UNTUK BAGIAN INI, SAYA MINTA DENGAN SANGAT KEPADA KALIAN UNTUK BIJAK DALAM MEMBACA. PLEASE, DENGARKAN SAYA. CHAPTER INI SAMA SEKALI TIDAK SAYA SARANKAN KEPADA KALIAN. JANGAN MENIRU APAPUN YANG DILAKUKAN OLEH TOKOH, INI HANYA FIKTIF! FIKSI!
★★★
Opal menatap sendu pada tubuh rapuh Laura yang duduk di atas ranjang hotel milik keluarga Dearen. Wanita itu menunduk, masih terisak kecil. Opal tidak bisa membayangkan situasi apa yang terjadi siang tadi di kediaman John Frendi, apakah terjadi pemukulan atau apapun itu.
Opal bersimpuh di bawah wanita itu, mengelus lembut lututnya.
Tiba-tiba Laura terkekeh, sebuah kekehan yang miris. "Ternyata ini akhir dari ceritanya."
Opal tertegun, ia sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang telah terjadi pada rumah tangga John Frendi. Ia begitu sangat ingin tahu tentang semuanya, karena bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan? Bahkan John Frendi rela menyakiti istri juga putri kandungnya, apalagi dengan Chandra yang merupakan anak tidak diinginkan.
Opal mengusap kasar wajahnya. Ia sedikit paham, ternyata kerasnya keluarga telah membentuk Chandra dengan sangat baik. Dan sekarang, itu jugalah membentuk Laura.
Laura membalas genggaman tangan Opal membuat pria itu tersentak. Menatap langsung pada manik hitam wanita itu, jelas sekali ada kesedihan yang tidak tergambarkan di sana.
"Apa hidupku sangat menyedihkan?"
Opal menggeleng keras. Ia memeluk erat tubuh Laura. "Hidupmu jauh sangat berharga."
"Tapi kenapa semuanya hancur?"
Opal menatap dalam manik wanita itu, menyalurkan tatapan penuh rasa hangat dan aman. Opal mengusap pelan jejak air mata di pipi mulus Laura, lalu melanjutkan pada bibir kemerahannya.
"Semuanya tidak hancur, hanya sedang digantikan Tuhan dengan hal yang lebih baik lagi."
Memberanikan diri, Opal mengecup lembut bibir itu. Lalu beralih pada kedua pipi, kelopak mata dan terakhir kening. Opal mengecup sangat lama pada bagian itu untuk membuktikan bahwa ia peduli terhadap wanita itu.
Opal kembali mengecup bibir itu. Lama-kelamaan menjadi sebuah lumatan, Opal benar-benar memperlakukan Laura sangat lembut sehingga membuat wanita itu terbuai.
Opal menghentikan ciuman mereka secara tiba-tiba sehingga menciptakan benang saliva di antara keduanya. Opal tersenyum teduh, mengusap bibir Laura yang basah akibat kegiatan mereka tadi.
Menatap dalam-dalam pada manik wanita itu seakan meminta izin akan sesuatu. Tubuh keduanya semakin mendekat.
"Can i?"
Dan tidak ada yang dapat dilakukan oleh Laura selain mengiyakan permintaan Opal, ia merasa tersanjung karena pria itu meminta ijin terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu, memastikan bahwa ia nyaman.
Mendapat lampu hijau, Opal membaringkan tubuh Laura dengan perlahan ke atas ranjang. Menatap lembut sekali lagi pada wanita di bawah kuasanya.
"Jangan tinggalkan aku," lirihnya. Tampak benar-benar sedih kehilangan harapan.
Opal tersenyum sendu. "Untuk malam ini, bahagia lah, aku mohon."
Opal melanjutkan kegiatannya, sama sekali tidak terganggu dengan bunyi satu notifikasi dari ponselnya yang terletak di atas nakas.
Untuk malam ini, biarkan semuanya mengalir.
★★★
Siang itu, ketika Laura tengah makan siang bersama ibunya, John Frendi datang dengan wajah mengeras dan langsung saja membanting semua makanan yang ada di atas meja ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Teen Fiction"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...