31. KETAKUTAN YANG TAK BERARAH

16K 997 26
                                    

"Harusnya gue fokus sama tujuan awal gue, bukanya malah jatuh cinta."

•••

RASANYA amat sangat bersyukur, bisa membantu meredakan amarah seseorang. Ametha sedikit merintih kecil, ia menghela nafas, membiarkan lelaki di sampingnya diam untuk beberapa menit.

"Kenapa?"

Ametha menoleh, terkejut ketika dengan tiba-tiba, Luvius membuka suara dan dengan sebuah pertanyaan.

"Maksudnya?" Hati-hati, Ametha juga bertanya.

Luvius sedikit menyenderkan kepalanya di sandaran kursi yang ia duduki.

"Kenapa lo nggak ngasih tau gue soal foto itu, Tha? Kenapa lo nyembunyiin Anya dari gue?"

Ametha bisa dengan jelas mendengar suara lirih itu, ia memilin jari-jarinya. "Gue kan udah bilang tadi, kak. Gue lupa dan gue gak tau kalau foto itu fotonya kak Anya."

"Sebenarnya kalian ada hubungan apa? Kalian pernah pacaran?" Saat ini, bukan hanya rasa penasaran, tapi Ametha juga merasakan rasa gusar.

"Lo nggak perlu tau," dingin, Luvius seolah memperingati agar gadis itu tidak mengetahuinya lebih jauh.

Ametha menggeleng kuat. "Enggak! Dari awal lo udah cerita soal masa lalu lo di Bandung! Otomatis lo udah percaya dong sama gue, dan kak Anya itu pacar kakak gue, gue wajib tau," katanya, memaksa.

"Lo gak kenal gue!" Luvius menyentak.

"Gue kira, setelah dari Bandung, lo udah anggep gue temen, kak." Ujar Ametha, nanar. "Jadi disini, cuman gue yang anggap kita temen?"

Bohong jika Ametha tidak terkejut dan merasa kecewa, gadis itu berdiri dari duduknya. "Gak papa, lo bisa pergi, gue gak akan ngehadang, kok."

Bungkam, Luvius tidak mengerti dengan dirinya sendiri, mulutnya berbicara tanpa kendali.

"Sorry."

Ametha yang sudah siap berjalan pergi, menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Menatap balik netra hitam pekat yang saat ini juga menatapnya.

"Semuanya ninggalin gue, lo mau ninggalin gue juga?"

Ucapan panjang itu, sedikit membuat Ametha terenyuh. Luvius, benar-benar mengatakan kalimat itu?

Ucapan selanjutnya yang terlontar dari bibir Luvius, lagi-lagi membuat Ametha tidak bisa berkata-kata.

"Jangan ya?"

Seakan terhipnotis, Ametha mengangguk, gadis itu kembali duduk.

"Eum, bisa jelasin ke gue? Kalian berdua ada hubungan apa?" Lagi, Ametha menanyakannya.

Rasanya berat, Luvius tidak pernah mengira mereka berdua bisa bertemu lagi, dalam keadaan seperti ini. Anya meninggalkan banyak sekali pertanyaan di benaknya.

"Gue sama Anya cuman sebatas sahabat," menoleh, Luvius rasanya siap untuk bercerita.

"Kita dekat, bahkan sangat. Ya, haha." Luvius tertawa pelan, jika mengingatnya, itu sangat lucu.

"Masalah apapun, dia selalu terbuka, dia selalu cerita banyak. Gue jadiin dia rumah, walaupun gue sendiri lebih suka mendem tanpa cerita. semenjak mama dipenjara, gue selalu nuangin waktu buat main bareng,"

"Tapi kenapa waktu gue lagi bener-bener butuh sandaran, gue lagi butuh tempat cerita, dia pergi ninggalin gue tanpa pamit?"

"Itu... Kapan?" Ametha bertanya.

 POISONOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang