23. PENGAKUAN

25.3K 1.4K 108
                                    

"Gue nggak yakin, kalau manusia sebaik lo bisa lakuin itu semua karena ingin."

•••

KILATAN amarah bisa dengan jelas Ametha lihat dikedua netra Luvius, dengan kasar cowok itu menariknya keluar gudang dan mendorongnya.

Susah payah Ametha bangun, namun kedua pundaknya sudah lebih dulu dicengkram kuat.

"K-kak, gue gak sengaja..." Ametha berkata lirih, ia terisak pelan, terlebih setelah mengetahui fakta mengejutkan itu, menambah ketakutannya.

"Cewek lancang kayak lo emang gak bisa dibilangin baik-baik," ucap Luvius, kedua tangannya mencengkram kuat kedua pundak Ametha tanpa memberi celah gadis itu untuk bergerak.

"LO TULI, HAH? LO TULI SAMPAI NGGAK BISA DENGER OMONGAN GUE?"

"UCAPAN GUE KURANG JELAS?"

"PERLU KU AMBILIN UJUNG PISAU BUAT BERSIHIN TELINGA LO, HAH?!"

"Udah, tolong berhenti..." Ametha berusaha menghentikan, suara Luvius terdengar nyaring di telinganya.

Luvius menarik lengan Ametha, memaksa gadis itu berdiri paksa. "Kak, gue gak sengaja," lirih Ametha, kedua matanya menyiratkan ketakutan yang cukup besar.

"Gak sengaja?" Luvius terkekeh. "Gudang di belakang, Tha. Dan lo bilang gak sengaja? Lo gak perlu susah payah bersihin rumah gue sampai belakang."

"Kak, sakit!" Ametha merintih kecil, Luvius menekan bekas luka di lengannya.

Luka itu Ametha timbulkan sendiri, ketika berusaha ingin menyelamatkan diri dari Rayan.

"Persetan!" Luvius menggeram tajam.

"LU!"

"LO NGAPAIN, GILA LO?" Suara Sastra menggelegar, mereka satu persatu datang menghampiri.

Sastra menarik tubuh Luvius untuk menjauh

Ametha memegang lengannya, ini benar-benar terasa nyeri, gadis itu berlari menghampiri Alice yang menatapnya khawatir.

"Ametha, kamu gak papa?"

Ametha memegang pundak Alice dari belakang dengan erat, gadis itu menyembunyikan wajahnya disana. "Pergi, ayo pergi..."

"Gak waras lo, Lu?!" Ujar Gerry menyentak.

Luvius tetap diam, tatapannya menatap Ametha nyalang. Tanpa disadarinya, ia melakukan hal sama seperti beberapa tahun lalu. Amarahnya tidak stabil, dan Luvius tidak bisa mengontrolnya.

"Bawa Ametha ke kamar, obatin lengannya." Ujar Dravin, ketika melihat lengan gadis itu mengeluarkan darah.

Alice mengangguk, ia menuntun Ametha yang terlihat ketakutan.

Sastra melirik ke arah gudang yang terbuka, menghela nafas panjang ketika mulai faham apa yang baru saja terjadi.

"Lagi?"

***

"Ametha, kamu tenangin diri dulu, ya?" Alice terus berusaha memberi ketenangan, mengusap lembut kedua pundak temannya ini.

 POISONOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang