38. SAMUDRA

12.1K 1K 60
                                    

"Kalau dibilangin nurut, jangan bandel."

•••

"WOY-WOY, ADA YANG BERANTEM!"

"BURUAN PANGGILIN GURU!"

"MASIH PAGI INI!"

Beberapa menit setelah jam masuk berbunyi, beberapa siswa SMA Astuwira berteriak nyaring, membuat heboh melihat pertengkaran yang terjadi di tengah-tengah lantai koridor.

Luvius, dengan entengnya menyeret kaki seseorang dengan posisi orang itu terlentang, punggungnya terbentur terus-menerus mengenai tangga demi tangga koridor.

"Agrhh, sakit, anjing!"

Luvius dengan tanpa ekspresi kembali memukul setelah dengan kasar menyeret. Semakin terkejut ketika mereka terlihat siapa yang menjadi korban amarah Luvius pagi ini.

Samudra, dengan wajah penuh lebam, mencoba menutupi wajahnya tanpa bisa melawan pukulan demi pukulan yang terus-menerus tanpa henti.

"Lu, sabar, Lu!" Suara langkah kaki berlari terdengar menuruni tangga.

Sastra, Dravin dan Gerry. Ketiganya tampak ngos-ngosan, pasrah tak bisa menghentikan amarah Luvius, yang bahkan mereka tak tahu karena apa.

Luvius menarik kerah seragam Samudra yang sudah tak berbentuk untuk berdiri.

"Gue kasih kesempatan terakhir buat lo mikir, akui kesalahan lo." Datar, Luvius berbicara penuh mengintimidasi.

Samudra sayup-sayup menjawab. "Nggak jelas, goblok! Lo mukulin gue tanpa sebab."

"Sok-sokan! Lo kira gue bakalan mati cuman lo pukulin kayak gini?"

Luvius mendengus geli, satu alis terangkat bertanda bertanya. "Nantangin?"

Bugh!

Lagi, pukulan menyeramkan itu terdengar. Tak ada yang berani mendekat walau hanya sekedar memisahkan.

Tak pernah mereka melihat Luvius bertengkar, terlebih di area sekolah seperti ini.

"LUVI!"

Suara itu, milik seseorang yang membuat Luvius melakukan hal gila ini. Luvius menoleh, melihat Ametha yang sedang mengatur nafas, menerobos beberapa murid yang menghalangi.

Luvius mengencangkan cengkeramannya, menatap teduh lebam keunguan yang terlihat disana. Ternyata benar, bajingan ini telah membuat gadisnya terluka.

Itu alasan kenapa kamu nggak bolehin aku dateng kerumah kemarin? Luvius menghela nafas, bertanya pelan dalam hati. Kemarin ia mengurungkan niat ketika Ametha keukeh memaksanya untuk tidak datang.

Luvius kembali menatap tajam Samudra yang menatapnya remeh. Tiga pukulan yang Luvius layangkan menggunakan lutut ke arah perut, membuat Samudra kembali terbatuk.

"Luvi! Berhenti! Kamu pukul Samudra sekali lagi, aku marah!" Kecam Ametha, tak main-main.

"Pengecut ini buat kamu luka." Serak, Luvius memelankan nada suaranya agar tak terdengar membentak.

 POISONOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang