- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -
Eunbi berdiri dengan raut wajahnya yang polos, dia berpegangan pada Ibu Guru Wendy yang tak pernah mengeluh bahkan ketika harus menemani Eunbi menunggu jemputan. Baginya anak-anak adalah sumber kebahagiaan.
"Eunbi yya!"
"Bibi Airin!"
Wendy mengerutkan dahinya bingung, lalu ia sedikit menarik Eunbi ke belakang berjaga-jaga. Dia tidak pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya.
"Eunbi! Eunbi! Eunbi!" Yerim berseru kegirangan di bangku belakang mobil setelah jendela dibuka.
"Maaf, apakah Anda mengenal Eunbi?" tanya Wendy memastikan.
Irene keluar dari mobilnya, ketika hendak membawa Eunbi tiba-tiba saja Wendy mundur seperti menjauhkan Si kecil dari dirinya. Bukannya marah mendapatkan tindakan seperti itu, Irene justru tersenyum.
"Dia keponakanku," kata Irene. "Ibunya adalah adikku, Ahn Sowon."
Eunbi menyengir lucu. "Dia Bibinya Eunbi, Ibu guru."
"Sungguh?"
"Ya, Bibi Airin namanya." Eunbi memperkenalkan. "Cantik, 'kan?"
Wendy menganggukan kepalanya tidak mengelak, barulah setelah Eunbi benar-benar mengenalnya ia melepaskan.
"Tunggu, saya harus menghubungi Ibu Ahn Sowon bahwa Eunbi pulang bersama Anda," kata Wendy.
"Tidak apa-apa, saya sudah menghubinginya, sekarang kami akan pergi ke rumah sakit," tutur Irene.
"Tapi." Wendy kembali menarik lengan Eunbi. "Anda benar-benar mengenal Eunbi, 'kan?"
Irene tertawa kecil dibuatnya, lalu dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Sowon. Sepertinya harus diberi bukti dulu baru percaya. Maka Irene menunggu panggilan tersambung, pun dengan Wendy yang masih berusaha memastikan kebenaran tentang kedekatan mereka.
"Hallo? Ada apa, Kak?"
"Kakak sudah di sekolah, tapi Ibu gurunya Eunbi tidak percaya kalau Kakak mengenal Eunbi."
Terdengar suara tawa dari seberang sana. "Ibu Guru Wendy, terima kasih karena memperhatikan Eunbi, tapi wanita pemilik ponsel ini memang Kakak saya."
"Oh?" Wendy tersenyum kikuk. "Baiklah, maaf karena sempat meragukan, saya hanya sedikit takut saja."
Irene mematikan panggilan itu segera, lalu dia mengambil Eunbi meski Wendy masih ragu-ragu melepaskannya. Orang-orang terdekat Eunbi pergi, dan orang-orang yang jauh dengan Eunbi kini mendekat.
Eunbi duduk di bangku samping kemudi, sementara Yerim duduk di belakang menemani adiknya yang tidur nyenyak. Mobil ini khusus untuk Irene apabila ingin berpergian tanpa suaminya, di belakang ada tempat khusus bayi dan bermain Yerim. Paket lengkap, tidak perlu khawatir akan guncangan pula.
"Bagaimana sekolahnya, Eunbi?" tanya Irene.
"Sama saja."
"Begitukah? Apa kamu mulai tertarik untuk berteman sekarang?"
"Tidak."
Irene mengembuskan napas berat, ia melirik Eunbi sekilas karena harus fokus pada jalanan. Entah apa yang dipikirkan oleh Eunbi ini, sehingga dia dengan tegas menolak memiliki teman. Di saat putri pertamanya sering mengkoleksi teman, Eunbi justru lebih suka sendirian.
"Yerim ah, coba bilang pada Eunbi kalau punya teman itu seru," ujar Irene.
"Teman itu menyenangkan, Kak," aku Yerim. "Bisa bermain bersama, bisa tertawa bersama, bisa ke mana-mana bersama."

KAMU SEDANG MEMBACA
MOM
Fanfiction[COMPLETED] Book 1 "Ibu, jangan tinggalkan Eunbi." [02-01-23] #3 Sinb