"Ini hukuman buat orang yang udah berani nantangin gue."
•••
Tak
Tak
"Lah?" Dravin menggaruk pelipisnya bingung, melihat Gerry begitu lihai bermain billiar, yang awalnya ia lihat bola jauh dari jangkauan Gerry, seketika menghilang.
Memang siang ini mereka gunakan untuk bermain billiar, Gerry tersenyum sombong, menepuk dadanya bangga.
"Hebat," ujar Sastra, memuji.
Iyalah hebat! Orang pake cara licik.
"Lo berdua harus belajar dari gue, gue ini leluhur kalian." Ujar Gerry, mengangkat sedikit dagunya.
Gerry memang salah satu dari mereka yang sangat menyukai billiar, jika serius, ia akan memenangkan siapapun yang melawannya. Namun jika sedang seperti ini, ia bisa menjadi sangat curang.
"Tengil anying, muka lo. Perlu gue tempelin wajan gosong?" Ujar Dravin.
Gerry tergelak, menepuk pundak Dravin. "Santai-santai, ga usah marah gitu lah. Gue ga bakal ngejek kok, gue bisa ajarin kalau lo mau."
"Lo minta gue tonjok, hah?" Ujar Dravin, kepalan tangannya sudah berniat untuk menonjok Gerry.
"Aduh-aduh, sakit, sakit." Gerry meringis memegang pipinya, yang bahkan kepalan tangan Dravin pun belum sampai menyentuhnya.
"Anjir," suara tawa Sastra terdengar, menggeleng pelan.
Dravin mendengus. "Cocok dah lo, jadi pemain Indosiar."
Gerry balas dengan suara tawa, ia mengambil kalung yang sempat ia lepas, lalu mulai memakai nya kembali.
Pandangannya teralihkan dengan kehadiran satu temannya lagi, Luvius.
"Mampir kemana lo? Kita tungguin dari tadi." Kata Gerry.
Luvius tak menjawab, ia menaruh bungkusan kresek warna hitam. Bukan Dravin namanya, jika tidak langsung menyerbunya.
"Widih, tau aje kita lagi laper." Ujar Dravin, terkekeh.
Ada beberapa minuman soda, makanan ringan, dan ada pop mie.
"Gue masak dulu lah, kalian mau ga?" Ujar Sastra.
Ada beberapa orang disana, mereka mengangguk, Sastra langsung mengambil pop mie lalu bergegas ke dapur belakang.
"Gue kasian dah, Lu. Sama cewek yang lo kalahin tadi siang." Ujar Gerry, duduk dengan satu minuman soda.
"Kalau naksir, bilang aje." Ujar Dravin, menyahut.
"Lah, gue---"
"Yaelah, bang. Kemarin aja gue lihat bang Gerry jemput cewek SMP," suara Alan menyahut, dengan sedikit tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Dla nastolatkówMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023