"Berdiri atau gue seret?"
•••
LANGIT sore hari ini terlihat merah keunguan, hampir menunjukkan jam enam malam, namun masih terlihat terang. Hawanya sejuk, jika seperti ini, bisa semua orang keluar untuk menikmati.
Ametha memotret langit terus-menerus, ia juga merekamnya. Langit seperti ini harus Ametha abadikan. Selain laut, sunset, pelangi, penampakan langit seperti ini juga selalu Ametha tunggu.
Sudah dipastikan, nanti banyak teman-temannya yang akan membuat story di sosial media.
"Tha, ikut gue nggak?"
Ametha menoleh, melihat Vino yang terlihat rapi, namun tidak dengan rambutnya yang terlihat sedikit acak.
"Kemana, tuh? Mau magrib kok keluar, katanya cewek nggak boleh keluar malam-malam." Ujar Ametha, menyindir. Vino sering kali berkata seperti itu.
Vino berdecak. "Kalau bareng gue nggak papa, ikut nggak?"
"Kemana dulu? Kalau nongkrong, nggak mau! Males, gue pasti dilihatin." Ujar Ametha.
"Ke acara birthday temen gue, dia ngadain party." Ujar Vino.
"Eh? Serius? Ikut dong!" Ametha berucap dengan mata berbinar.
"Ya udah siap-siap, gue tunggu di mobil."
"Oke!"
***
Lumayan mewah, dekorasi yang bermodelan warna biru, banyak sekali bunga-bunga berjejeran.
"Ini yang ulang tahun temen lo kan, kak? Kok kayak dekorasi pernikahan gini." Ujar Ametha.
Vino terkekeh. "Dia cewek."
Mendengar itu, Ametha mengangguk faham, tangannya terus saja Vino tarik untuk mengikuti langkahnya. Ia tidak mau sampai adiknya ini kesasar dan berjalan sendirian.
Sesampainya di dekat meja yang terisi beberapa orang disana, Vino melepas cekalannya, menyuruh Ametha ikut duduk.
"Wah, dia pacar lo? Temen gue gimana terus?"
Ametha bisa melihat tatapan sinis dari gadis itu ketika berbicara.
"Maaf, gue adiknya," ujar Ametha langsung, ia meluruskan agar tidak salah faham.
"Oh, adiknya..."
"Cantik adik lo." Puji Danang-- teman Vino.
Vino berdecak. "Biasa aja ngelihatnya."
"Sorry, ya? Sampai gue sinisin, gue kira lo pacarnya." Ujar Pusya, tertawa kecil.
Ametha mengangguk. "Nggak papa, emang kak Vino punya pacar? Mana pacarnya?"
"Loh? Ini pesta pacar kakak lo," ujar Bulan.
Ametha mengernyit, setelahnya ia mengangguk faham. Kok tadi Vino bilangnya temen?
"Biar gak kedengeran mama," bisik Vino, seolah tahu apa yang Ametha ucapkan dalam hati.
Ametha mengangguk lagi, ia terkikik geli. "Kenalin ke gue dong, kak."
Vino beranjak berdiri dari duduknya. "Ayo."
"Cie, disamperin, nih." Ujar mereka semua.
Ametha mengikuti Vino dari belakang, mereka berhenti di depan seorang perempuan yang terlihat anggun dan cantik.
Gadis itu berdiri, tersenyum cerah. "Vino--" ucapannya berhenti ketika melihat gadis lain di belakang cowok itu.
"Adik aku." Ujar Vino, sebelum ada kesalahpahaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Teen FictionMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023