Hari itu merupakan hari yang istimewa karena hari itu merupakan hari terakhir ospek. Tak terasa, empat bulan telah berlalu sejak ospek pertama kali diadakan.
Di Sabtu pagi, panitia sudah diminta untuk berkumpul di lapangan serbaguna untuk melangsungkan briefing. Chandra selaku komisi disiplin yang bertanggung jawab terhadap Kelompok 18 menghampiri Adriel dan merangkulnya erat. "Sorry bro kalau gue banyak salah. Thank you udah kooperatif selama ini."
"No hard feelings, bro. Kita mah jalanin tugas aja sebagai panitia. Thanks juga bro atas dampingannya."
Masih berangkulan haru, Calla dan ketua komdisnya, Ayu datang di saat yang tidak tepat.
"Masih pagi gini kenapa cowok lo udah meluk-meluk cowok lain?" Ayu menyenggol Calla tepat di pinggang dan hanya ditanggapi oleh tawa.
"Iya. Despite muka dia yang kayak security, aslinya hati dia Hello Kitty." Balas Calla.
Adriel menepuk pundak Chandra, "Minggir, Chan. Giliran Calla yang meluk gue."
"Ini masih jam kerja, ya!" Ayu melemparkan tatapan setajam pisau kepada mentor Kelompok 18. "Lo kenapa kemaren gak daftar jadi komdis aja sih, Driel? Padahal muka lo mendukung."
"Udah dibilang hati gue lembut... Gak tega gue marahin anak orang."
"Padahal komdis lebih asik daripada mentor. Lebih bonding." Chandra ikut memanas-manasi.
"Gak perlu bonding sama satu divisi. Sama gue aja cukup." Balas Calla tak terduga.
"Iya, tau pacaran. Iya!" Kata Chandra dongkol. "Kapan ya gue bisa cinlok kayak orang-orang?!"
"Anyway, congrats, ya, hari ini kalian udah gak perlu nahan ketawa lagi." Goda Adriel.
"Hati-hati, Driel. Calla udah bisa senyum nanti saingan lo makin banyak!" Ayu mengingatkan.
"Bener juga, ya..."
Open gate pun dimulai. Keanehan pertama yang disadari para peserta adalah tidak ada panitia komdis yang menghitung mundur, bahkan sepanjang perjalanan dari pintu gerbang menuju barisan pun, para kakak tingkat mereka itu tersenyum hangat dan memberikan salam selamat pagi.
"Gue tau mereka emang pura-pura galak dari awal, tapi gue masih belum terbiasa..." ujar Teo begitu tiba di barisan tempat Adriel menunggu. Calvin dan Winna menyusul dari belakang.
"Otak lo baru jalan kalau udah dimaki, ya." Sindir Winna. Dari awal sampai akhir ospek, keduanya masih saja cosplay sebagai Tom and Jerry...
Sejak Calvin didiagnosis dengan gagal jantung, dokternya menganjurkannya untuk selalu menggunakan alat bantu pernapasan yang terhubung dengan tabung oksigen jika sedang beraktivitas di luar. Menurut dokternya, alat bantu pernapasan ini akan membantu meringankan kerja jantungnya dalam memompa oksigen ke seluruh tubuh. Tetapi Calvin tidak menyukai itu. Selain dia harus repot membawa tabung oksigen kemana-mana (walaupun bentuknya kecil), selang yang terpasang di hidungnya menarik perhatian orang-orang sekitar. Dia tidak lagi bisa berbaur dengan orang-orang sehat di sekelilingnya...
"Makin ganteng aja lo, Vin." Adriel menepuk pundah mentee-nya itu, berusaha menghibur.
"Jangan bully dia!" Bela Winna protektif.
"Ini gue muji, loh..."
"Kalau hari ini hari terakhir ospek, berarti setelah ini lo bukan mentor kita lagi dong, Kak?" Tanya Calvin.
"Ospeknya udah selesai, tapi masa jabatan gue sebagai mentor kalian masih berlanjut sampai akhir semester depan." Jelas Adriel.
"Idih. Kurang kerjaan banget. Ngapain?" Balas Teo mengerutkan kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
eighteen [END]
FanfictionCalista Alexandra si wakil ketua komdis galak, terpaksa harus berhubungan dengan Adriel Ryan yang adalah pembimbing kelompok ospek adiknya yang baru masuk kuliah. "Mentee lo ada yang namanya Calvin Alexander, kan? Dia adek gue dan dia pengidap penya...