Happy reading ⬇️
"Happy birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday Ashel"
"Yey"
Suara tepuk tangan menggema di ruangan VVIP sebuah restoran terkenal di salah satu ibukota Jakarta yang menjadi tempat dimana Ashel, sahabat Shani merayakan hari ulang tahunnya. Tamu undangan yang rata-rata adalah teman sekelas mereka dulu sewaktu SMA yang sekaligus menjadi reuni untuk mereka.
Adel yang merupakan pasangan Ashel pun setia selalu berada disamping sang belahan jiwa, Shani berdiri disamping Adel dengan tangannya yang menggenggam tangan Zyan. Ruangan VVIP itu berisi lebih dari 20 orang dan sebagian dari tamu yang sudah menikah juga membawa sang buah hati mereka.
"Selamat ulang tahun onti acel"Zyan mengucapkan selamat pada Ashel dengan aksen nya yang khas anak-anak dan menggemaskan serta memberikan kado yang sejak tadi di pegang nya untuk Ashel.
Ashel mencubit pelan pipi Zyan dan kemudian menciumnya membuat bocah laki-laki itu tertawa karena mendapat kecupan-kecupan di wajahnya.
"Makasih ya sayang"Ashel menerima kado dari Zyan dan meletakkan nya ditempat kado bersama dengan kado-kado lainnya.
"Happy birthday ya Ashel. Doa nya yang baik-baik buat kamu dan keluarga kecil kamu"Shani memeluk Ashel yang tentu dibalas oleh Ashel.
Ashel dan Adel memang sudah menikah satu tahun yang lalu, dan mereka sudah memiliki putri yang baru berumur 3 bulan. Adel bekerja di anak perusahaan milik orangtuanya sebagai direktur.
Acara ulangtahun Ashel yang sekaligus acara reunian itu berakhir setelah 3 jam lamanya. Para tamu sudah pulang sejak beberapa puluh menit yang lalu. Adel, Ashel, Shani dan Zyan berada di depan pintu restoran menunggu jemputan Shani dengan Zyan yang tertidur berada di gendongan Adel.
"Makasih ya ci, udah mau nyempetin dateng di acara ku. Padahal gak datang juga gapap loh. Kan Cici lagi hamil gede"Ashel berucap dengan sedikit gak enak.
"Gapapa kok Shel, aku gak mungkin gak datang diacara kamu. Kita juga udah lama gak ngumpul bareng kan"jawab Shani dengan senyuman.
"Cici di jemput sama siapa? Kak Gracia kan?"tanya Adel tiba-tiba karena memang sejak tadi hanya diam saja menyimak obrolan dari Ashel dan Shani.
"Gak Del, aku dijemput sama kak Hans. Soalnya kak Ge lagi diluar kota ngurus cabang perusahaan yang ada disana. Katanya ada sedikit masalah"jawab Shani yang diangguki paham oleh Adel.
Tak berapa lama sebuah mobil berhenti didepan mereka. Seorang laki-laki keluar dari arah kemudi dan berjalan mendekat.
"Maaf ya lama"ucap laki-laki itu yang ternyata ada Hans, kakak laki-lakinya Sisca yang juga kakak angkatnya Shani.
"Gapapa kok kak. Kita juga belum lama keluar nya."
Hans mengangguk dan mengambil alih Zyan yang berada di dalam gendongan Adel. Hans segera meletakkan Zyan di kursi belakang dan memasangkan pengaman untuk ponakannya.
"Kita duluan ya Del, Shel."Shani melambaikan tangannya pada dua sahabatnya itu. Jika kalian tanya dimana orangtua Ashel dan Adel, jawabannya mereka ada dirumah bersama anak Adel dan Ashel. Karena acara itu khusus dibuat untuk Ashel dan Adel yang ingin merayakan ulang tahun Ashel dengan teman-teman mereka.
____________
"Zyan aaaa"
Bocah laki-laki itu membuka mulutnya dan memakan buah yang disuapkan oleh sodaranya itu di sela dirinya bermain dengan mainannya.
"Makan yang banyak ya, biar cepet gede kayak kakak"
Zyan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa melihat sang saudara yang tersenyum padanya. Veranda yang melihat keakraban dua anak beda umur itu tersenyum senang pasalnya jarang-jarang bisa melihat dua bocah itu bisa akur seperti sekarang ini.
"Giselle, udah itu adik nya jangan banyak-banyak di kasih buah nya. Kan adik nya gak boleh makan banyak buah."
Giselle yang mendengar teguran dari sang mama kemudian menghentikan aksi suapnya pada sang adik. Menyingkirkan mangkok yang berisi berbagai buah yang sudah dipotong-potong itu menjauh.
Zyan menolehkan kepalanya ke arah Veranda dan kemudian berdiri, berjalan mendekat dengan tangannya yang direntangkan. Veranda yang tau maksut dari bocah laki-laki itupun segera mengangkat tubuh Zyan kepangkuan nya.
"Bunda"rengek Zyan pada Veranda.
Veranda melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12:40. Pantas saja Zyan bocah itu merengek ternyata sudah jam tidurnya.
"Bobo sama mama Ve ya sayang."
Veranda berdiri dari duduknya dan berjalan kearah kamar tamu di rumahnya, dibelakangnya Giselle mengikuti sang mama dan juga Zyan yang sudah mulai nangis memanggil bundanya.
Veranda menidurkan Zyan di kasur kemudian dirinya ikut berbaring disamping kiri di ikuti oleh Giselle yang juga berbaring disebelah kanan. Tangan kecil Giselle menepuk-nepuk pelan paha Zyan berharap agar bocah itu cepat tidur. Veranda yang melihat itu tak bisa menahan senyumannya, putrinya yang biasanya sangat jahil terhadap Zyan kini malah terlihat menjaga sang adik.
Zyan yang merasakan tepukan di pahanya dan karena memang sudah sangat mengantuk pun begitu cepat menutup matanya dan tertidur. Veranda tersenyum melihat itu, sepertinya memang benar apa yang dikatakan oleh Mama nya tempo hari. Seperti nya memang sudah waktunya dirinya memberikan adik untuk anaknya itu.
____________
"Dedek sehat-sehat ya didalam perut bunda. Jangan nakal kasihan bunda nya kalo dedek nakal."
Shani mengusap lembut rambut Gracia yang sedang mengajak berbicara calon buah hati mereka. Setiap malam sebelum mereka tidur Gracia selalu menyempatkan untuk mengobrol dengan calon buah hati mereka. Usia kandungan Shani sudah masuk 9 bulan yang berarti hanya menunggu hari untuk Shani melahirkan. Dan tentu itu membuat Shani Gracia serta keluarga besar sangat tak sabar akan hari itu. Bahkan Zyan yang sebentar lagi akan menjadi seorang kakak pun juga begitu antusias. Bocah yang tinggal beberapa bulan lagi genap berusia 3 tahun itu selalu bertanya kepada orangtuanya kapan sang adik akan datang.
Malam ini keluarga kecil itu tidur bersama di kamar milik Shani dan Gracia. Zyan yang sudah lebih dulu tidur dengan nyenyak, sedangkan kedua orangtuanya masih belum tidur.
"Kak"panggil Shani lirih
"Hmm. Ada apa sayang?"tanya Gracia yang sedang memeluk tubuh Shani dari samping. Mereka berdua duduk di sofa yang ada di kamar dengan tangan kanan Gracia merangkul bahu Shani dan tangan kirinya mengelus perut buncit Shani.
"Nanti kalau aku gak bisa terus-terusan sama Kaka dan anak-anak. Kakak janji ya sama aku, kalau kakak bakal selalu bahagia sama anak-anak."
Gracia mengerutkan keningnya kala mendengar ucapan dari sang istri yang menurutnya aneh.
"Kamu ngmong apa sih Shan. Jangan ngmong kayak gitu. Kita bakal sama-sama terus sampai tua. Aku gak suka ya kamu ngomong kayak gitu"Shani diam tak menjawab ataupun menanggapi ucapan dari Gracia. Entah mengapa Shani punya firasat jika dirinya tak akan lama bisa bersama dengan keluarga kecilnya.
Gracia yang merasakan kegundahan hati istrinya pun mengeratkan pelukannya dan menepuk-nepuk pelan bahu Shani, mencoba menenangkan.
'tuhan. Jika memang aku tak bisa bersama selamanya dengan keluarga kecilku. Paling tidak biarkan bayi yang ada dalam kandungan ku ini menjadi kebahagiaan untuk mereka'
'tuhan. Tolong. Jangan pernah pisahkan kami. Jangan biarkan kesedihan masuk kedalam keluarga kami'
TBC.
Sad ending atau happy ending nih??? 😁😁
Maaf ya bnyak typo 🙏
Bentar lagi tamat nih 😁😂
See you next part ➡️
KAMU SEDANG MEMBACA
INDESTRUCTIBLE
FanfictionHanya cerita halu dari author yang dituangkan dalam cerita. Silahkan baca bagi yang berminat. Budayakan beri vote ygy