"Lo sendiri yang bilang, cuman cowok pengecut yang nggak ngakuin kesalahannya."
•••
"Gue kemarin abis dari minimarket,"
"Nah disana gue ketemu tuh sama cewek cakep, mulus."
"Gue ajakin ngobrol, gue ajakin minum, suaranya alus bener."
Dravin mengambil bantal kursi, lalu kembali menatap Gerry dengan serius, cowok itu menceritakan kejadiannya sewaktu bertemu wanita cantik- katanya.
Sastra juga begitu, dengan baik hati kedua cowok itu mendengarkan curhatan temanya.
"Gue tanya nih, rumahnya dimana?" Ujar Gerry.
"Terus-terus?" Dravin berucap kecil.
"Ternyata lumayan deket, cuk! Dari apartemen gue. Gue seneng dah tuh disitu, gue kira bakalan nyusul lo, punya pacar."
"Gak lama, tuh. Gue tanya lagi, sekolahnya dimana, neng?"
"Dia ternyata masih kelas 11, sekolah di SMA MajaPati. Basa-basi terus gue disitu, gue bikin nyaman anaknya."
"Nah tiba-tiba ini cewek ngomong ke gue, bang, lo asik, boleh minta WhatsApp nya?" Gerry meminum minuman kaleng sodanya sebelum melanjutkan bercerita.
"Gue seneng itu, tanpa banyak omong, gue kasih nomor gue. Gue bilang gini, iya cantik, nih nomor gue, kapan-kapan gue ajak jalan lagi,"
"Waktu dia ngomong lagi, perasaan gue udah ga enak, apalagi lihat senyum-senyum mencurigakan."
"Matre kali." Ujar Dravin.
"Kagak ada cewek matre, bro. Cewek cantik, ya mahal." Ujar Sastra, membenarkan.
"Kagak, cuk!" Ujar Gerry.
"Lo berdua pengen tau dia ngomong apaan?"
"Hah? Apa?" Dengan penasaran tinggi, Dravin bertanya.
"Dengan suara alusnya, tuh. Dia ngomong gini, tapi gue gak cantik, bang. Disitu gue ngira ini cewek mungkin kebanyakan inscure, mangkanya gak percaya kalau gue puji cantik."
"Gue yakinin terus kalau dia cantik, lah tiba-tiba ngomong gini. Gue emang cotik, bang."
"Gue bingung tuh, maksudnya apaan?"
"Dia jawab lagi, gue cotik, cowok cantik, abangnya asik, gue emang lagi cari seme, kalau lo mau lebih lanjut, nanti gue chat lagi, bang. Gue dandan lagi biar kelihatan lebih cantik."
"Denger itu, GUE LARI! GUE BLOKIR NOMORNYA!" Dengan kesal, setelah bercerita Gery melempar kaleng sodanya ke arah tong sampah.
"Pfff, anjing! Nggak sesuai ekspektasi!" Sastra mengumpat, ia tertawa kencang. Ia kira teman satunya ini akan berakhir jadian.
"Gila, gue udah serius dengerin dari tadi." Tidak jauh beda, Dravin juga melampiaskan tawanya dengan kencang.
"Trauma gue, males ngajakin cewek asing ngobrol." Ujar Gerry, meraup wajahnya.
"Harusnya lo terima aja, kali aja lo tertarik." Ujar Dravin, tidak bisa menahan tawanya.
"Bego! Gue masih normal!" Ujar Gerry.
"Diluar jalan ekspetasi gue." Ujar Sastra, menggeleng kecil, ia sampai sakit perut akibat tertawa keras.
Ting
Mendengar notifikasi, Sastra segera membuka ponselnya. Mengernyit ketika terpampang nama Ametha disana.
Setelah membaca, Sastra segera beranjak panik dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Подростковая литератураMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023