Part 3

503 74 12
                                    

Seluruh rangkaian acara ospek hari pertama telah berakhir. Peserta diperbolehkan untuk bubar, sedangkan panitia diminta untuk tetap tinggal di lapangan untuk mengikuti evaluasi. Karena ini baru hari pertama, masih banyak kekurangan yang bisa jadi bahan evaluasi.

Calla selaku wakil ketua komdis nggak banyak bicara. Bukannya pasif – tapi yang mau dia bicarakan sudah tersampaikan semuanya oleh ketuanya. Sebelum bubar, dia sempat mendatangi Chandra sebelum dia kabur ke smoking area dengan komdis lainnya.

"Chan, soal tadi pagi jangan sampai keulang, ya. Inget, kita jadi komdis bukan buat nonjolin senioritas, tapi emang mau ngajarin maba. Kita sama-sama pernah ada di posisi mereka. Pokoknya ospek tahun ini beda sama tahun-tahun sebelumnya. Jadi tetep kasih penilaian objektif ya ke mereka."

"Menurut gue lo terlalu idealis sih, Cal. No offense. Apa lagi sebagai pendatang baru. Karena realitanya aja dosen banyak yang subjektif ke mahasiswa."

Calla mengernyitkan kening, nggak menduga sama pernyataan yang dilontarkan Chandra. Memang Chandra itu lebih banyak pengalaman sebagai komdis dari Calla karena dia satu tingkat di atas Calla dan bahkan dia sudah jadi komdis saat ospek angkatan Calla tahun lalu. Dari tahun lalu juga, Chandra ini dikenal sebagai komdis yang paling sering debat sama maba dan ternyata rumornya masih berlaku sampai sekarang. Ini saja Calla sudah bukan maba melainkan wakil ketua komisi disiplin.

"Kan kita mahasiswa bukan dosen."

"Tujuan ospek buat memperkenalkan dunia kuliah ke maba, kan?"

"Dari sekian banyak pembelajaran yang bisa lo kasih, lo malah nekenin subjektivitas dosen. Padahal gak semua dosen kayak gitu."

"Kesayangan dosen sih lo, makanya nggak pernah ngerasain. Lagian gue kayak gitu biar mental mereka gak lembek. Kalau gue mau baik-baikin mereka mah, gue daftar jadi pembimbing aja gak usah jadi komdis, ya gak?"

Sebenarnya banyak yang masih ingin dikatakan Calla. Sama dengan Chandra, Calla juga susah ngalah kalau sudah berargumen. Tapi pikirannya terlalu berantakan, campur aduk sama emosi dan perasaan lelah dari hari yang panjang. Sebelum Calla sempat balasin Chandra, dia sudah dipanggil oleh temannya.

"Udah ah, ngudud dulu gue. Duluan, Cal." Chandra menepuk pundak Calla untuk pamit.

- 18 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
eighteen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang