Chandra ditangkap, pembalap terbaik arena itu sekarang tidak ada untuk bertanding, membuat Opal merasa sepi, sangat membosankan.

Ia tidak perlu Jalang, toh Opal sendiri bisa memanggil mereka langsung ke kediamannya.

Sekarang ia berada di balkon, menghembuskan asap rokoknya ke udara sembari melihat keadaan mansion dari bawah. Helaan napas terdengar dari bilah bibirnya.

"Brian benar, kehidupan orang kaya sangat membosankan. Gue kangen jalanan," gumamnya.

Baru beberapa hari di sini, Opal sudah sangat bosan. Setiap hari ia hanya bertemu dengan para maid, bodyguard, serta anak dan ibu sialan itu. Si ibu yang selalu menatapnya dengan tatapan sinis, dan si anak yang selalu menguji kesabarannya.

Ingin sekali kembali ke bengkel kalau ia lupa dengan konsekuensinya, bisa saja ia dipenggal oleh Brian. Huft, bicara tentang Brian, sedang apa pria itu di bengkel sekarang? Sedang apa Adista sekarang? Apa ia telah bertemu dengan mantan kekasih yang menyelingkuhi-nya? Bagaimana dengan Jeffrey setelah ia kembali ke panti? Apa yang pria itu lakukan pada ibu panti kejam itu?

Dan yang paling ia pertanyakan, bagaimana dengan Chandra? Apa ia makan dengan baik di penjara? Apa dia diperlakukan buruk oleh polisi di sana? Bagaimanapun, Chandra sebagai anggota Criminal telah terungkap. Masih ada tiga pria dan satu wanita lagi yang sedang diburu oleh polisi.

Sebuah notifikasi terdengar dari ponselnya, meletakkan batangan rokok itu di pagar pembatas lalu mengecek siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

[Papa baru saja mengeluarkan album terbarunya, Papa mengundang kamu ke rumah untuk merayakan album baru itu.]

Opal mendengus, pesan dari Laura. Oh, apakah John Frendi baru saja merilis sebuah album? Disaat putranya di penjara? Apa pria itu sama sekali tidak mengetahui anak hasil hubungan gelapnya itu tengah di penjara sekarang.

Oh ya, ia lupa. Chandra telah lama diusir oleh pria itu.

Tapi tunggu, apa tadi? John Frendi mengundangnya untuk merayakan album baru pria itu? Oh, sepertinya ide licik baru saja muncul di otak Opal.

Opal segera mengetikkan sesuatu di ponselnya. Opal tersenyum ketika ia kembali masuk pada nomor lamanya, nomor di mana ia yang merupakan Opal anggota geng Criminal.

Opal mendial nomor seseorang di sana.

"Halo, James? Bisa gue minta bantuan Lo? Gue mau Lo cari bukti tentang perselingkuhan John Frendi dengan banyak wanita, kecuali tentang pelayan hotel itu, tutup akses tentang informasi itu."

Setelahnya ia mematikan sambungan, tersenyum licik. Setelah menghubungi anak buah Criminal, sekarang ia tinggal menunggu hasil. Lihat saja, kehidupan musisi itu akan hancur, ia juga harus merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya bukan?

★★★

Siang ini ia terusik setelah kekacauan yang berada di lobi perusahaannya. Setelah Jessica mengadu bahwa ada seorang wanita hamil yang mengaku tengah mengandung darah dagingnya, Opal segera turun ke bawah melihat siapa yang berbuat kekacauan itu.

Opal menggigit pipi dalamnya ketika ia tiba di sana, wanita itu langsung memeluknya. Matanya bersitatap dengan Laura yang entah bagaimana caranya wanita itu bisa ada di sini.

Opal mendengus, seakan ini telah direncanakan.

Tapi untuk berandalan kriminal seperti ia, rencana ini sangatlah tidak matang.

"Karena anda wanita dan tengah hamil juga, saya akan berusaha untuk tidak memakai kekerasan di sini. Sekarang, katakan siapa yang menyuruh anda untuk semua ini dan anda akan saya maafkan," ujar Opal lantang dengan banyak sekali tekanan di setiap katanya.

Mendengar itu, sang wanita sontak melepaskan pelukannya dari tubuh Opal, menatap pria itu takut-takut.

"Kamu gak mengakui bayi ini, Opal?" Oh, ternyata wanita itu masih mau bermain-main.

Bisik-bisik mulai terdengar, bahkan wanita itu memanggil Opal dengan panggilan akrabnya yang tak banyak orang memanggilnya seperti itu.

Opal mendengus, apa arti sebuah nama panggilan baginya?

"Anda tahu Nona, saya bukan orang yang penyabar," ujar Opal kembali. Kali ini sembari meremat bahu wanita itu.

"T-tapi ini benar-benar anak kamu." Wanita itu kembali menangis, dan itu semua tak luput dari perhatian Laura.

Baiklah, Opal mulai kehabisan kesabaran sekarang. Ia mencengkram dagu wanita itu kasar, memaksanya untuk menatap tepat pada pupil itu.

"Anda memilih pilihan yang salah Nona. Dan sebelum bodyguard saya mengurus anda, saya tanya sekali lagi. Apa itu perbuatan Frederick Dearen?" bisiknya.

Opal menyeringai ketiga gadis itu hanya diam. Ia terkekeh. "Diam berarti iya. Jacob! Bawa wanita ini pergi!" teriak Opal pada salah satu bawahannya.

Setelah wanita itu ditarik pergi, Opal menatap semua karyawannya yang masih saja berkumpul di sana.

"Saya tidak membayar kalian untuk mempercayai berita pasar seperti itu, kembalilah bekerja sebelum surat pemecatan sampai ke meja kalian," titah Opal yang langsung membuat para karyawan itu bergegas kembali pada pekerjaan mereka.

Opal mendengus, lalu beralih pada Laura. Ah, apa ini harus seperti yang terjadi di kebanyakan novel yang dibaca oleh Adista? Ia harus membujuk wanita ini? Sungguh, Opal sangat membenci drama picisan seperti ini.

Opal menghampiri Laura. "Sejak kapan kamu sampai di sini? Kenapa tidak mengabari?"

Laura hanya diam hingga ia kemudian bersuara. "Apa wanita itu benar? Bayi yang dia kandung itu anak kamu?"

'APA WANITA INI BODOH? YANG BENAR SAJA!'

Opal tersenyum lalu menggeleng. "Tentu aku tidak akan melakukan hal yang akan mempermalukan keluarga Dearen. Terserah kalau kamu ingin percaya atau tidak, tapi aku sama sekali tidak melakukan hal itu."

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang