- 𝘔𝘖𝘔 : 𝘋𝘖𝘕'𝘛 𝘓𝘌𝘈𝘝𝘌 𝘔𝘌 -
"Kamu harus bisa menyisir rambut dengan benar, sebentar lagi kamu masuk SD."
Eunbi tidak merespon, dia hanya diam ketika Ibunya di belakang menyisir surai hitam panjang tersebut. Bahkan, Sowon sampai mempersiapkan dua ikat rambut untuk menguncir dua rambut panjangnya. Namun, Eunbi menolak.
"Jangan diikat."
"Rambut kamu sudah panjang, ini bisa mengganggu waktu belajar kamu."
"Di sana hanya bermain, tidak belajar."
"Tetap saja, mengganggu aktivitas kamu."
"Tidak mau, jangan lakukan itu."
Sowon mengembuskan napas pendek, Eunbi kalau sudah tidak mau ya tidak boleh dipaksa. Anak satu ini memang dibekali tingkat keras kepala yang tidak ada akhirnya. Apalagi setelah Sang ayah harus dipenjara. Ibunya tidak terbiasa menghadapi sifat seperti ini, sebegitu jauhnya dia dengan Eunbi.
"Kalau begitu potong saja rambut kamu," kata Sowon. "Segini." Sowon menujukkan seberapa harusnya Eunbi memotong rambut.
Eunbi menatap tidak suka ke arah tangan Sang ibu yang menunjukkan seberapa banyak rambut hitamnya harus dipotong.
"Jangan paksa Eunbi, Eunbi tidak mau potong rambut."
"Dan bagaimana nanti?" tanya Sowon. "Saat kamu menjadi pianis, kamu harus menunjukkan wajah kamu, rambut ini bisa mengganggu."
"Eunbi sudah lama tidak ikutan les piano, jadi Eunbi tidak akan menjadi pianis."
Sowon menatapnya dari cermin, dilihatnya Eunbi yang sedang duduk dengan sorotnya yang tak suka.
"Ayolah, menjadi pianis itu menyenangkan, nanti Ibu bisa menonton kamu dan membanggakan kamu kepada teman-teman Ibu," beber Sowon.
Eunbi beranjak turun dari kursi meja rias itu, dia mengambil tasnya yang tersimpan dekat dengannya dan melengos pergi seperti tak suka diatur. Sowon berkacak pinggang di tempatnya, ia membalik tubuh memandang kepergian Sang putri tercinta.
"Kamu mau ke mana?"
"Berangkat."
"Ibu yang antar, nanti Ibu juga akan menunggu kamu di depan kelas."
"Tidak perlu."
"Hwang Eunbi, ada apa denganmu?"
Eunbi tetap melanjutkan langkahnya sambil memegangi dua tali tas punggung yang akan menemani dia ke sekolah hari ini. Tas baru, warnanya oranye.
"Hwang Eunbi, tunggu Ibu~"
Sowon yang sebelumnya mengedepankan ego dengan tak menyusul, kini berlari terpontang-panting agar tidak terlambat mengantar Eunbi ke sekolah. Dia sudah mengajukan surat pengunduran diri dari pekerjaannya, tentu saja dengan alasan kuat, yakni penyembuhan. Obat tidak semuanya butiran-butiran yang pahit, ada obat lain yang mungkin bisa menyembuhkan Sowon. Ya, Hwang Eunbi, putrinya.
"Kamu kenapa, sih?" tanya Sowon, ia membukakan pintu mobil untuk Eunbi. "Kan, Ibu harus dandan dulu, kalau kelihatan pucat tidak baik."
Entah setan apa yang sedang merasuki Eunbi hari ini, dia bersikap seperti dia orang dewasa yang marah dengan tak ingin merespon siapa pun. Sowon yang melihatnya pun sedikit gemas, kemudian mengalah saja dengan berusaha mencairkan suasana.
"Sepulang sekolah mau beli es krim?" tawar Sowon. "Es krim yang di mangkuk, mau?"
"Memangnya boleh?"
"Tentu saja, Ibu akan membelikan ekstra supaya kamu puas, bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM
Fanfiction[COMPLETED] Book 1 "Ibu, jangan tinggalkan Eunbi." [02-01-23] #3 Sinb