'Berita terkini, setelah Musisi John Frendi ditemukan tak bernyawa di apartemen miliknya. Sekarang giliran sang putri, Laura Frendi yang ditemukan tewas di hotel milik HNH Corp. Ditemukan bekas sayatan di pergelangan tangannya.'
"OPAL SIALAN!"
Frederick membanting ponsel miliknya begitu saja ke lantai. Ia lemas, tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia baca di sana.
"L-Laura," lirihnya pedih.
"Kenapa? KENAPA? Kenapa setelah semuanya kamu memilih menyerah?!" Frederick menangis, menumpukan kepalanya ke atas meja menahan isakan yang benar-benar tidak tertahankan.
Pada akhirnya, seorang figuran tidak akan pernah mendapat kisah cinta mereka sendiri.
Dengan emosi yang tidak stabil, Frederick bangkit dari duduknya. "Opal, gue akan ikutin cara lo!"
Mengambil kunci mobilnya di atas meja lalu segera beranjak dari sana. Oh tidak jangan pedulikan dirinya, dia hanya seorang tokoh figuran yang kehilangan cinta.
★★★
Opal berlari dengan tergesa-gesa di lorong rumah sakit. Rahang mengeras dengan tangan terkepal penuh emosi.
Ketika sampai di tujuannya, ingin membuka pintu itu sebelum seorang dokter keluar dari sana dan menahan Opal.
"Bagaimana keadaan Mama? Siapa yang melakukan ini? Bagaimana bisa ini terjadi? Kenapa Mama bisa sampai keracunan?!" Opal berteriak, menarik kerah dokter tersebut. Emosinya tengah meledak-ledak sekarang.
"Frederick, dia—"
"FREDERICK BANGSAT!"
Tanpa mendengar kelanjutan dari kalimat dokter di depannya, Opal segera berlari pergi dari rumah sakit itu.
Tujuannya sekarang adalah Frederick. Rahangnya benar-benar mengeras, wajah putihnya memerah dengan amarah yang meledak-ledak, seluruh urat lehernya menyembul. Opal benar-benar telah kehilangan kendali atas dirinya.
Opal tahu di mana Frederick sekarang, pria itu pasti tengah dalam perjalanan ke kantor polisi setelah meracuni ibunya di Rumah sakit jiwa. Tidak akan Opal biarkan pria itu begitu saja, Frederick, kau harus tahu bahwa sekarang kau tengah berurusan dengan salah satu dari anggota Geng Criminal, dan sebaiknya tidak usah dijabarkan kejahatan bejat apa saja yang telah dilakukan oleh mereka.
Opal menyeringai ketika melihat mobil milik Frederick berhenti di sebuah jalanan sepi, tampaknya pria itu tengah menerima telfon dari seseorang.
"Bodoh sekali, berdiri di tengah jalan ketika seseorang mengincarmu." Opal terkekeh, melajukan mobilnya dengan kencang hingga menabrak Frederick.
Opal tergesa-gesa keluar dari mobilnya ketika telah berhasil menggilas kaki Frederick. Pria itu menatap waspada pada Opal, sedangkan Opal mempertahankan seringaiannya sedari tadi.
"O-Opal..."
"Lo berurusan dengan orang yang salah, Frederick," gumam Opal dan segera menarik Frederick untuk masuk ke dalam mobilnya.
Pria itu tidak dapat menolak karena kakinya yang remuk. Opal melemparkan Frederick ke dalam mobil, terkekeh melihat bagaimana saudara tirinya itu kepayahan dengan raut ketakutan setengah mati.
Opal melajukan mobilnya dengan tenang, setelah sebelum menghubungi seseorang di telepon. Tampaknya menyuruh anak buahnya untuk mengurus mobil milik Frederick.
"Lo tahu sebuah pepatah, Frederick? Berani berbuat, berani bertanggung jawab."
★★★
Mobil milik Opal berhenti di bengkel, menariknya turun Frederick dengan tergesa-gesa memasuki bengkel. Menyeret Frederick ke sebuah ruangan yang biasanya digunakan Criminal untuk menahan dan menyiksa tawanan.
Opal membenturkan kepala Frederick ke dinding. Membuat pria itu berteriak kesakitan.
Frederick menatap ketakutan kepada Opal. "L-Lo gila, Opal!"
Bukannya merasa terhina, Opal tertawa mendengar ucapan Frederick. "Ya, gue gila."
"Lo ingin melakukan apa sama gue, hah?!" teriak Frederick, ia ketakutan setengah mati karena ruangan ini temaram dan sedikit lembab. Ia sangat sesak berada di tempat ini.
Opal melirik ke arah samping yang juga diikuti oleh Frederick. Sontak saja matanya terbelalak. Sialan, di sana terdapat pistol, pisau juga tali. Frederick merinding, sebenarnya ruangan apa ini? Kenapa Opal bisa mengetahui tempat semacam ini? Sebenarnya siapa Opal sebenarnya dan kemana dia selama ini?
Opal terkekeh, ia mengambil salah satu pisau di sana dan tersenyum setan kepada Frederick.
Opal mendekat, sedangkan Frederick merangkak mundur. Hingga pria itu terdesak pada dinding di belakangnya, sekarang ia bergetar ketakutan. Pria di depannya ini akan segera membu*nuhnya.
Frederick menangis, ketika Opal menarik dagunya dengan pisau di genggaman. Lalu tanpa aba-aba menusuk dinding tepat di belakangnya.
Opal terkekeh melihat Frederick yang malang. Ia meyuruh pria itu untuk menoleh ke belakang, di mana pisau menancap pada sebuah kertas yang terpasang di dinding tersebut.
Frederick mengernyit ketika melihat bahwa kertas itu berisi tentang Geng Criminal yang tengah diburu oleh polisi. Sontak saja mata Frederick membelalak kaget.
"L-Lo—"
"Gue Opal, anggota dari geng Criminal yang sedang diburu oleh Polisi. Kenal dengan gue?" Opal menyeringai.
"O-Opal, l-lo..."
"Frederick, Lo salah memilih lawan."
★★★
"Gue kira Lo udah gue peringatkan untuk gak datang ke bengkel sebelum mendapat perintah dari gue."
Opal yang tengah membersihkan pisau miliknya dari noda menoleh ke belakang, di mana Brian berdiri di ambang pintu sembari menatapnya datar.
Opal mendengus membuat Brian terkekeh.
"Bersenang-senang? Pewaris tunggal Dearen, Naovallio Dearen?" Brian mendengus. "Membunuh tiga lalat dalam sekali tepukan, gus gak tahu harus bereskpresi seperti apa."
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Teen Fiction"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...