"Gue tegasin, Tra. Kita keluarga, dan lo saudara gue."
•••
LUVIUS tidak ingin pulang, ia ingin menginap di apartemen kecil miliknya. Apartemen yang sudah lama tidak ia kunjungi, apartemen tempat ia tinggali dulu.
Namun, ia terpaksa berhenti ketika melihat keramaian di tengah jalan, cukup banyak motor yang berhenti untuk melihat.
Berhenti untuk menepikan motor, lalu turun untuk melihat apa yang terjadi.
Kecelakaan terjadi disana, Luvius bisa melihat motor ojek yang sedikit rusak. Ada seseorang yang dibantu untuk bangun dari jatuhnya.
Luvius memicingkan matanya, merasa tidak asing, setelah mengenali, Luvius mendengus kasar.
"Cewek itu lagi."
Dia Ametha, yang saat ini menampilkan raut wajah kesakitan disana.
Samar-samar Luvius bisa mendengar pembicaraan Ametha dengan beberapa pengendara yang turun.
"Mbak, saya bantu ke rumah sakit? Perlu saya panggil ambulan?"
"N-ngga usah, pak. Sshh, s-saya mau telfon kakak saya aja,"
"Loh, bahaya mbak, tangan mbaknya kayaknya keseleo, bisa bahaya kalau ga segera di urut."
"Saya beneran ga papa."
"Mas? Mas temennya?" Ada salah satu warga yang berbicara di belakang Luvius.
Luvius menoleh, mengernyit bingung.
"Kalau mas temen nya, bawa mbaknya ke rumah sakit mas," Karena memang Ametha dan Luvius menggunakan seragam sekolah yang sama, warga itu mengira Luvius adalah temannya.
"Saya---"
"Tolong, mas. Kasian mbak nya," belum selesai Luvius berbicara, Luvius lebih dulu ditarik untuk membantu Ametha.
"Biar mbaknya dibantu sama temennya,"
Ametha mendongak, mendapati Luvius yang memalingkan wajahnya.
Kok kak Lu sampai sini, sih?!
"Awh," Ametha berpegangan pada kedua pundak orang yang membantu nya untuk berdiri, kakinya banyak luka goresan.
Posisinya saat terjatuh tadi cukup membuat tubuhnya terbentur keras dengan aspal jalanan.
"Ayo mas, perlu saya pesankan taksi?"
Luvius menghela nafas, menatap Ametha dengan sorot tajam. Sontaka, Ametha menunduk.
Gila! Udah kayak mau makan gue aja!
Walau tidak berbicara, dalam hati Ametha sudah banyak sekali mengeluarkan kata.
"Ga usah, saya bawa motor." Luvius membantu Ametha dengan memapah gadis itu, cengkraman kuat Luvius rasakan pada sebelah pundaknya.
"Pelan-pelan, kak! Tubuh gue sakit semua," gerutu Ametha pelan.
"Diem, sebelum gue bikin luka lo tambah parah." Bisikan sadis itu, membuat mulut Ametha diam.
Dengan susah payah Ametha menaiki motor tinggi milik cowok itu.
"Perasaan, jok motor kak Vino ga sampai setinggi ini adeh." Gumamnya.
"Jangan ngebut ya, kak. Gue pake rok soalnya," Ujar Ametha, ketika Luvius mulai menjalankan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Roman pour AdolescentsMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023