"Cuman? Kamu nggak tau sebesar apa rasa sesal di hati aku, Tha."
•••
"Cara ngeredupin marahnya cewek, gimana?" Dravin berucap tiba-tiba, menimbulkan sedikit tawa teman-temannya.
"Kenapa lo? berantem?" Gerry terlihat meledek, ia ambil sebatang rokok untuk dinikmati. Posisi mereka berada di markas.
"Ck, biasanya juga lo jago Ger, kasih saran buru temen lo." Ujar Sastra. "Kasian, mukanya melas."
"Temen lo juga kali."
Dravin berdecak. "Gue minta saran, malah saling oper."
"Lagian lo berdua berantem mulu, ga cape?" Tanya Gerry. Tak ada habisnya pasangan itu bertengkar hampir setiap hari.
"Sekarang gue tanya, cowok mana yang nggak cemburu ngelihat pipi ceweknya dicium?"
"Cowok mana? jawab buruan!" Dravin menyentak tak sabaran, ia marah ketika tak sengaja melihat pipi Alice dicium, walaupun dengan kakak sepupu gadis itu.
"Ya walaupun sama sepupunya."
Sastra dan Gerry tertawa lepas, bingung ingin memberikan reaksi apa selain tertawa.
"Gini ya gue kasih saran, bagus nih. Kalau menurut gue ya, lo tanya baik-baik Alice, ya setau gue sepupu itu nggak boleh ada hubungan lebih, kalau kata gue sih." Ujar Gerry.
"Tapi kalau kata mbah google dan beberapa kenalan gue, mereka bilang sepupu boleh-boleh aja punya hubungan, malah ada yang sampai nikah."
Alis Dravin mengkerut bingung. "Terus? Sarannya apaan?"
"Putus aja." Dengan wajah tak berdosa, Gerry menjawab cepat.
"pff..." Sastra memalingkan wajahnya, menutup mulut agar tak kembali tertawa.
"Anjing!" Dravin hampir saja melempar asbak, namun segera ia urungkan ketika Sastra menyahut.
"Lo itu cowok, Vin. Umur lo lebih tua dari Alice, ya lo ajak lah ngobrol mereka berdua, lo tanya satu persatu." Sepertinya memang hanya Sastra yang tau waktu serius dan bercanda.
"Kalau lo pake emosi, mau sampai kapan selesainya?"
Gerry menjentikkan jarinya. "Sekalian, lo bikinin sesuatu, buket permen misalnya? Oh atau tas bunga? atau pesawat kertas, nanti lo tulis surat di dalamnya."
"Berisik lo Ger," Decak Dravin semakin pusing. "Dikira gue nggak modal."
Sastra menampol lengan Dravin kencang. "Eh jangan salah, kalau cewek lo tulus, dia nggak akan mandang rendah apapun barang yang lo kasih."
Gerry mengangguk setuju. "Effort lebih susah dilakuin, harganya menurut gue pun lebih mahal dari barang-barang branded."
Dravin terlihat berfikir, ia tersenyum. "Alice pernah cerita dia suka gelang dari benang, apa gue buatin aja? tapi nggak bisa gue anjing." setelahnya ia mengeluh pasrah.
"Jaman udah canggih, cari di YouTube juga banyak kali Vin, usaha dikit." Ujar Gerry.
Sastra menyalakan layar ponsel untuk melihat jam, hari sudah sangat malam, namun salah satu teman mereka belum juga datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISONOUS
Teen FictionMenilai buruk manusia tak selalu tepat sasaran, jatuh cinta bukan kesalahan, kehilangan bukan takdir yang sedang dimainkan. ___ "Kehidupan itu, beracun." ___ °2023