Part 35

337 49 10
                                    

Walaupun tinggal di bawah satu atap yang sama, Adriel tetap jarang bertemu Nadine di rumah. Padahal dia ingin mengkonfirmasi sesuatu... Itu pun Adriel masih sibuk merangkai kata-kata yang tidak memicu keributan – siapa pula yang senang mendengar tunangannya dituduh berselingkuh menjelang hari pernikahan?!

Hingga larut malam, Adriel menunggu kepulangan kakaknya seorang diri di ruang tamu.

"Din."

"Jesus fuckin' Christ—" tidak biasa disambut ketika pulang kerja, Nadine mencengkam dadanya. "Ngapain lo?"

"Nungguin lo pulang." Balas adik tirinya mencurigakan.

"Dih? Biasa juga lo buang muka kalau ketemu gue." Tanpa mengindahkan kehadiran Adriel, Nadine hanya berlalu menuju ruang tengah.

"Perasaan lo aja kali," Adriel beranjak dari duduknya untuk mengikutinya. "Udah makan belom?"

"Tumben banget nanyain gue. Ada maunya, ya?"

"Jawab, kek. Malah nanya balik."

"Terakhir gue makan jam 2 siang. Biasa kan gue emang skip dinner. Lagi intermittent fasting soalnya."

"Gaya bener lo fasting-fasting segala. Mau ngapain, sih? Diet? Lo udah kurus, gilee. Emang si Dary anjing apa demennya tulang?!"

"Congor lo... Gak lagi diet sih, cuman buat maintain aja. It's become a lifestyle now."

"Minum wine seteguk gak kehitung kalori lah, ya, Din? Eh, tapi perut lo kosong, ya..."

"Kenapa tiba-tiba ngajakin gue minum...? Lagi galau?"

"Enggak, sih." Jawab Adriel jujur. Apa yang mau digalaui? Hidupnya bahkan tidak pernah berjalan semulus ini...

"Haha. Lo tunggu di study room. Siapin aja minumannya, nanti gue nyusul habis mandi."

Sejak percakapan larut malam mereka di pinggir kolam renang, ditemani sebotol anggur merah, kedua saudara itu jadi lebih terbuka dengan satu sama lain. Mungkin itu efek alkohol. Hanya saja, satu hal yang disadari Adriel yaitu Nadine tidak seperti kakak tiri kejam yang digambarkan dongeng-dongeng masa kecil. Nadine adalah orang yang tulus.

Dan sejak Adriel mendengar kabar tentang perselingkuhan Dary dari Calla, Adriel tidak dapat tidur dengan tenang. Tanpa melihat bukti foto pun, Adriel akan selalu mempercayai ucapan Calla – tapi untuk ini, dia berharap peristiwa yang disaksikan Calla itu adalah kekeliruan semata. Mau Nadine keluarga sedarahnya atau bukan, siapa yang tega melihat kakak sendiri diselingkuhi?

"Gimana? What's troubling you?" Tanya Nadine yang kini sudah duduk berhadapan dengannya di sofa di ruang belajar yang sunyi. Namanya saja ruang belajar, tetapi fungsinya lebih untuk mengembangkan hobi sesaat penghuni kediaman itu. Di ruangan yang disebut ruang belajar itu, terdapat meja biliar, meja tenis, PC rakit, PS5, rak buku yang tingginya menyentuh langit-langit, hingga mesin jahit terbengkalai.

"Nothing. Who said it's about me? Gue mau tanya sesuatu, deh. Hubungan lo sama Dary gimana akhir-akhir ini? Baik?"

"Things have been good between us. He's sweeter than ever. Lebih perhatian dan suka ngasih surprise gifts. I think marriage life won't be so bad after all?" Nadine menaikkan kedua alisnya, "Tapi kenapa tiba-tiba lo nanya? Biasa cuek."

Adriel menggigit bibir bawahnya gelisah. Bagaimana dia memberitahu Nadine? Mana tega dia merusak kebahagiaan kakaknya.

Tapi Adriel akan memaki dirinya apabila Nadine sampai menikahi orang yang salah.

"I have something to tell you..." Adriel mengeluarkan ponsel pintarnya dan menunjukkan bukti foto yang diam-diam diambil Calla ketika dia menemui Dary check-in di hotel saat malam hari. Nadine merebut ponselnya dan men-zoom in gambar tersebut – keningnya mengerut.

eighteen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang