Calla yang lagi sibuk packing tiba-tiba kedatangan tamu ke kamarnya. "Buset... Ini kamar atau suasana hati gue? Berantakan amat." Ujar Calvin, adik Calla yang hanya beda satu tahun tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. "Eh, Ci, ospeknya kan masih minggu depan. Kok lo udah mesti ke kampus aja?"
"Lo kalau masuk ke kamar orang ngetuk dulu apa susahnya, sih?" Balas Calla sewot. Sebenarnya dia sudah biasa dengan kebiasaan buruk adiknya itu, tapi dia sedang pusing karena gak kunjung nemu celana jeans favoritnya yang mau dibawa. Alhasil Calvin jadi sasaran empuk pelampiasan amarah Calla.
"Perasaan ini masih di rumah, lo udah mendalami peran aja," Calvin lalu nyelonong masuk dan duduk di kasur Calla. "Nanti kalau ada komdis lain yang negur gue, fix gue bakal jual nama lo, Ci."
"Gak usah banyak tingkah! Gue gak laporan ke panitia kalau gue punya adek di angkatan bawah. Jadi lo pura-pura gak kenal gue aja ya pas ospek."
"Dih, parah gak diakui. Bodo, ah. Nanti gue print KK terus gue tempel di name tag biar semua orang tau gue adiknya Calista Alexandra!"
"Sumpah, Vin. Lo jangan macem-macem selama ospek, dah, yang ada nanti gue yang kena tegur panitia."
"Jadi gara-gara itu lo gak mengakui gue?!" Tatapan Calvin berubah melas.
"Gak juga, sih. Pas disuruh isi form anggota keluarga sama panitia, gue gak nyadar aja udah lewat deadline, terus ya udah gue belum lapor sampai sekarang."
"Begini nih, kelakuan anak komdis... Gimana mau mendisiplinkan maba kalau komdisnya aja gak memberikan contoh yang baik?!"
"Jalan tol aja banyak yang gak mulus, apa lagi hidup."
"Dalem banget kayak sumur..." Calvin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ci, lo kenal komdis yang bakal megang kelompok gue, gak? Terus komdis kan yang sok galak, kalau lawannya komdis sebutannya apa?"
"Apaan? Mentor?" Calla mengerutkan keningnya. "Emang pembagian kelompoknya udah diumumin?"
"Lo pura-pura gak tau atau emang gak baca group, sih? Moyung amat jadi panitia."
"Adek sialan! Daripada lo nge-distract gue dan bikin packing gue kelar makin lama, mending lo bantuin cariin celana jeans gue."
"Jeans lo yang mana?" Calvin melirik tumpukan jeans di dalam lemari Calla. "Jeans lo banyak begitu... Tinggal pilih satu apa susahnya, sih? Ribet."
"Itu loh, yang cutting-an mom jeans, terus warnanya biru muda agak keabu-abuan..."
"Mom jeans apaan? Jeans emak-emak? Pinjem aja punya Mami."
"Mending lo keluar deh, Vin. Biar gue bisa packing dengan tenang."
"Udah nanti disuruh pura-pura gak kenal, sekarang diusir pula... Tega bener lo Ci sama gue."
"Lagian lo masuk kamar gue di saat yang gak tepat!"
"Lah, orang hari ini lo keluyuran seharian. Kalau gue datengnya dari tadi siang, ngomong sama siapa gue? Setan di kamar lo?"
"Jangan bikin gue parno deh lo... Mulai besok gue di kosan sendiri, nih..."
"Nah, makanya gak usah balik kosan cepet-cepet."
"Ciee... Takut kangen sama gue, ya." Goda Calla.
"Dih. Setan kosan lo tuh kangen sama lo."
"Apa sih dari tadi ngomongin setan terus?!" Omong-omong tentang kosan, Calla jadi teringat akan sesuatu. "Btw, lo udah mulai nyicil masukin barang ke kosan lo belom, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
eighteen [END]
FanfictionCalista Alexandra si wakil ketua komdis galak, terpaksa harus berhubungan dengan Adriel Ryan yang adalah pembimbing kelompok ospek adiknya yang baru masuk kuliah. "Mentee lo ada yang namanya Calvin Alexander, kan? Dia adek gue dan dia pengidap penya...