CRIMINAL- 33 (CHANDRA)

44 7 0
                                    

Bible tampak terdiam setelah mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Chandra. Tak lama kemudian ia tertawa canggung.

"A- haha, s-selama ini gue pikir anggota Criminal itu udah bapak-bapak. Gue gak pernah nyangka kalau ganteng kayak Lo gini, haha."

Chandra hanya menatap pria itu datar, jelas sekali ada raut ketakutan di sana. Itu membuat Chandra mendengus. "Lo takut sama gue." Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.

Setelahnya Chandra terkekeh. "Lo pikir setelah dipenjara gini, gue bisa ngelakuin apa? Kuku dicabut aja gue gak bisa ngelawan."

Bible menatap ke arah tangan Chandra yang tidak ia perhatikan sedari tadi. Benar, ada beberapa kuku yang terbungkus kain kasa di sana, itu berhasil membuat pria itu meringis. Bible memang belum pernah merasakan bagaimana rasa kuku dicabut, tapi ia tahu itu sangat sakit.

Tapi tetap saja meskipun Chandra tidak bisa melakukan apa-apa, ia masih takut. Bagaimana tidak, kau sekarang berada satu ruangan dengan salah satu anggota geng penjahat paling terkenal dan paling ditakuti di negara.

Chandra kembali berdecak melihat Bible yang masih saja takut-takut kepadanya.

"Kemana larinya tampang sok akrab Lo tadi, huh? Gue gak akan nyakitin Lo, senjata aja gue gak ada."

"Gue tau kalian selalu bawa senjata kecil di balik baju kalian, gue gak akan tertipu," ujar Bible.

Chandra mengangkat sebelah alisnya, lalu menatap tajam Bible. "Dari mana Lo tahu soal itu? Siapa lo sebenarnya?"

"Gue pernah ngeliat kalian ngerampok sebuah bank dulu, dan gue liat ketika cewek itu ngeluarin pisau dari belakang tubuhnya buat nusuk petugas keamanan. Gue gak akan lupain kejadian itu." Bible tampak bersungguh-sungguh.

Setelah mendapatkan jawaban, Chandra mengangguk lega. Ternyata hanya saksi mata, bukan apa-apa.

Chandra mendekat ke arah Bible dan merangkul pria itu. "Gak usah takut sama gue, gue cuma pria lemah sekarang."

Setelahnya suasana kembali diam, hingga seorang polisi mendekat ke arah sel.

"Saudara Bible, ada seseorang ingin bertemu dengan anda."

★★★

Bunyi pintu sel yang dikunci tidak membuat Chandra berbalik, ia yakin Bible telah kembali dari acara 'jumpa rindu' itu. Ia tidak akan memikirkan siapa yang bertemu dengan pria itu karena itu bukan urusannya.

Chandra tengah duduk menghadap dinding sekarang, terlalu banyak hal yang dipikirkannya. Ini telah satu Minggu semenjak ia ditangkap, sebelumnya ia dirawat di rumah sakit karena luka tembakan, meskipun para dokter di sana tidak benar-benar mengobatinya.

Chandra tahu, semua orang membencinya. Siapa yang tidak akan benci dengan geng yang telah berbuat keji tersebut? Membayangkan pandangan kebencian yang dilayangkan semua orang di rumah sakit itu saja membuat Chandra tertawa. Chandra suka tatapan itu, mengingatkannya pada pria sialan John Frendi.

Chandra berdecak, kemana sebenarnya teman-temannya itu? Tidak sampai satu hari dikurung Chandra benar-benar bosan. Harus berapa lama lagi Chandra menunggu? Sampai seluruh kuku-kukunya habis dicabut? Atau sampai waktu eksekusinya tiba?

Sekarang Chandra mulai penasaran, kenapa bisa teman satu selnya itu bisa bertahan di tempat seperti ini sampai dua tahun lamanya? Kalau itu Chandra, ia akan langsung meminta waktu eksekusinya dipercepat.

Dan juga, kejahatan seperti apa yang telah dilakukan oleh Bible? Pria itu terlihat seperti pria baik-baik.

"Chandra, ajarin gue cara membunuh tanpa rasa bersalah."

Suara Bible di belakangnya membuat Chandra mengernyit. Pria itu berbalik menatap Bible dengan wajah yang ... sepertinya pria itu tidak baik-baik saja.

Satu helaan napas terdengar dari bilah bibir Bible.

"Banyak yang bertanya kenapa pria dengan image baik-baik kayak gue bisa berada di sel khusus terpidana mati." Bible menatap ke arah Chandra yang juga memperhatikannya.

"Gue ... gue seorang pembunuh Chandra. Menghabisi pacar gue sendiri."

Chandra masih mempertahankan ekspresi datarnya tersebut, sama sekali tidak terkejut dengan kata 'pembunuh'. Tapi sangat jelas di mata Chandra bahwa Bible terlihat sangat terpukul, merasa bersalah dan sangat menyesal.

Setetes air mata keluar dari maniknya. "Gue gak sengaja, i-itu semua salah paham. Gue menyesal, sangat menyesal. Bagaimana mungkin gue menghabisi nyawa seseorang yang sangat gue cintai? T-tapi masih jelas di ingatan ketika gue melayangkan pisau itu ke tubuhnya."

Ah, sekarang Chandra mengerti. "Jadi keluarga cewek itu nuntut hukuman mati?"

Bible menggeleng. "Gue yang memutuskan untuk menghukum mati diri gue sendiri."

Dan ternyata tidak semudah itu Chandra untuk mengerti.

"Maksud Lo?"

Bible menatap langit-langit ruangan itu, lalu mulai bercerita.

★★★

Malam itu, malam yang salah, malam yang paling tidak diinginkan oleh kedua orang yang berada di salah satu ruang apartemen itu.

Hujan.

Bible tidak pernah membenci hujan sampai seperti ini, tapi karena hujan, semua hal yang telah ia rencanakan bersama sang kekasih batal sia-sia.

Malam ini adalah malam anniversary mereka yang kelima, sekaligus Bible yang akan melamar gadis berambut sebahu itu.

Sayang, tatapan cinta malam itu berakhir dengan perselisihan.

Ruma namanya, gadis cantik berkulit kuning langsat yang telah mengisi hari-hari Bible selama lima tahun terakhir.

Bible pikir Ruma akan datang dengan senyuman ke apartemennya, tapi gadis itu datang dengan masalahnya. Membawa beberapa foto yang entah dari mana gadis itu dapat yang berisi tentang perselingkuhan yang dilakukan Bible. Bible bahkan tidak tahu apa-apa mengenai foto tersebut.

Perselisihan yang panjang, Ruma dengan sifat keras kepalanya masih kekeuh mengatakan bahwa Bible berselingkuh dan meminta putus. Sungguh, siapa yang akan benar-benar berakhir setelah lima tahun bersama? Bible serius mencintai Ruma, pria itu jatuh sedalam-dalamnya akan perlakuan gadis itu.

Tapi kembali lagi, malam kelam itu telah mengubah segalanya. Malam itu, Bible yang terkenal sebagai seorang yang taat dan religius kehilangan kendali atas dirinya. Matanya menggelap dan dengan pikiran singkat mengambil pisau buah yang berada di atas meja, menusuk belasan kali kekasihnya itu hingga cairan merah itu memenuhi wajah Bible sendiri.

Tubuh tak bernyawa itu terkapar tak berdaya, detik itu juga matanya terbuka. Malam itu berubah sangat kacau, bukan saus stroberi yang menggenang di lantai, pisau buah berubah menjadi bencana. Ia hampir gila dan ingin mengakhiri hidupnya juga, terbukti dengan luka yang masih berbekas di pergelangan tangannya menandakan seberapa dalam luka yang bisa ia buat malam itu.

Tapi entah bagaimana tangannya yang bergelimangan darah malah meletakkan pisau dan meraih ponsel di atas meja. Menghubungi polisi pada saat itu juga melaporkan betapa kejinya kejahatan yang dilakukan Bible di malam kelam itu.

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang