- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -
Eunbi tidak ada kabar. Dia dinyatakan menghilang setelah Sang guru piano mengatakan kalau anak itu tidak datang ke ruangan berlatih. Bocah itu bahkan tidak membawa telepon, sehingga untuk menghubunginya jelas sulit. Sowon panik, dadanya berdebar, pikirannya melayang tak terkendali. Di dalam mobilnya dia berusaha untuk tetap fokus pada jalanan, meski fokusnya sesekali memudar.
Eunbi-nya menghilang.
Sowon sudah meminta bantuan Ken juga, pria itu tak sungkan untuk pergi membantu Sowon mencari Eunbi. Berhubung pasien sedang tidak melonjak, Ken memiliki waktu luang pergi mencari Eunbi.
Hal yang Sowon takutkan ialah keluarga Han.
"Saya tidak akan membuat Putri kalian tenang, jika sampai Putra saya kenapa-kenapa."
Begitu ucapan Han Minseok ketika di persidangan, dan Sowon yang diajak bicara jelas merasakan takutnya sesuatu hal buruk menimpa Eunbi. Bocah kecil yang tidak tahu apa-apa itu malah menjadi korban, jangan sampai.
"Tidak."
"Tidak, jangan sekarang."
"Kumohon, jangan sekarang."
Sowon menginjak sekuat tenaga rem, tentu saja hal itu menyebabkan sedikit benturan dari belakang yang terjadi akibat pemberhentian mendadak. Kecelakaan kecil ini terjadi, seandainya mobil di belakang dalam keadaan cepat maka tidak tahu lagi bagaimana akhirnya. Kepala Sowon terasa berat, hingga tanpa sadar ia menenggelamkan wajahnya di stir tak mampu mengangkat. Klakson mobilnya jelas tertekan kuat, ditambah klakson mobil dari belakang, gedoran-gedoran dari jendela mobil pun agaknya samar di telinga Sowon saat ini.
Rasa peningnya mulai sedikit memudar, akhirnya Sowon bisa mengangkat kepalanya dan membukakan pintu. Wajahnya begitu pucat, pandangannya kosong, dari hidungnya cairan kental merah meluruh begitu saja.
"Anda baik-baik saja?"
"Maaf, Anda bisa menghubungi saya jika ada kerusakan, saya harus segera pergi mencari Putri saya," kata Sowon. Kemudian, dia mengeluarkan kartu tanda pengenal kepada pria yang berada di samping mobilnya.
"Tidak." Pria itu menahannya. "Tidak bisa, sebaiknya Anda tetap di sini, Anda dalam keadaan tidak baik-baik saja, jangan memaksakan."
Sowon menggelengkan kepalanya. "Tidak, Putri saya menghilang, saya harus mencari dia."
"Berdarah, hidungmu berdarah," katanya.
Sowon segera menyeka cairan itu, lalu dia benar-benar kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan dengan sisa kesadarannya. Dia sama kerasnya seperti Eunbi.
Mobilnya terparkir di tempat penyimpanan abu, Sowon segera saja turun dan berlari memasuki bangunan tersebut. Jennie Hwang bisa menjadi tempat pelarian terakhir Eunbi, karena bocah itu sebelumnya merengek minta dibawa ke tempat ini. Dan di lantai itulah tas berwarna oranye tergeletak, Sowon menghela napas lega saat meyakini bahwa putrinya memang ada di sini.
"Hwang Eunbi."
"Ibu."
"Apa yang kamu lakukan di sini? Mengapa kamu meninggalkan les piano dan membuat Ibu cemas, hah?"
Eunbi berdiri menegang, kedua tangan mungilnya itu mengepal menahan rasa takut. Sowon berlari ke arahnya, memeluknya erat seperti takut kehilangan. Tangis Sowon pecah seketika, betapa dia bersyukur saat putrinya masih dalam keadaan utuh di sini.
"Ibu sangat cemas, Eunbi yya~"
"Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepadamu, hah?"
"Ibu tidak akan bisa memaafkan diri Ibu sendiri jika kamu kenapa-kenapa."
"Kamu membuat Ibu takut, Eunbi."
Kedua tangan mungil Eunbi terangkat, balas memeluk Sang ibu. Karena ulahnya, Sowon sampai menangis seperti ini, tentu saja Eunbi paling tidak suka melihat ibunya menangis.
"Maaf."
- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -
"Kenapa Ibu ingin aku menjadi pianis?"
"Supaya di hari kelulusan nanti kamu bisa tampil main piano, Ibu akan menonton kamu di bangku penonton."
Es krim mangkuk itu dibelikan Sowon kepadanya, rasa syukur atas kehadirannya jelas membuat Sowon harus menepati janjinya. Tapi mereka tidak memakan es krim itu di tempatnya, mereka justru membawa es krimnya ke taman agar bisa melihat bintang di langit malam. Beruntunglah tidak mendung, jadi bintang di langit sana nampak begitu jelas. Indah sekali.
"Ibu."
"Hm?"
"Kalau Eunbi sudah besar nanti, Eunbi boleh memilih mimpi Eunbi sendiri?"
"Tentu saja."
"Ah, kalau begitu Eunbi tidak sabar ingin menjadi dewasa," katanya. "Ibu berjanji, ya? Nanti kalau Eunbi sudah besar, Eunbi boleh memilih mimpi Eunbi sendiri?"
Sowon tersenyum hangat, dia dengan tak sungkan menganggukkan kepala sembari mengusap-usap surai hitam panjang Eunbi. Bocah itu balas menyengir di sela mengunyah es krimnya. Eunbi tim mengunyah es krim, katanya enak saja, sentuhannya dengan gigi sangat nikmat.
"Ibu mau," kata Sowon.
"Satu sendok es krim untuk Ibu~" Eunbi menyodorkannya dan dilahap sempurna oleh Sowon. "Ah, Ibu tolong lepaskan~" rengek Eunbi ketika sendok itu malah digigit oleh ibunya.
Sowon menggelengkan kepalanya menggoda, menahan sendok di bibirnya seolah senang membuat Eunbi merengek-rengek. Lucu sekali anaknya ini memang, makin didekati makin sayang dan tidak ada sedikit pun rasa ingin marah padanya. Sowon menyematkan prinsip tidak marah pada Eunbi sekarang, takut pergi saat Eunbi sedang membencinya.
"Ya sudah, Eunbi marah!"
Barulah Sowon membuka mulutnya, membuat Eunbi berhasil mengambil sendok es krim itu. Keduanya sama-sama menengadah, melihat bintang-bintang yang bersinar malam ini. Langit itu jadi lebih indah ketika bintang bersinar di malam hari, dan langit pun akan menjadi lebih indah ketika awan timbul secara merata di siang hari.
"Kalau langit malam punya bintang, Eunbi punya Ibu," katanya. Kemudian dia menyimpan es krim di sebelah dan memeluk Sang ibu dari samping. "Ibu, jangan pergi ke mana-mana, tetap sama Eunbi."
Sowon balas memeluk Eunbi dengan tanpa mengubah posisinya, ia mendaratkan satu kecupan lamat di pucuk kepala putrinya.
"Pulang, yuk!" ajak Sowon.
"Masih ingin di sini, masih seru."
"Ibu mengantuk, Eunbi ah."
Eunbi menengadah, dilihatnya wajah memucat Sang ibu yang benar-benar membutuhkan waktu istirahat. Dia mengembuskan napas berat, mengambil kembali es krimnya untuk lanjut makan.
"Ya sudah, habiskan dulu es krimnya," kata Sowon.
Eunbi tidak menggubris, suasana hatinya berubah-ubah secara mendadak. Sowon sampai harus menoel-noel pipinya agar memperbaiki suasana hati Eunbi.
"Ibu hanya mengantuk," kata Sowon. Kemudian ia bersedekap dada menghangatkan diri dari udara malam.
"Jangan tidur," ucap Eunbi dingin.
"Kenapa?"
"Jangan tidur saja." Eunbi mengatakannya sambil beranjak berdiri, dia bahkan mulai melangkah pergi meninggalkan bangku tersebut.
"Hwang Eunbi, kamu mau meninggalkan Ibu?"
"Tidak. Ibu pasti yang akan meninggalkan Eunbi."
Tanpa berbalik atau berniat menunggu ibunya Eunbi mengatakan itu.
"Apa? Kamu bicara apa? Ibu tidak dengar!" Sowon sedikit berteriak karena ternyata saat Eunbi bicara begitu sudah menjauh dari dirinya. "Hei, tunggu Ibu!"
Eunbi mengempas es krim itu ke tempat sampah, padahal masih banyak dan masih bisa disimpan di lemari es. Tapi suasana hatinya terlanjur berantakkan. Dia kesal.
- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM
Fanfic[COMPLETED] Book 1 "Ibu, jangan tinggalkan Eunbi." [02-01-23] #3 Sinb