Bab 22

202 38 2
                                    


Selamat Membaca

Aroma hindangan makan siang yang telah disiapkan Kaisar Uchiha untuk para putri tidak cukup membuat raut wajah Putri Naruto terhindar dari kecemasan.

Selisih nilai dengan Putri Sakura masih sangat tinggi, apa lagi ia hanya mempelajari etika kerajaan yang bagian penting saja.

'Kenapa hanya untuk mengetahui keberadaan mereka, harus sesulit ini?' batin Naruto dengan tangan mencabik-cabik makanan.

Pengumuman kedatangan Putri Sakura tidak juga membuat Putri Naruto kembali ke alam sadar. Pikiran cantiknya masih mencari cara bagaimana ia harus memenangkan kontes kali ini.

"Mempermainkan makanan, itu termasuk etika buruk seorang Puteri."

Tangan Putri Naruto mengambil sayur dengan tangan, dan mematah-matahkan ia sedang menghancurkan ranting kayu.

'Apa aku mohon pada Teme untuk memberiku soal yang mudah?'

'Tapi Teme saja tak berpihak padaku, bagaimana--'

Putri Sakura memberi perintah pada dayang agar memberi ruang untuk ia dan Putri Naruto. Setelah melihat itu, sebuah dekapan hangat dari belakang, langsung diterima Putri Naruto.

Putri Naruto melihat ke samping kanannya, wajah cantik Putri Sakura telah menunggu dirinya. "Sa ... sakura-chan?" ucap Naruto sedikit gugup.

Melihat rona merah pada wajah rivalnya, Putri Sakura kembali menegakkan tubuhnya.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Naruto.

Putri Sakura tak langsung menjawab, ia lebih memilih duduk di samping Putri Naruto. Tangannya mengambil kain putih di atas meja, dengan lembut ia membersihkan kedua tangan Putri Naruto yang sejak tadi mempermainkan makanan.

"Ak--aku bisa melakukannya sendiri!" seru Putri Naruto tak menyukai tindakan Putri Sakura.

Melihat itu, Putri Sakura menoleh pada dayangnya. "Bersihkan meja ini, dan ganti piring Putri Naruto," perintahnya.

"Baik Putri."

Beberapa saat kemudian, meja telah kembali rapih tanpa adanya makanan yang berceceran. Putri Sakura dengan sabar mengambilkan makanan untuk Putri Naruto.

"Kau tak menyukai sayur, tapi kau harus tetap memakannya, agar kau bisa memiliki tenaga nanti."

Ingin rasanya Putri Naruto membantah ucapan gadis surai pink itu. Sudah jelas Putri Naruto tak pernah suka dengan sayur, tapi ... entah bagaimana sekarang piringnya hanya dipenuhi sayur.

Setelah itu, Putri Sakura meletakkan piring itu. "Kau masih memikirkan kontes tadi?"

"Tidak."

"Aku tak pandai merangkai kata, tapi kau sudah kupilih sebagai rival. Dan jika sampai kau kalah di babak berikutnya ...." ucapan Sakura terhenti, membuat Naruto menatap emerald Sakura mencoba membaca maksud kalimat itu.

"Masih ada 2 kontes lagi yang menunggu kita, Baka!" Lanjut Sakura.

Naruto mengerucutkan bibirnya, kesal dengan kalimat Sakura yang tak menghasilkan motivasi apa pun.

》》》

Balai Agung, tempat yang biasa para petinggi Kekaisaran berkumpul. Hanya saja, sudah beberapa waktu Kaisar Uchiha tak mengadakan rapat apa pun. Membuat ruangan itu hanya menjadi pajangan keindahan istana.

Tapi, berkat keberuntungan yang didapat Dobe-nya. Kaisar Uchiha terpaksa membuka balai agung, seluruh menteri dari berbagai parlemen telah memenuhi ruangan.

"Ampun Yang Mulia, menurut undang-undang yang berlaku. Puteri Uzumaki tidak seharusnya tetap mengikuti kontes, Yang Mulia."

Shisui yang berada di sebelah Kaisar Uchiha bisa merasa aura gelap yang sedang di tahan Kaisar Uchiha. Shisui melirik bangsawan yang berani memprotes perintah Kaisar Uchiha.

Bangsawan Hyuuga, dikenal sangat mendukung Kaisar Uchiha. Tapi juga sangat posesif dengan kekuasaan yang dimililinya. Akibat sejarah yang dijelaskan Putri Uzumaki, jelas itu bisa menjadi ancaman.

Apalagi, ucapan Putri Uzumaki memang benar adanya. Para Uchiha memiliki sifat serakah terhadap perlindungan mutlak. Tapi, Shisui percaya, Kaisar Uchiha yang pernah menjadi murid didikan Kaisar Namikaze, tak mungkin memiliki sikap itu.

Dilihat dari sisi mana pun, Kaisar Uchiha bahkan selalu melakukan keadilan tanpa melukai. Lalu, kenapa bangsawan Hyuuga masih ketakutan apabila rakyat melakukan demo tentang pengangkatan Kaisar dari Bangsawan Uchiha?

"Yang Mulia, mohon diskualifikasi Putri Uzumaki."

Lagi, ucapan provokasi itu seolah menjadi senjata yang siap meledakkan ruangan ini.

Shisui paham betul, seberapa besar Kaisar Uchiha mencintai Putri Uzumaki. Walau semua orang berpikir Kaisar Uchiha lebih mendukung Putri Haruno.

Tapi, perhatian dan kasih sayang Kaisar Uchiha yang dilihat Shisui. Terus saja mengarah pada gadis surai pirang dengan manik musim panas itu.

'Apa yang akan Yang Mulia lakukan?'

"Sekertaris istana." Kaisar menatap Shisui tajam.

Para menteri tak lagi mengeluarkan suara. Dalam hati, mereka sudah sangat yakin keinginan mereka akan segera terkabul.

"Soal kontes etika kerajaan: melakukan ritual pernikahan kekaisaran. Dan sebagai jurinya adalah ... Putri Mikoto dan Putri Tsunade."

"Yang Mulia--"

"Siapapun yang berani menentang, maka ... hukuman mati akan dia terima."

Shisui tak mengerti maksud perintah dari Kaisar Uchiha, ritual pernikahan kekaisaran adalah hal yang sangat sakral apa lagi itu harus di lakukan di istana lama.

Tapi bukan hal itu yang Shisui cemaskan, melainkan dua putri sama sekali tidak diberikan materi ritual pernikahan kekaisaran.

Lalu, bagaimana mereka bisa menyelesaikan kontes tanpa bekal apa pun?

Shisui melirik Perdana Menteri, lelaki tua itu sejak tadi hanya diam saat seluruh menteri melakukan protes. Onycnya bisa menangkap kegelisahan dibalik tubuh kaku itu.

Jelas saja, protes yang diajukan pastilah masih memiliki hubungan dengan perintah Perdana Menteri.

'Perdana Menteri mencoba menjatuhkan Putri Uzumaki, tapi dibanding membela Putri Uzumaki. Yang Mulia Kaisar lebih memilih tindakan adil.'

"Baik Yang Mulia." Shisui menggulung hasil tulisan yang telah di beri stampel kekaisaran.

***

Disini lah ia berada, di atas tanah yang tampak tak asing baginya, ia melihat gedung tua namun terawat seolah menyambut kedatangannya. Padahal apa yang dilihatnya hanya benda mati, tapi kenapa ia merasakan rindu yang teramat besar?

Kaki kecilnya kembali melangkah, memasuki halaman yang telah siap sebagai tempat melakukan kontes etika kekaisaran.

Namun, baru satu langkah, kakinya langsung merasa lemas tak bertenaga. Udara di sekeliling seolah lenyap terganti dengan rasa sesak yang mengikat dadanya.

Tangannya dengan kasar memukul dadanya. Ia tak suka rasa sesak yang ia rasakan sekarang. Matanya mulai memerah mengeluarkan air mata tanpa ia perintah. Mulutnya terbuka, mencoba memasukkan udara untuk bernapas.

Sayang ... kegelapan lebih dulu menyelimuti dirinya.

'Apa ini yang dinamakan di paksa mati?'

Tbc

Saya tunggu vote dan comentnya ya. Coment kalian bagai asupan untuk penulis kecil ini. 😚😚😚

Princess (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang