05. TERUS-MENERUS MENGULANGI

39.1K 1.8K 1
                                    

"Sebelum bertindak, lo harus tahu waktu kelengahan lawan lo."

•••

SUARA kedai malam ini sangat ramai, bukan kedai kopi, bukan pula cafe dan semacamnya, melainkan kedai tempat para pekerja bisa leluasa mengambil dan makan apapun disana. Suara anak kecil yang tersenyum bahagia karena bisa leluasa mengambil jajanan tanpa membayar, bisa disebut sebuah toko.

Toko Harapan, nama yang mungkin simpel dan mudah digunakan, tak ada niatan untuk merubah nama toko yang lebih bagus, mereka hanya ingin toko ini bisa berguna untuk semua yang membutuhkan.

Luvius, Gerry, Sastra, Dravin, mereka sepakat membeli sebuah toko menggunakan uang daru para donasi yang diberikan. Memang tak sebesar toko lain, tapi mereka menaruh harapan besar didalam sana, harapan agar semua manusia yang tidak mampu juga bisa merasakan kenyang selalu.

"Adem gitu hati gue, ngelihat itu bocah-bocah seneng," ujar Gerry, melihat dari luar, betapa bahagianya anak-anak jalanan itu.

Sastra mengangguk. "Jadi ke inget adik gue, dulu adik gue suka jajan, semenjak kejadian itu, gue bahkan susah buat ngajak dia ngobrol."

Dravin menepuk dua kali pundak Sastra. "Lo kuat, bro. Adik lo bisa sembuh, bentar lagi."

Sastra terkekeh. "Makasih."

"Luvi mana dah, ga dateng-dateng tuh anak." Ujar Gerry, sengaja merubah pembicaraan.

Sastra melihat jam tangannya. "Telfon aja telfon."

Dravin mengangguk, mengambil ponsel dalam saku untuk menelfon Luvius. Bukannya mendapat jawaban, Dravin mendapatkan suara wanita yang mengatakan nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif, mohon hubungi---pip.

Dravin menggeleng, menandakan tidak ada jawaban.

***

Pyar

Dengan kuat, Luvius membanting botol minuman yang baru saja ia teguk hingga tandas. Kedua matanya sudah memerah, tubuhnya hampir hilang tenaga.

Duduk di kursi yang sama, namun tidak dengan gadis itu, gadis yang membuat Luvius merasa sangat kesal.

Luvius menyuruh untuk menunggu, namun dengan keras kepalanya, Ametha meninggalkan Luvius dari sana.

"Anjing!" Luvius menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri, mencoba menghilangkan rasa pusing.

Seorang wanita yang sejak tadi membuntuti Luvius dan mengaku bartender wanita, duduk di samping Luvius dengan minuman di tangannya.

"Minum lagi? Babe?"

Luvius menajamkan kedua matanya, melirik sarkas ke arah wanita itu, mendongak dengan pejaman mata sebentar, ketika dengan lancang wanita itu mengelus area lehernya.

Tak bertahan lama, ketika dengan kuat, Luvi mencengkram pergelangan tangan wanita itu.

"Stop..."

"M-minum sekali lagi, ga usah bayar, g-gratis." Ujar wanita itu gagap, menahan ringisan.

"Kayak lo?" Tersenyum sinis melihat wajah terkejut itu, Luvius menghempaskan tangan wanita itu.

Luvius masih cukup sadar untuk tidak kelewat batas disini, niatnya hanya ingin memberi hukuman kecil untuk Ametha. Sialnya, gadis itu sudah buru-buru kabur.

 POISONOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang