"Gue nggak butuh maaf, tanpa penjelasan."
•••
TIDAK jarang, setiap pulang sekolah, Ametha selalu mendatangi salah satu tempat favoritnya- Gramedia. Banyak sekali buku favorit yang ingin sekali gadis itu baca.
Ametha melihat-lihat dan membaca deskripsi di belakang buku yang masih bersampul.
"Ini kayaknya genre fantasi, coba aja kali ya," Sebenernya sudah ada dua buku novel yang siap Ametha beli.
"Ekhem,"
Tepat suara itu, Ametha langsung menoleh, sudah ada seseorang yang tidak asing lagi di pandangannya.
"Kak Lu? Kebetulan banget," ujar Ametha.
"Suka kesini juga?"
Luvius menoleh, ia memang berada disana sejak beberapa menit lalu, untuk mencari buku yang bisa ia baca ketika ada waktu luang, dan ini juga sudah menjadi kebiasaannya. Walau hanya satu bulan dua kali, Luvius mengunjungi Gramedia.
"Kenapa?" Bukanya menjawab, Luvius justru bertanya.
Ametha menggeleng. "Nggak kenapa-kenapa, sedikit kaget. Cari apa disini?"
"Disini ada apa?"
Ametha berdecak, cowok itu selalu saja bertanya balik. "Ada buku, lah!"
"Ya udah." Ujar Luvius, menjawab. Cowok itu berjalan menjauh, berada di antara rak-rak buku.
"Enak banget jadi penulis, bisa nuangin semuanya didalam tulisan, kalau gue ngehalu aja bisanya," ujar Ametha, pelan.
"Curhat?" Luvius melirik gadis itu, yang saat ini ikut berdiri di sampingnya.
Ametha menampilkan cengirnya. "Hehe, enggak sih. Tapi beneran enak banget ya jadi penulis, apalagi kalau bisa diterbitin, dapet uang lagi."
"Yang lo kira gampang, belum tentu gampang di orang yang ngerasain." Ujar Luvius.
"Loh? Kan emang gampang, kak! Tinggal halu, tulis deh."
Luvius menghela nafas, melayangkan jitakan kecil, hingga membuat Ametha meringis.
"Orang lain gak akan tau kalau gak ngerasain, sesuatu yang dilihat gampang digapai, belum tentu segampang itu."
Ametha mengangguk menyetujui. "Eum, bener juga, sih. Gue pernah dapat kata-kata kayak gini, kak. Seorang penulis bisa mengabadikan sebuah memori, dan jika kamu spesial, kamu bisa abadi didalamnya."
Luvius mengangguk. "Memang." Cowok itu mengambil salah satu buku yang berjudul 'The Dark.'
"Kalau misalnya kak Lu jadi penulis, kak Lu mau mengabadikan siapa?" Ujar Ametha, penasaran. Ia juga ikut membaca judul buku yang berada di tangan Luvius.
"Kak Lu, suka banget ya baca buku kayak gini?" Pertanyaan yang pertama belum terjawab, Ametha sudah menanyakan pertanyaan lagi.
Luvius membuka lembar kedua, lalu mengangguk. "Ya."
"Kegelapan penuh warna hitam, seolah banyak misteri yang tidak terlihat. Sama dengan laut, dia indah, namun didalamnya sangat dalam, hingga siapapun bisa tenggelam." Ametha dengan teliti membaca kata awalan yang berada diatas lembaran kedua.
"Kayaknya bagus bukunya!" Ametha berseru. "Ada lagi, nggak?"
Luvius mengambil satu buku yang sama, lalu ia berikan dan diterima dengan antusias.
"Kak Lu, lo belum jawab pertanyaan gue!"
Luvius mengernyit, berjalan menuju kasir untuk membayar, ia akan membeli buku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Teen FictionMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023