22. Eunbi Harus Mandiri

290 62 45
                                    

- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -

"Ibu, buatkan Eunbi satu bayi seperti Karina."

Sowon tersedak dibuatnya, beruntunglah Irene segera memberikan air untuk melonggarkan tenggorokan yang hampir mencekik dirinya. Irene menatap Eunbi tidak habis pikir, sementara Yerim menatap sambil mengunyah makan malamnya. Karina sudah tidur, jadi Irene bisa makan dengan tenang.

"Mau main sama bayi, Ibu," kata Eunbi. "Lucu, pipinya juga empuk, kalau dimainkan tidak marah."

Yerim menelan sisa makanan di mulutnya. "Kak Eunbi jangan salah, bayi itu sangat rewel, berisik!"

"Aku tidak bicara denganmu," cetus Eunbi. "Ya Ibu? Besok Eunbi mau bayi, mau dimainkan supaya Eunbi tidak kesepian kalau menunggu Ibu di rumah sakit."

"Eunbi yya, kamu main saja dengan Karina, oke?" Irene membujuk.

Sowon mengangguk setuju. "Benar itu, kamu main saja dengan Karina."

"Tidak~" tolak Eunbi sambil menggelengkan kepalanya lucu. "Mau bayi yang baru, bukan Karina."

"Memangnya membuat bayi susah, ya?" tanya Yerim.

"Ih!!!" Eunbi memekik geram, ia mencomot mulut Yerim yang menimpali percakapannya. "Kamu tidak diajak, kamu diam."

"Eunbi, tidak semudah itu," kata Sowon.

"Tapikan Ibu, Eunbi kesepian kalau menunggu Ibu bekerja, Eunbi mau mainkan bayi, tapi bukan boneka, mau bayi yang hidup," bebernya. "Bisa ya, Ibu? Nanti Eunbi akan menyusui bayinya, deh!"

"Kak, beritahu dia bahwa aku tidak bisa memberikannya bayi sekarang." Sowon berucap sambil memijat pangkal hidungnya pasrah.

"Bayi Karina keluarnya dari perut Bibi Airin?" tanya Eunbi. "Dikirim dari Paman Cho, ya?"

Yerim menarik paksa lengan Eunbi dari mulutnya, dia baru bisa bernapas lega setelah comotan Eunbi terlepas. Eunbi memakan makanannya, dia mengunyah perlahan sambil menantikan jawaban dari dua wanita di hadapannya. Dia sudah penasaran dari jauh-jauh hari, tapi masih belum ada yang menjelaskannya.

"Sudahlah, kamu bermain dengan Karina saja," kata Irene. "Bibi akan senang jika kamu bermain dengan Karina, rasanya beban Bibi lebih berkurang. Nanti, sepulang sekolah Bibi jemput."

Eunbi menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, mau bayi yang berasal dari perut Ibu."

"Eunbi yya," panggil Sowon dengan penuh kehati-hatian. "Kan, kamu tahu kalau bayi itu hadir saat Ayah kamu mengirimnya ke perut Ibu, dan itu ... kamu tahu sekarang di mana Ayah kamu, bukan?"

"Kan, bisa pakai Ayahnya Yerim, iyakan Yerim?" Eunbi mendadak akrab dengan Yerim.

Yerim menganggukan kepalanya mantap. "Ya, iya betul, pakai saja Ayahnya Yerim, biar bayi Karina punya teman mengobrol."

"Sebaiknya jangan dilanjutkan," saran Irene.

"Aku tahu, aku juga tidak ingin hal ini," balas Sowon.

"Memangnya membuat bayi itu susah, ya?" tanya Eunbi.

"Ayo!" pekik Irene, ia beranjak berdiri menyodorkan sepotong daging ke piring Eunbi. "Makan daging yang banyak, kamu harus tumbuh tinggi melebihi Ibu kamu ini, oke!"

"Terima kasih~" ungkap Eunbi kesenangan. "Yaaaaahhh, Yerim tidak punya daging besar, huh pendek!" ledek Eunbi saat hanya dia yang mendapatkan potongan daging spesial itu.

"Ibu~" rengek Yerim.

"Baiklah, ini untuk kamu, Yerim ah~" Sowon yang beranjak, menaruh sepotong daging ke piring Yerim.

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang