06 | Sebuah Perasaan?

8 5 2
                                    

Ada sesuatu yang muncul dibenak Luna, yang sepertinya membuat gadis itu sedikit berubah. Sedikit curi-curi pandang pada Reno yang sedang fokus mengerjakan tugas, hanya menyimak saat ia dan teman-temannya kembali merundungnya, atau bahkan merutuki Jihan yang terlihat begitu dekat dengan Reno.

“Ren, astaga....”

Reno menatap Jihan dengan satu alisnya yang naik, “Hei, santai, aku tak pergi kemana-mana, apakah kau merindukanku?” goda Reno yang dibalas tatapan datar oleh gadis itu.

“Bukan begitu maksudku!”

Reno hanya tertawa tipis dengan raut wajah Jihan yang semakin geram karena ulahnya sendiri. Kedekatan keduanya memang terlihat semakin erat, dan sepertinya itu salah satu alasan yang membuat Luna tak suka karena tak dapat merundungnya. Mungkin?

“Teruslah tertawa dan buat seorang gadis dengan mudahnya jatuh cinta padamu!” seru Jihan yang kemudian mengkerutkan dahinya karena heran dengan ucapannya sendiri, apa maksudnya itu?

Hal itu tentu membuat Reno menghentikan tawanya dan menaikkan sebelah sudut bibirnya dengan tatapan menyebalkannya, “Siapa seorang gadis yang kau maksud itu, hm?” tanya pemuda itu.

“Ah sudahlah, lupakan! Ngomong-ngomong, lihat kesana! Dia murid baru dikelasku, bolehkah dia bergabung dengan kita? Aku sudah mengatakan hal ini sebelumnya padanya,” ujar Jihan sedikit mengalihkan pembicaraan.

Dan ia hanya menatap objek yang ditunjuk teman gadisnya itu, dengan raut wajah yang kembali datar seperti Reno biasanya. Sepertinya Jihan belum menyadari hal itu karena keantusiasannya bertemu teman barunya.

“Reno! Kenalkan, dia Adelia. Oh iya, Ly, dia Reno temanku!” seru Jihan, gadis bernama Adelia itupun tersenyum canggung seraya mengulurkan tangannya setelah menyimpan makanannya diatas meja, yang sayangnya uluran tangan tersebut tak ditanggapinya.

“Reno, ada apa denganmu?”

“Aku baik,” jawab Reno singkat. Pemuda itu memang jarang berbicara, namun untuk sedatar ini sepertinya Jihan tak terlalu sadar karena belakangan Reno yang sudah sedikit terbuka padanya.

“Kau tak seharusnya sekasar itu, setidaknya balas uluran tangannya. Aku sudah mengatakan ini berulang kali, kan? Kalau kau ingin dihargai orang lain setidaknya hargai terlebih dahulu kehadiran orang lain,” celoteh Jihan yang mulai terdengar muak ditelinga Reno.

“Kau takkan paham. Silakan habiskan waktumu dengan teman barumu, aku pamit,” ketus Reno yang tentu saja setelahnya pergi meninggalkan kedua gadis itu beserta segala spekulasi yang ada dalam pikiran Jihan.

Dan untuk Luna, gadis yang sedari tadi menelisik tingkah laku Reno pun dengan sigap mengikuti langkah kaki pemuda itu, “Reno, hai!” seru gadis itu dengan sikap sok akrabnya.

“Ada apa lagi dengan dirimu.” Luna hanya tertawa kecil karena kali ini Reno tak banyak menolak tingkahnya, yang membuatnya melanjutkan ucapannya, “Aku sudah membuktikan bahwa diriku sudah berubah, kau sudah percaya, kan?”

“Tak ada yang bisa kita percayai didunia ini.” Rasanya, Reno telah terlalu banyak menolak kehadiran Luna, dan membuatnya teringat perkataan Jihan yang baru saja dikeluarkannya. Dan tentu saja rasa bersalah itu menyeruak didalam relung hatinya.

“Termasuk Jihan, ya kan? Kau tak tau bagaimana pandangannya padamu selama ini, kau hanya tau bahwa dia menerimamu apa adanya sebagai seorang teman. Terserah bagaimana responmu, yang pasti aku hanya memberimu waspada,” ujar gadis itu.

“Sebanyak apa kau mengetahui tentang negeriku?” tanya Reno dengan tatapan datarnya yang menyimpan sebuah amarah. Dan gadis itu sudah menerka kejadian ini sebelumnya, jadi ia nampak santai.

“Kau akan tau, dan yang pasti kau harus waspada dengan keadaan disekitarmu. Tidak semua dari siswa disini adalah orang asing. Oh iya, kalau sekiranya kau ada masalah kau bisa datangi aku kapan saja. Good luck!” seru gadis itu sebagai akhir dari dialog keduanya.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

“Sampai kapan aku harus begini, Lee?”

“Sampai dia mengetahui sendiri ada seberapa banyak orang-orang dari kerajaan Moonhaven sebenarnya, dia takkan membiarkanmu terseret masalahnya, tenang saja!” seru seorang lelaki yang mencoba menepis keresahan gadis didepannya.

“Dia mungkin memang bersikap begitu, tapi tidak dengan perasaanku! Apa kau membiarkanku jatuh hati seorang diri dalam kebohongan ini? Karena pada akhirnya aku akan tau jika ia takkan menjadi jodohku?” Isi hatinya terluap begitu saja, tentu saja itu yang diresahkannya sedari tadi.

“Dia akan membantumu.”

“Kau bohong! Terus saja membual demi keuntunganmu sendiri! Aku hanya manusia biasa yang hidupnya tiba-tiba kau usik karena seorang Pangeran melarikan diri! Harusnya kalian semua tau bagaimana cara merayunya, bukannya melibatkan orang tak bersalah!” sentak gadis itu lagi dengan nada yang tinggi.

Dan ucapan gadis itu membuat lelaki dihadapannya ikut terpancing emosi, “Apa maksudmu mengatakan hal itu? Kau lupa apa yang telah kau lakukan sebelum semua ini terjadi?” tanya lelaki itu dengan tatapan menusuk penuh emosi.

“Aku tak peduli! Kau pikir aku gadis lemah yang mau direndahkan oleh seorang lelaki sepertimu? Tch, jangan harap! Dan seharusnya kau berpikir bagaimana respon Pangeran Lorraine tentang apa yang kalian lakukan!” sulut gadis itu.

“... Kau pikir ia akan suka dengan tingkah kalian? Dan dengan semua rencanaku, apa akhirnya kekecewaan itu takkan muncul? Hei, harusnya kau tau jika ia tak suka apapun hal negatif yang berhubungan dengan perasaan perempuan.”

Lelaki itu semakin emosi dengan kata demi kata yang terlontar dari mulutnya, “Kau hanya orang baru, kau tak tau apapun tentang dirinya. Jadi, jangan berlagak seolah kau yang paling tau tentangnya. Dan kuharap kau tak berontak untuk rencana selanjutnya, atau kau akan tau risikonya!” tegas lelaki itu sembari berbisik, kemudian pergi meninggalkan gadis itu seorang diri.

Sekeras apapun ia bersikap pada lelaki itu, pada akhirnya ia hanya mampu menangis karena ketakutan yang terpendam dalam hatinya sedari tadi. Gadis itu sama sekali tak tau jika dirinya semakin masuk ke dalam dunia seorang Pangeran yang sama sekali tidak ia ketahui.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

"Kak, perasaan macam apa ini?"

Jay menatap Reno yang mulai mengeluarkan suaranya setelah beberapa menit tenggelam dalam segala pemikirannya, “Mungkin kau merasakan perasaan semacam... cinta, itu bukan hal yang buruk.”

“Tapi aku tak menyukainya, ini sama sekali tak membahagiakan seperti yang orang-orang rasakan kebanyakan, aku tak nyaman dengan perasaan ini,” timpal Reno yang merasa tak setuju dengan opini yang dilontarkan Jay.

“Siapa orangnya?”

Tatapan Reno berubah, tak mengerti dengan maksud dari Jay yang malah penasaran dengan seseorang yang membuat perasaannya tak karuan, “Untuk apa kau mengetahuinya? Apapun yang dilakukannya sepertinya takkan memengaruhi apapun,” tolak Reno.

Jay menghela nafas lelah dengan ucapan Reno, “Tentu saja untuk menelisik niat dan maksud dari perilaku gadis itu, dan apakah ia mengetahui bahwa kau menyukainya atau justru tak peduli,” jelas Jay.

Dan yang lebih lelahnya lagi, Reno justru tak mengindahkan ucapannya dan mengalihkan pembicaraan, “Aku punya satu permintaan, bisakah kau mengabulkannya? Aku benar-benar ingin kau melakukannya dengan baik.”

“Baik, katakan saja apa yang anda inginkan, Pangeran,” balas Jay yang ikut melupakan pembicaraan sebelumnya, melihat raut Reno yang berubah serius.

“Aku ingin kau mencari keberadaan dan identitas Christ dan Sam disini. Semuanya. Tempat tinggal, nama samaran, tempat yang paling sering dikunjunginya, dan mungkin.. wajah samaran yang digunakan?” pinta Reno dengan rinci.

“Akan saya usahakan, Pangeran. Tapi sebaiknya anda lebih memerhatikan orang-orang disekitar anda, tepatnya pada orang yang memiliki tahi lalat dan lesung pipi seperti ciri-ciri mereka, karena kedua hal itu takkan bisa disamarkan.”

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang