- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -
Woozi bertepuk tangan memberi apresiasi, laki-laki bermata sipit itu tersenyum kagum sampai kedua matanya seperti hilang dari wajahnya. Ia menghampiri Eunbi, salah satu muridnya yang mendadak rajin ikut les piano. Selama satu bulan ini, Eunbi mengisi jadwalnya penuh, tanpa absen. Ada yang memantaunya dari luar sana, tidak lain Kang Seulgi.
"Pekan depan kamu bisa tampil membawakan lagu itu," kata Woozi. "Kamu sangat hebat, selamat."
"Terima kasih," balas Eunbi malu-malu.
"Nah, Eunbi yya." Woozi mengulurkan boneka sapi berukuran kecil yang pas dipelukan Eunbi, dia lagi-lagi menebar senyum sehingga matanya makin menyipit. "Kamu hebat, karena kamu sudah mengisi jadwal penuh selama satu bulan ini, Bapak Guru berikan kamu boneka itu. Lain kali, Bapak Guru belikan kamu sesuatu yang lebih bagus lagi, deh."
"Terima kasih.
"Iya, sama-sama."
Eunbi turun dari kursi depan piano itu, lalu dengan tiba-tiba dia berlari dan memeluk Pak Guru Woozi yang telah berbaik hati membimbing dirinya. Hanya dalam satu bulan saja Eunbi bisa menguasai salah satu lagu, jika mengerti dasar-dasarnya sudah pasti akan mudah saat naik ke tingkatan selanjutnya.
"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Woozi.
"Ya," jawab Eunbi. "Antar Eunbi sampai bertemu dengan Bibi Seulgi."
"Baiklah, pegang tangan Bapak."
Eunbi tidak sedingin itu, dia akan menjadi hangat pada orang yang tepat. Contohnya saat ini, senyuman di bibirnya merekah saat akan diantar keluar ruangan. Dia menengadah, menatap dalam laki-laki yang begitu sabar menghadapi dirinya.
"Bapak Guru seperti Ayah," kata Eunbi. "Sangat baik."
"Sungguh?"
"Ya, sungguhan."
"Kamu suka sama saya?"
Eunbi menggelengkan kepalanya lucu. "Lebih suka Ayah!"
Woozi tertawa menanggapinya, ingin rasanya dia mencubit pipi gembul milik Eunbi. Tapi, dia sadar jika itu akan menyakitinya.
"Bibi Seulgi!!!"
"Eunbi yya!!!"
Eunbi melepaskan genggaman Bapak Guru Woozi, dia berlari kencang ke arah Seulgi sambil merentangkan kedua tangannya. Tubuh mungil itu menubruk keras Seulgi yang sejak melihatnya berjongkok agar sejajar. Eunbi menetap dalam dekapan Seulgi sekarang.
"Ayo!" ajak Seulgi.
Eunbi menganggukan kepalanya, tetapi sebelum benar-benar pergi, Eunbi terlebih dahulu membungkuk memberi salam perpisahan pada Pak Guru.
"Hati-hati di jalan," pesan Woozi.
"Ya~"
Seulgi menggenggam erat tangan mungil Eunbi, meskipun dia tidak berpengalaman dalam mengurus anak, tetapi dia mampu menghadapi sifat labil seorang Hwang Eunbi. Yah, walau sesekali kesabarannya kadang diuji oleh bocah ini.
"Bibi sudah berjanji akan membelikan Eunbi es krim yang besar," ujar Eunbi.
"Iya, sekarang kita langsung membelinya," kata Seulgi. "Tak apa bersama Lisa?"
Eunbi berhenti melangkah, ia meremas boneka sapi yang diberikan oleh Pak Guru Woozi seperti tidak suka dengan keputusan Seulgi. Seulgi mengembuskan napas berat, agaknya sulit untuk Eunbi berdampingan dengan orang-orang.
"Eunbi yya~" panggil Seulgi. "Tidak apa, jika kamu—"
"Boleh." Eunbi menjawab dan lanjut melangkah. "Tapi jangan biarkan Eunbi berbagi es krim saja dengan Kak Lisa, mulut Kak Lisa besar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM
Fanfiction[COMPLETED] Book 1 "Ibu, jangan tinggalkan Eunbi." [02-01-23] #3 Sinb