35. PADA HATI YANG SEDANG BERBICARA

14.3K 960 57
                                    

"Kalau cemburu, tandanya sayang, kan?"

•••

TERNYATA, memang benar ucapan Sastra, Dravin, bahkan Gerry, sewaktu dulu mereka selalu berkata.

"Yaleah, Lu. Lo belum ngerasain aja diperbudak cinta."

"Nggak ada yang namanya hati batu, ada waktunya itu hati luluh."

"Nanti, lo pasti kemakan omongan sendiri."

Luvius, saat ini merasa tidak akan pernah menyangkal lagi. Rasanya, jatuh cinta itu indah, ya? Padahal, belum ada 24 jam, namun Luvius merasa seperti sudah 24 bulan.

Terlalu lucu memang, jika mengganggap serius cinta di usia mereka yang masih berada di bangku sekolah. Namun, tak salah jika mereka ingin merasakannya. Kata orang, cinta di bangku sekolah itu memang menyenangkan

Bercerita, bercanda gurau, Luvius merasa leluasa tanpa jeda. Ametha, gadis cantik itu dengan gemasnya memandangnya dan mendengarkan semuanya.

"Aku kayak lagi ngobrol sama orang yang berbeda," ujar Ametha, tiba-tiba.

Luvius mengernyit. "Gue?"

Ametha mengangguk. "Benar-benar beda, kayak bukan Luvi yang aku kenal."

Ametha juga merasa sedikit aneh, disini, cowok itu menyuruhnya merubah nada panggilan, namun cowok itu sendiri tetap menggunakan bahasa Jakarta. Ametha tak mempermasalahkan, asal itu Luvius, ia tetap suka.

Luvius sedikit membenarkan tidurnya, saat ini ia sudah sangat nyaman untuk menidurkan kepalanya di atas paha Ametha.

"Kenyataannya ini gue, Luvius yang sama."

Ametha mengelus lembut rambut lelaki yang saat ini memejamkan matanya. Ia tak ingin berbohong, hatinya merasa terisi, hawa di malam hari ini, terasa hangat.

Luvius berani berkata di depan orang tuanya, mengakui jika ia adalah miliknya, dan berani berjanji untuk menjadikan hubungan ini bukan hanya sekedar hubungan, namun juga pembuktian bahwa Luvius benar-benar mencintainya.

"Luvi."

"Hm?" Luvius membuka mata, setelah beberapa detik lalu terpejam.

"Alasan apa, yang buat kamu tiba-tiba kayak gini? Maksudnya, sejak kapan?"

"Perasaan, aku nggak ngelakuin hal lebih yang bisa bikin kamu jatuh cinta."

Luvius tersenyum, menyipitkan matanya, menatap dalam seolah mencari sesuatu di dalam sana, netra indah yang sekarang menjadi candunya.

"Batu, kalau ditetesin air terus-menerus bisa jadi kecil, halus."

Ametha mengernyit, tidak mengerti. "Emang iya?"

Luvius mengangguk. "Sama kayak gue, lo nggak satu hari dua hari nampakin diri, lo bikin gue ngerasa lagi deket sama mama. Sejak... Di Bandung."

Ametha mengerjap. "Jadi... Kamu serius?"

"Maksudnya, kamu serius cinta sama aku? Eh, maksudnya, kamu nggak lagi mainin aku?" Ametha merasa sedikit kesal, ucapannya mendadak belibet.

 POISONOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang