13 | Mont Saint-Michel

6 5 2
                                    

Setelah perlombaan telah selesai sepenuhnya dan pemenang pun telah ditentukan dan diberikan hadiah, semua siswa-siswi mulai disibukkan dengan persiapan ujian. Mereka sangat berambisi untuk meraih nilai tinggi dalam raport.

Semuanya fokus pada diri sendiri hanya untuk ujian. Dan setelah ujian itu berakhir, mereka mendapat sedikit kebebasan dari belajar namun tetap di haruskan untuk datang ke sekolah sekedar mengisi absen.

Semua warga dari Negeri Mont Saint-Michel dibuat terdiam kaku karena sebagian besar siswa-siswi yang merupakan warga pribumi membicarakan tentang kejadian-kejadian janggal yang terjadi selama perlombaan.

Dan tak lupa, pembahasan mengenai kerajaan, Pangeran, prajurit, serta perang yang rupanya tak sengaja didengar oleh beberapa oknum yang juga merupakan penyebar informasi terkait Negeri Mont Saint-Michel.

“Negara kita dipimpin oleh sistem pemerintahan, mana ada Pangeran? Melody itu orang yang sangat suka membual, bagaimana bisa kau percaya dia begitu saja?”

“Masalahnya, aku juga tak sengaja menguping!”

Bahkan di setiap langkah Reno dan di setiap koridor sekolah, pasti semua orang tengah membicarakan hal itu. Rasanya tak mampu lagi ia menahan emosi hingga tanpa sadar cahaya berpendar dalam tubuhnya menguar tanpa bisa ia tahan.

“Pangeran, cahaya itu keluar lagi. Lebih baik keluar dari keramaian dan tenangkan hatimu. Aku tak dapat telepati lebih lama karena aku menggunakan pikiranku agar tak dicurigai.”

Itu Jay, meski Reno tak sedang bersamanya, Jay pasti telah memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya, oleh sebab itu Jay melakukan telepati, “Kalau saja aku sedang di kerajaan, aku tak akan peduli dan membiarkan semua orang takut padaku,” gerutu Reno.

Dan di sinilah Reno berada, di belakang gedung sekolahnya, yang terdapat banyak pohon-pohon rindang yang begitu tinggi. Namun, ketenangan itu tak berlangsung singkat karena seseorang mendatanginya, “Cahaya itu lagi, ya?”

Jihan, gadis itu lagi. Ia tertawa kecil dan melanjutkan ucapannya, “Kau terlihat seperti pria dengan aura gelap yang menyeramkan. Ah, Reno, kau tau? Aku merindukanmu.” Lalu duduk tepat disampingnya.

“Ada maksud apa kau menghampiriku lagi?” tanya Reno sedikit menaruh curiga.

“Dimana Raihan? Biasanya kalian selalu pergi kemanapun berdua belakangan ini, tapi aku tak melihatnya sama sekali untuk hari ini. Maksudku, Reno, aku hanya ingin menemanimu seperti dulu. Santai aja wajahmu itu, aku bukan penjahat,” sahut Jihan.

Reno sadar bahwa ia tak bisa berlama-lama bersama Jihan, lelaki itu mengetahui suatu hal tentang Jihan. Akan tetapi, raganya tak ingin pergi meninggalkan gadis itu lagi, raganya masih tetap ingin disini, berdua dengan Jihan.

Jihan sedikit tersadar dari lamunannya dan menatap sebuah minuman ditangannya. Keraguan muncul dalam benaknya, namun lengannya mengarahkan minuman itu ke hadapan Reno, “Aku membelikan ini untukmu,” ucapnya pelan.

“Oh? Terima kasih.”

Jihan masih terpaku menatap Reno. Lelaki itu tau bahwa Jihan tak sepenuhnya berada di pihaknya, namun lelaki itu nampaknya masih menaruh kepercayaan. Kini, Reno meminum pemberian Jihan tanpa menaruh curiga.

Mungkin karena Reno memang kehausan? Tetapi, tiba-tiba Jihan berubah pikiran, gadis itu menyadarkan dirinya sendiri dan mendorong minuman dalam genggaman Reno hingga terjatuh tumpah ke tanah.

Satu tegukan terakhir yang Jihan dengar dari Reno, yang artinya Reno telah meminumnya sedikit. Jihan merundukkan kepala dan menjambak sedikit rambutnya, “Apa yang kau lakukan? Dasar bodoh, harusnya kau tak mendengarkan hasutan itu,” gumam Jihan.

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang