Part 24.5

275 49 9
                                    

Oh, my heart hurts so good
I love you babe
So bad

LANY – ILYSB

- 18 -

"Beneran nih gak mau balik bareng gue aja?" Tanya Adriel untuk yang kesekian kalinya.

Keduanya masih terdampar di luar hall tanpa tujuan. Waktu menunjukkan pukul 5 – tanpa membuka apps navigasi pun sudah terbayang kondisi lalu lintas di luar semacet apa. Hari itu hari Jumat dan minggu depannya sudah UTS. Calla tidak berniat pulang ke rumahnya yang di Jakarta dan lebih memilih untuk mengurung diri di kamar kosannya di BSD agar bisa fokus belajar. Mana dia juga sudah mulai merasa nggak enak badan... Kalau Calla pulang ke rumah, pasti maminya bakal rewel dan menyalahkan jajanan es dan gorengan yang dia konsumsi akhir-akhir ini.

Dilihat dari caranya memaksa agar Calla ikut nebeng, Adriel juga sepertinya tidak pulang ke Jakarta. Padahal kelihatannya hubungan Adriel sama keluarganya sudah jauh membaik, tapi kenapa dia masih suka jadi Bang Toyib, ya? Adriel juga bukan tipe yang nyicil belajar dari jauh-jauh hari dalam rangka menyambut ujian...

"Iyaaa."

"Bener gak, nih? Nanti nyesel lagi."

"Iya, beneran! Ini gue udah pesen Grab. Bapaknya lagi otw ke sini." Calla menegaskan.

"Ya udah. Kalau gitu, gue tungguin sampai Grab lo dateng."

"Mending lo jalan balik duluan biar gak kemaleman."

"Mending gue pulang malem sekalian gak sih biar gak diketawain pintu?" Sahut Adriel ngasal.

"Suka-suka lo." Sesekali Calla mengintip tampilan aplikasi Grab-nya dengan cemas usai mendapati icon mobil driver-nya yang tidak bergerak. "Sana, ih, balik duluan!"

"Beneran, ya? Nanti kalau tiba-tiba di-cancel, gue gak mau puter balik loh kalau udah jauh."

"Iya, bawel!"

Dan Adriel tidak akan membalikkan badan kalau saja Calla nggak mendorong-dorong punggungnya. "Kalau Grab-nya udah dateng, jangan lupa share ride info ke gue, ya."

"Udah kayak bapak gue aja."

"Iya, bapak dari anak-anak lo." Melihat dahi Calla yang mengkerut, Adriel buru-buru menambahkan, "Bercanda. Jangan sering-sering kayak gitu. Nanti penuaan dini, loh."

"Udah, sana pergi!"

Setelah berhasil mengusir Adriel dengan segala cara, baru Calla merasa kesepian.

Di saat yang bersamaan, setelah berlama-lama menunggu jemputan driver Grab di depan gedung, bisa-bisanya driver-nya itu malah membatalkan pesanannya di last minute. Kampret! Calla yang tidak biasanya mengumpat jadi mengeluarkan kata kasar. Tapi cukup dalam hati. Mana ketika Calla hendak memesan Grab Car baru harganya sudah meroket...

Suara klakson mobil mengalihkan perhatian Calla dari ponselnya. Hingga jendela pengemudi diturunkan dan memperlihatkan seringai meledek khas cowok itu.

"Atas nama Calista Alexandra?" Sapa Adriel ala sopir taksi online.

"Kok lo masih di sini?"

"Habis ke Spark beli sesuatu. Iseng lewatin lobi dan lo masih di sini." Ujar Adriel. "Udah. Ikut gue aja kenapa, sih? Win-win solution loh padahal. Lo gak perlu keluar ongkos, gue juga jadi ada temen ngobrol."

Mobil di belakang sudah mengklakson. Calla jadi terdesak untuk masuk ke mobil SUV listrik produksi Jerman itu.

Ini bukan hanya soal gengsi, tapi Calla hanya berusaha bersikap tahu diri. Lagi-lagi upayanya gagal.

eighteen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang