"Kelompok aku gak kepilih," ucap Calla pertama kali begitu masuk ke mobil Adriel.
Penghujung semester ganjil tiba, mahasiswa mulai disibukkan dengan persiapan UAS, tak terkecuali Calla dan Adriel. Keduanya baru bisa bertemu di hari Jumat seusai kelas ketika hendak pulang bersama ke Jakarta. Lebih seringnya Calla diantar jemput Adriel – tidak hanya menumpang secara cuma-cuma, Adriel bahkan membiarkan Calla yang menyetir supaya bisa memperlancar kemampuan menyetir gadisnya.
"Oh, kok bisa?" Tanya Adriel. Sudut bibirnya terangkat setiap kali mendapati Calla memajukan kursi pengemudi yang habis didudukinya. "Kaca spion jangan lupa."
Mengikuti instruksi, tangan Calla menarik turun kaca spion tengah. "Kurang paham, ya. Keputusan dosennya."
"Dosen kamu salah ambil keputusan berarti," Adriel mencoba menghibur.
"Entahlah."
"Kamu bete?"
"Enggak, tuh."
"Ah, yang bener?" Goda Adriel. "Kalau bete nanti aku hibur."
"Hibur gimana? Kamu mau ngelawak?"
"Daripada aku yang ngelawak terus malah garing, mending aku ajak kamu ketemu Parto sekalian." Adriel melirik Calla yang tidak biasanya tidak menanggapi gurauannya. "Jalan-jalan dulu, yuk? Udah lama gak quality time berdua."
"Ke mana?" Tanya Calla datar.
"Aku ngikut aja. Kan kamu yang nyetir."
"Gak tau jalan."
"Habis ini turun tol, ikutin jalan nanti ketemu GanCit."
"Males parkir... Kamu parkirin, ya?"
"Kalau aku mulu yang parkirin nanti kamu gak lancar-lancar, loh." Melihat Calla mengerucutkan bibirnya, Adriel pun mengalah. "Oke, oke. Just for today, ya."
Wajah Calla langsung berseri, "Gas kalau gitu!"
"Dasar."
Cara tercepat menaikkan mood Calla adalah dengan mengajaknya makan. Tiba di pusat perbelanjaan tujuan, Adriel membawa Calla masuk ke restoran hotpot ala Sichuan dan membiarkan gadis itu memesan sesuka hatinya. Lagi-lagi, upaya diet Calla gagal. Another day, another cheat day.
"Anyway, aku beneran gapapa! Kata dosennya, gagal masuk exhibition pun gak berarti ide produknya gak menarik – ada banyak aspek yang dinilai. Dan ini kita masih di tahapan awal banget, we still have a long way to go. I really enjoyed the process, though. Kelompokku pada kooperatif dan gak ada yang freerider. Aku juga bukan tipe yang kompetitif dan ngebet buat menang..." Sembari mengaduk saus yang telah diraciknya, Calla membuka percakapan.
"Well, semua pasti ada saatnya. I don't like the term losing... Bisa aja itu kemenangan yang ditunda." Sahut Adriel.
"Hmm. For me, I don't like winning that much. Gak suka jadi pusat perhatian... Haha. Maybe it's just me karena aku punya pengalaman gak mengenakkan pas kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
eighteen [END]
FanfictionCalista Alexandra si wakil ketua komdis galak, terpaksa harus berhubungan dengan Adriel Ryan yang adalah pembimbing kelompok ospek adiknya yang baru masuk kuliah. "Mentee lo ada yang namanya Calvin Alexander, kan? Dia adek gue dan dia pengidap penya...