03. MENGIKUTI ALUR JALANNYA

43.3K 1.9K 12
                                    

"Bukan curang, tapi pintar."

•••

SMA Astuwira, salah satu sekolah yang memang cukup menarik dikalangan para remaja. Banyak yang ingin menjadi salah satu murid disana.

Tak hanya bangunan yang luas, lantai yang cukup banyak, kegiatan-kegiatan yang pastinya selalu menarik, juga banyak murid kalangan atas yang pasti akan dijumpai ketika mereka memasuki kawasan sekolah itu.

Saat ini, beberapa murid mendatangi lapangan untuk melihat para siswa bermain basket. Heboh, berteriak, menyemangati, mereka lakukan disana. Tak terkecuali untuk tiga siswi yang saat ini berdiri tak jauh dari para murid lainnya.

"Kok kayak ga asing ya?" Ametha mengetuk dagunya dua kali, melihat salah satu siswa yang saat ini bermain basket.

Aruna menggigit jarinya, gemas. Melihat Samu yang bermain dengan sangat cool, banyak keringat yang sudah menetes di keningnya.

Ingin sekali Aruna berteriak. SEMANGAT SAYANG! tidak-tidak, itu terdengar sangat menggelikan. Aruna ingin berteriak dengan keras. SEMANGAT SAMU 'NYA RUNA!

Aruna menutupi wajahnya dengan kedua tangan, merasa malu akibat pemikirannya. Sudah jelas jika Aruna tidak seberani itu, karena dari awal Samudra mendekatinya, sampai sekarang pun, Aruna masih merasa malu-malu.

Fisaka tertawa keras melihat Aruna menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menyenggol lengan gadis itu.

"Semangatin dong, ayangnya!" Titah Fisaka, menggoda.

"Apaan sih," Aruna menunduk malu.

"Kalau aja Argas sekolah disini, terus ikut main. Pasti gue semangatin, gue teriak buat ngalahin suara para cewek lain." Ujar Fisaka.

"Gue mau nanya dong sama kalian," tanya Ametha.

Fisaka menaikkan satu alisnya. "Apa tuch?"

"Kalian kenal ga, sama cowok itu? Yang itu tuh, yang barusan masukin bola ke ring." Ujar Ametha, menunjuk dengan jarinya.

Aruna mengangguk. "Oh, kak Luvi maksud lo?"

Ametha mengernyit. "Hah? Kak?"

Fisaka menepuk jidat, menggeleng gemas. "Padahal gue sering ngomongin mereka, mereka tuh anak-anak basket. Mereka sering main di lapangan, lo sih, di ajakin selalu ga mau."

Aruna mengangguk. "Dia kak Luvi, kelas 12. Temen nya kak Samu waktu SMP, cuman sekarang mereka udah ga akrap lagi."

Ametha mengangguk faham. Oh, kakak kelas ternyata. Pantesan aja sikapnya songong.

"Kenapa emang? Lo naksir?" Ujar Fisaka, menarik turunkan kedua alisnya, meminta jawaban.

"Bagus dong, jadi bentar lagi lo ga jomblo lagi." Ujar Aruna, terkikik geli.

"Gak lah!"

"Emang nanya doang, ga boleh?" Sewot Ametha.

"Dia tuh--"

"AMETHA!"

setttt

Bersamaan dengan Fisaka yang berteriak, Ametha dengan gesit menangkap bola yang terlempar ke arah wajahnya.

Ametha menurunkan bola yang dirinya pegang dengan kedua tangannya dari depan wajahnya, tepat ia menurunkan, Ametha langsung melihat ekspresi wajah tak suka.

"Kak?" Ametha tersenyum. "Ga bisa main, ya?"

"Heh!" Aruna menyenggol Ametha, meminta untuk menjaga sikap.

 POISONOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang