“Prince, His Majesty the King summons you.” (Pangeran, Yang Mulia Raja memanggil Anda.)
Seorang bocah berumur delapan tahun itu menatap seorang Pengawal yang baru saja memanggilnya itu seraya terdiam sejenak, yang tak lama kemudian ia mengangguk dan hendak berjalan menuju tempat yang dituju.
Dan baru saja ia berbalik, sang Ayah dengan wajah tegas dan datarnya ternyata telah berada di belakangnya entah sejak kapan, membuat sang anak berjengit kaget, “Your Highness, why have you summoned me?” (Yang Mulia, mengapa Anda memanggil saya?)
Dengan tangan yang berada di belakang punggungnya, sang Raja mendekati putranya seraya berkata, “Today is the time for you to learn how to ride a horse while doing archery, have you forgotten?” (Hari ini saatnya anda belajar menunggang kuda sambil memanah, apakah anda lupa?)
Ucapan sang Ayah membuat Pangeran tampan itu melongo dengan mulut yang sedikit terbuka dan mata yang membulat lucu dan dengan raut wajah yang tak terima, “No, I do not want!” (Tidak aku tidak ingin!)
“I warned you, Prince. You must learn to protect yourself. How can i allow you to play outside the palace if you don't want to practice your skills?” tanya pria setengah baya itu seraya menatap anaknya dengan tegas. (Aku sudah memperingatkanmu, Pangeran. Anda harus belajar melindungi diri sendiri. Bagaimana bisa Ayah mengizinkanmu bermain di luar istana jika kamu tidak ingin melatih kemampuanmu?)
Mata anak itu merunduk sedih, dengan bibir yang melengkung ke bawah samar. Hal itu sedikit mencubit perasaan Raja, namun setelahnya bocah lelaki itu justru berseru sembari berlari menghindari sang Ayah dan pengawal pribadinya, “I still don't want to! Unless you teaches me martial arts like taekwondo, not archery or sword fighting!” (Aku masih tidak mau! Kecuali Ayah mengajariku seni bela diri seperti taekwondo, bukan memanah atau adu pedang!)
Raja tak mencoba mengejar anaknya karena sudah menduga hal ini pasti akan terjadi. Hanya pengawal pribadi anaknya itulah yang mengejarnya, “Stubborn child,” gumam Raja. (anak yang keras kepala)
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
“Don't do anything, let it happen.”
“Isn't that too cruel? He never intervened directly against anyone.”
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
“Do you think I'm going to give up that easily? Haha, no. I am more than you expected, Your Majesty the King.”
“Prince, you have almost crossed the line, better follow the rules of His Majesty the King.”
“Shut up!”
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
“Maaf, tapi aku tak pantas bersanding denganmu. Jadi, lebih baik kita akhiri semuanya bahkan sebelum kita harus memulainya terlebih dahulu. Maafkan aku.”
“Mengapa begitu? Kau malu denganku? Aku—“
“My intuition was right, he is the one we are looking for!”
Saat itulah, seorang pemuda yang tengah berbicara sontak langsung berhenti seketika itu juga tatkala seseorang diujung lorong yang tak jauh dari sana mengucapkan kalimat dalam bahasa asing. Yang sayangnya, ia mengerti.
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
“Sial, bagaimana bisa Ayah mengirim pasukannya kemari? Aku tak mampu berfikir mengapa Ayah ingin menyerangku? Apa kelahiranku memang se-sial itu?”
“Tolong, jangan katakan kalimat itu lagi, Pangeran.”
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
“You're better off dead! Ayah macam apa kau yang mencoba membunuh anaknya sendiri?!” teriak pemuda itu beriringan dengan puncak perasaan frustasi yang dirinya rasakan saat itu juga. (Lebih baik kamu mati saja)
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
@fluffyxno
Have a nice day!.
.
.
Prolog bisa aja gak sesuai sama isi cerita, tapi alurnya sebagian besar pasti sama.Dan buat bahasa asingnya diprolog sengaja gak ditranslate, di bab selanjutnya kalau ada pasti pakai translate kokk
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonjour, Prince! [Lee Know]
Fanfiction[End] Terlahir sebagai seorang anak dari Raja dan Ratu mungkin terdengar menyenangkan bagi sebagian orang. Lagipula, siapa yang tak suka terlahir di keluarga yang kaya raya, dan di istana yang megah? Ya, ada. Sang anak itu sendiri. Disaat ia memilik...