32. Tidak Perlu

256 54 24
                                    

- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -

"Hwang Eunbi."

Langkah Eunbi terhenti, ia melihat sepasang kaki yang beralaskan sandal bludru bentuk panda, di samping kakinya itu ada empat kaki besi yang beroda. Perlahan Eunbi mengangkat pandangannya, dilihatnya Shin Yewon sedang tersenyum di balik bibir pucatnya. Dia sangat kurus sekarang. Lama tak berjumpa, sekalinya bertemu dengan kondisi berbeda.

"Kamu tidak pernah menjenguk Yewon, tuh!" protes Yewon. "Padahal, Yewon sudah minta ke Ibu Dokter supaya Eunbi berkunjung ke ruangan."

"Tidak penting."

Singkat, padat, dan jelas. Eunbi dengan tanpa beban mengatakan hal yang sejujurnya, membuat teman sebayanya itu memberenggut. Tetapi Yewon tidak akan sedih berlama-lama, kini dia meraih kedua tangan Eunbi untuk digenggam. Yewon tersenyum manis sekali.

"Temani Yewon ke taman, yuk!" ajaknya.

Eunbi hanya bergeming.

"Ibu sedang bicara dengan Dokter, jadi Yewon sendirian," katanya. "Ayo, temani Yewon ke taman rumah sakit, Eunbi."

Eunbi menoleh ke belakang, lalu dia menganggukan kepala mengiakan ajakan Yewon untuk pergi ke taman. Tentu saja keberadaan Minho-lah yang membuat Eunbi mau tidak mau menerima ajakannya.

"Serius?"

"Cepat."

"Asyik!!!"

Yewon berseru kegirangan, Eunbi menyeretnya hingga sedikit melangkah cepat dari biasanya. Bocah itu menekan-nekan tombol elevator secepat mungkin, lalu masuk ke dalam dan tanpa menunggu lama pintu tertutup rapat. Eunbi menghela napas lega, sementara di sebelahnya Yewon menghilang, hanya tersisa tiangnya saja.

"Di mana?"

"Di sini."

Eunbi terperanjat kaget, tangannya masih menggenggam Yewon, ternyata bocah Shin sudah berjongkok dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Akan tetapi, Yewon dengan santainya menunjukan cengiran, dia seperti tak takut apabila darah itu memasuki mulutnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Eunbi. "Bangun."

"Kepala Yewon sakit," keluhnya. "Tadi jalannya terlalu cepat, Yewon pusing."

Eunbi berjongkok, dia menangkup wajah Yewon dan mengusap keringat di dahi teman sabayanya ini. Eunbi pun tak lupa untuk menghapus cairan kental di bawah hidungnya agar tak masuk ke mulut.

"Eunbi peluk," pinta Yewon.

Tidak mungkin. Tetapi entah ada dorongan dari mana sehingga Eunbi tanpa berpikir panjang memeluk Yewon. Dengan posisi sama-sama berjongkok, mereka berpelukan erat di dalam elevator yang masih menurun mengantar mereka ke tempat tujuan.

"Sudah," kata Yewon. "Terima kasih, Yewon tidak pusing lagi sekarang."

Pelukan itu merenggang, Eunbi beranjak berdiri dan menatap baju bagian bahunya yang ternoda oleh darah Yewon. Dia mengepalkan tangannya merasa jijik, tetapi saat melihat sorot Yewon yang polos rasa jijik itu menghilang. Maka Eunbi mengulurkan sebelah tangannya, memberi Yewon bantuan agar berdiri.

"Maaf kalau Yewon merepotkan," sesalnya.

Pintu elevator terbuka, Eunbi memapah Yewon lebih berhati-hati dari sebelumnya. Di lantai pertama ini orang-orang berlalu lalang lebih banyak, sangat berbeda jauh dengan ruang rawat di lantai atas. Tetapi keramaian tidak membuat mereka urung pergi ke taman yang letaknya di belakang gedung rumah sakit.

"Eunbi, kamu kenapa?" tanya Yewon di sela langkahnya. "Apa Eunbi sedang sedih?"

"Tidak."

"Habisnya Eunbi aneh, biasanya Eunbi tidak akan baik ke Yewon." Yewon berucap dengan kekehan. "Apalagi sampai dipegang-pegang begini."

Spontan Eunbi mendorong Yewon, berhenti memegangi kedua lengannya berniat memapah. Yewon masih bisa berdiri setelah didorong kuat oleh Eunbi, dia mengerjapkan matanya sedikit kaget.

"Maaf," sesal Yewon.

"Terserah."

"Hwang Eunbi."

Sebelum Yewon menoleh dan melihat siapa yang memanggil nama Eunbi, Eunbi sudah lebih awal menarik lengan Yewon untuk segera pergi ke tujuan utama mereka. Taman rumah sakit.

"Pelan-pelan."

"Dasar lemah!" Eunbi marah di pertengahan jalan. "Katanya mau ke taman, kalau sakit kenapa mengajak pergi ke taman, sih?"

Yewon memegangi pergelangan tangannya yang memerah, dadanya berdebar ketika mendengar kemarahan Eunbi atas keluhannya.

"Kalau Eunbi tidak suka sama Yewon, tidak apa," kata Yewon. "Eunbi pergi saja sana, Yewon juga tadinya akan pergi sendirian ke taman."

"Kamu lemah!" tekan Eunbi tak sungkan. "Eunbi tidak mau berteman sama orang lemah seperti kamu!"

"Iya Yewon memang lemah, Eunbi yang kuat." kata Yewon sambil menyeka air matanya yang jatuh, dia sedikit sensitif anaknya. "Yewon memang tidak boleh berteman sama Eunbi!"

"Eunbi tidak suka Yewon!" tegas Eunbi dengan kedua tangan yang mengepal, menghantar amarah dalam dirinya.

"Yewon juga tidak suka Eunbi sekarang, Eunbi tidak keren, Eunbi menyebalkan!" balas Yewon tak mau kalah. "Sana pergi, kamu memang anak nakal, kamu tidak akan punya teman, kamu menyebalkan!"

"Kamu yang menyebalkan!!!" Eunbi makin menaikan nada bicaranya, terakhir ia menghentak kakinya ke lantai lalu melenggang pergi dari hadapan Yewon.

Yewon berpegangan pada tiang infusannya, sebelah tangannya terus bekerja menghapus air mata yang turun begitu deras karena perbuatan Eunbi. Terlalu menyakitkan.

- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -

Sesungguhnya obat terbaik Sowon adalah Eunbi, putrinya. Suasana hati mempengaruhi pengobatannya, dia harus memperbanyak bahagia agar pengobatan yang dijalani berjalan sesuai dengan harapannya. Akan tetapi, putrinya itu sedang labil-labilnya, apalagi kedekatan di antara mereka baru terjalin akhir-akhir ini. Yah, sulit bagi Sowon mengendalikan Eunbi.

Eunbi telah kembali ke ruangannya, anak itu hampir saja hilang kalau Minho tidak mengejarnya. Entah dibujuk dengan apa oleh Minho, sehingga bocah itu akhirnya mau masuk ke dalam ruangan Sang ibu. Tetapi Eunbi masih sama menjauh dari sebelumnya, dia masih duduk di sofa seolah enggan berdekatan dengan ibunya.

"Lihat ini, Eunbi." Sowon menggulir beranda salah satu situs jual-beli. "Ayo ke sini, deh. Ibu punya sesuatu yang harus kamu pilih."

"Apa?"

"Ayo ke sini makanya."

Eunbi beranjak dari sofa, dia berjalan kecil menghampiri ranjang rumah sakit ibunya. Dilihatnya beberapa gaun yang sangat cantik, dan akan terlihat anggun ketika Eunbi menggunakannya. Bocah Hwang yang hanya pakai rok saat ke sekolah pasti akan terlihat berbeda dengan gaun cantik itu.

"Mau yang mana?"

"Tidak perlu."

"Ayolah, hari kelulusan sebentar lagi, kamu akan tampil ke panggung." Sowon berucap sembari menekan salah satu foto gaun di sana. "Bagaimana dengan ini? Wah, Ibu akan senang jika nanti kamu pakai gaun ini dan bermain piano di depan penonton."

"Aku tidak suka piano," kata Eunbi terus terang.

"Kamu bercanda?" Sowon bertanya dengan kekehan. "Pokoknya Ibu sudah memesan gaun ini, nanti kamu pakai untuk acara kelulusan. Wah, Ibu tidak sabar menunggu hari itu, kamu pasti terlihat cantik."

Eunbi mengepalkan tangannya tak suka, ia menahan suaranya dengan menggigit bibir bawahnya.

"Ibu Guru Wendy sudah setuju, kalau kamu akan bermain piano untuk merayakan kelulusan nanti," tutur Sowon. "Katanya sekalian menemani Seungkwan, teman kamu yang pandai bernyanyi."

"Eunbi tidak pernah belajar piano."

"Makanya kamu les dengan benar, tunjukkan kepada Ibu kalau kamu bisa bermain piano, mengerti?"

- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang