"Mustahil, kalau nggak ada yang jatuh cinta dengan perempuan berhati malaikat."
•••
BEBERES, satu kata yang saat ini beberapa anak muda itu lakukan. Luvius dan teman-temannya memutuskan untuk pulang pagi ini, meninggalkan kota Bandung dan kembali ke kota Jakarta untuk menempuh kembali kegiatan belajarnya.
"Widih, perasaan tas lo paling kecil dari kita-kita, kenapa sekarang makin gede aja?" Ujar Gerry, penasaran. Ketika melihat tas yang Ametha bawa.
"Oleh-oleh, gue udah janji bawain oleh-oleh buat temen-temen." Ujar Ametha.
"Ini juga karena kak Luvi kemarin, kak Luvi juga yang bayarin, gue bebas pilih apa aja."
"Makasih, ya?" Ujar Ametha tulus.
Luvius hanya mengangguk sekali, cowok itu membantu memasukkan tas kedalam bagasi.
"Sorry, Tha. Alice bareng gue semobil." Ujar Dravin.
Ametha mengernyit. "Kan dari awal emang gitu."
Dravin menggeleng. "Kali ini berdua aja, kalian berempat semobil."
"Nggak!" Ujar Ametha, tidak terima. "Lo jangan aneh-aneh ya, kak! Sama temen gue!"
"Udah nggak papa, Tha." Ujar Alice, tersenyum. "Aku nggak papa, kok."
"Buruan," ujar Luvius, mendorong Ametha untuk masuk.
"Gue didepan! Enak aja! Gue cewek sendiri masa suruh dibelakang." Ujar Ametha, menggerutu. Gadis itu berdoa dalam hati, semoga Dravin tidak akan berbuat macam-macam.
"Gila, berisik bener mulutnya neng geulis." Ujar Gerry.
"Lo gak usah neng geulis-neng geulis, cewek mulu! Buruan, elah!" Decak Sastra, temannya ini sangat lama.
"Sabar, bodoh! Jangan sampai lo bikin kepala gue kepentok." Ujar Gerry, mendengus.
"Kak? Gak ada tisu?" Ametha bertanya, tangannya terasa berkeringat.
"Tra, ambilin dibelakang." Ujar Luvius, cowok itu fokus menyetir.
"Nih,"
"Eum, gue ikut prihatin ya kak, sama keadaan adik lo." Ujar Ametha, sembari mengelap telapak tangannya.
"Maaf juga gue gak ikut waktu itu buat jenguk adik lo,"
Sastra mengangguk. "Makasih, Tha. Santai aja, lain waktu kalau ke Bandung lagi, gue ajakin."
"Iya, seru ternyata di Bandung,"
"Yang lain?" Luvius bertanya.
Ametha mengernyit tidak mengerti. "Maksudnya?"
"Selain Bandung, kota mana yang mau lo kunjungi?"
Ametha terlihat berfikir. "Kalau di negara Indonesia, pengennya sih ke Jogja, ga pernah soalnya."
"Di Indonesia? Emang diluar Indonesia, pengen kemana?" Tanya Gerry, penasaran.
"Ke Eropa!" Ujar Ametha, bersemangat. "Ke Thailand juga! Pengen ketemu idola!"
"Palingan gak ada yang secakep gue," ujar Gerry.
"Narsis, bocah!" Decak Sastra.
Ametha menggeleng tidak terima, menoleh kebelakang lalu berkata. "Lebih tepatnya, kak Gerry gak secakep idola gue."
"Anjir!"
Mendengar itu, Sastra tertawa cukup kencang. "Lagian!"
"Buset, hati gue langsung jleb." Ujar Gerry, dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Teen FictionMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023