02. Sendirian Lagi

483 95 56
                                    

- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -

"Putri Salju pun terbangun dan hidup bahagia dengan Pangeran."

Jeonghan menutup buku dongeng Putri Salju dan Tujuh Kurcaci kesukaan Eunbi, ia mengerjap pelan menatap putrinya yang masih terjaga padahal sudah dua kali dirinya membacakan dongeng tersebut. Hening sejenak, pandangan keduanya saling bertaut.

"Masih sakit?"

Eunbi menggelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa belum tidur?"

"Menunggu Ibu."

Jeonghan mengusap surai hitam Eunbi, ia pun mendaratkan satu kecupan lamat di keningnya. Eunbi memegangi wajah ayahnya, mendorong jauh-jauh dari dirinya.

"Ayah bau."

"Astaga, anak ini." kata Jeonghan sambil terkekeh gemas. "Tidurlah, Ibu pulang larut malam ini."

"Eunbi itukan selalu mengutamakan Ibu, tapi kenapa Ibu selalu sibuk?"

"Ibu bekerja untuk kamu, untuk mainan-mainan kamu, untuk buku-buku dongeng kamu, untuk—"

"Kenapa tidak Ayah saja?"

"Uang Ayah untuk kebutuhan kita, misalkan biaya listrik, air, dan lainnya."

Eunbi manggut-manggut. "Kalau begitu Eunbi tidak mau mainan baru ataupun buku dongeng baru, supaya Ibu di rumah."

"Eunbi yya," panggil Jeonghan. "Tidur sekarang, ya?"

"Shireo, Eunbi mau menunggu Ibu."

Jeonghan menggembungkan pipinya, dia tidak memiliki kemampuan lebih untuk membujuk Si kecil. Eunbi kalau menginginkan sesuatu, maka dia harus memdapatkannya. Pun Jeonghan yang terlalu memanjakannya, sampai dia tak tega untuk menolak setiap permintaan Si kecil.

"Eunbi mau menunggu Ibu di ruang keluarga, ah."

Eunbi beranjak duduk, ia menyibak selimutnya dan menuruni ranjang. Bocah itu melangkah lucu meninggalkan ayahnya di kamar, menyisakan Jeonghan yang hanya bisa menghela napas saja.

"Eunbi yya, kamu makin berat, jangan tidur di sofa!" teriak Jeonghan sambil menyusul kepergiannya.

"Ayah payah!"

"Apa?"

"Ayah payah, tidak seperti Ibu."

"Eunbi, Eunbi." gumam Jeonghan sambil geleng-geleng kepala.

Jeonghan berhenti di belakang sofa, dari kamar terdengar dering ponsel yang menandakan adanya panggilan masuk. Meninggalkan Eunbi sendiri di ruang keluarga.

Eunbi menoleh ke belakang, dia tak melihat ayahnya yang semula mengekori dirinya. Dia mengangkat kedua bahu masa bodoh, mulai naik ke sofa untuk menonton film kartun favoritnya. Sampai saat ini, Eunbi masih suka Si Kuning Kotak, lucu saja mendengarnya tertawa itu, apalagi tingkah konyolnya bersama dengan sahabatnya Si Bintang.

"Eunbi yya, Ayah pergi dulu." pamit Jeonghan, ia merapikan jasnya sambil melangkah. "Ayah akan memanggil Bibimu untuk ke sini."

"Yaaaa."

Jeonghan mengecup pucuk kepala Eunbi sebelum pergi, ia juga mengusap surai hitamnya dan baru bisa melanjutkan langkah keluar dari rumah. Panggilan dari Sang atasan selalu datang kapan saja, jadi Jeonghan harus siap kapan pun. Daripada dia berjauhan dengan keluarga kecilnya, lebih baik terus mendapatkan panggilan saja.

"Sendirian lagi." Eunbi bergumam sembari merengkuh kedua lututnya.

"Hwang Eunbi~"

"Eunbi ponakan kesayanganku~"

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang