18 | Cinta

4 4 1
                                    

“Pangeran, hentikan!”

“Rhison? Pangeran Reynard, apa yang membuat Kakakmu sebegitu marahnya? Apa kau tau sesuatu tentang itu?” Kekacauan yang terjadi lantas menjadi hening setelah suara seorang gadis menyapa telinga Rhison.

“Luna, kau baik-baik saja?” Rhison bergegas menghampiri Luna yang tengah bersama Adiknya. Keadaan gadis itu masih kacau, memar di mana-mana, bajunya lusuh, wajah kusam, serta darah yang mengotori baju dan kulit cantiknya.

“Ayahanda Raja, kau benar-benar keterlaluan!” Cahaya berpendar itu kembali menguar, kakinya menginjak lantai yang dipijaknya dengan kuat hingga getaran itu terjadi lagi.

“Pangeran, hentikan. Aku baik-baik saja. Lebih baik istirahat di ruanganmu, kau belum sepenuhnya pulih,” tutur Luna mencoba menghentikan Rhison yang masih di selimuti amarah.

“Benar kata Kak Luna, jangan biarkan energimu terkuras lagi, Kak. Aku merindukanmu,” lirih Reynard. Keduanya berhasil menghentikan Rhison yang kini terpaku di tempatnya, dengan tatapan tajam yang masih tertuju pada sang Ayah.

Dan prediksi Reynard kembali terjadi. Sang Kakak kini terbaring lemah di ranjangnya akibat menggunakan kekuatan terlalu besar di saat kesehatannya belum pulih sepenuhnya, akibatnya energinya pun terkuras.

“Jadi pemimpin juga harus mengontrol emosi, hal seperti ini saja sudah hampir menghancurkan kerajaan, bagaimana jika lebih parah?” celetuk seseorang dengan langkah santainya datang ke kamar Rhison.

“Kak Henry! Kau sudah merasa lebih baik?” sapa Reynard.

“Ya. Omong-omong, bocah, seharusnya kau berada dalam pantauan Kakakku. Mengapa dia membiarkanmu lepas dari jangkauannya? Apa sesuatu telah terjadi antara kalian?” Dengan muka tertekuk lucu, Reynard mengangguk sembari naik ke atas ranjang milik Rhison untuk dapat merebahkan diri bersamanya.

“Aku sudah melarangnya, namun dia yang lebih dulu mengadukan Kak Luna pada Ayahanda. Jika saja Kak Leon diam, Kak Luna takkan mendapat cambukan atau pukulan seperti itu. Hukuman dariku untuknya tidak setimpal! Kak Rhison harus ikut menghukumnya!” seru Reynard sesekali menatap Rhison yang mulai marah.

“Bocah, kau menyulut emosi Kakakmu lagi!”

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Rasanya, itu terakhir kali Luna bisa melihat Rhison tersenyum padanya. Meski, keadaan sama sekali tak membahagiakan, Luna merasa senang karena dapat memulihkan Rhison sepenuhnya dengan menyalurkan energi.

Walaupun akibatnya, tubuh Luna mulai melemah dan kembali di kurung di penjara. Ya, setidaknya tidak seseram penjara bawah tanah. Kini Luna hanya berharap agar dapat pulang ke rumahnya kembali.

“Mereka sangat keras kepala berkali-kali lipat daripada Rhison. Memangnya apa salahku? Mengapa tidak mereka salahkan saja Justin yang membawaku kemari? Menyebalkan sekali, mereka pikir mereka siapa? Berlaku sok berkuasa begitu,” gerutu Luna untuk kesekian kalinya.

Luna tahu, kini tak seorang pun dapat menyelamatkan dirinya termasuk Rhison, Justin, atau bahkan Reynard, Pangeran kecil yang sok dewasa. Untuk itu, Luna terus menggerutu agar kekesalannya meluap begitu saja.

“Bagaimana jika aku melakukan percobaan bunuh diri lagi? Sepertinya asik, di sini membosankan, bahkan makanan yang di sediakan tak layak di makan.” Luna nekat mengeluarkan kembali pisau lipat yang di dapatnya di penjara bawah tanah.

“Nona, bukankah lebih baik jika kau melihat pernikahan Pangeran kami daripada mati konyol seperti itu? Kami bisa membantumu jika kau mau. Pun, hidup itu tak asik jika tak ada tantangan, bukan?” ejek prajurit yang menjaga penjara itu. Kalimatnya membuat Luna muak, benar-benar menyebalkan.

“Pun, dengan tantangan dariku.” Satu kalimat dari seorang pemuda yang tak di kenali suaranya oleh Luna, setelahnya gadis itu tak dapat memproses apa yang terjadi karena terdengar suara pedang yang beradu.

Luna terpaku di tempat, meski hanya suara, hal itu tetap membuatnya terkejut. Hingga beberapa saat kemudian seorang pemuda yang bersekolah di satu sekolah yang sama dengannya membuka pintu penjara secara paksa dan berdiri di hadapannya.

“Would you like to be my partner? Aku harus mendapatkan gadisku kembali sebelum pernikahannya di mulai. Setelahnya, akan aku bantu kau keluar dari Negeri ini.” (Maukah kamu menjadi mitraku?)

“Setuju.”

Lain di mulut lain pula yang terjadi. Luna tak mampu membantu apa pun, dan hanya membiarkan Sam melakukan rencananya sendirian. Kehadirannya yang di sadari hanya oleh Rhison membuat pemuda itu terpaku.

Kedua calon mempelai melangkah ke tujuan yang berbeda. Entah bagaimana pula Sam mampu membuat calon pasangan Rhison, Reine Seraphina Lyon—Jihan—mengikuti langkahnya. Sama sepertinya, Rhison pun terus terpaku ke arah Luna sembari melangkahkan kakinya mendekati gadis itu.

“Pangeran Rhison, Putri Reine, acara belum selesai, ke mana kalian akan pergi?” tegur seorang Ratu. Aldric pun tak banyak protes, justru pria itu menghentikan Ratunya.

“Mereka telah sah menjadi pasangan. Biarkan kita semua yang melanjutkan acaranya.” Dan kalimat itu membuat Luna tercengang, bagaimana bisa rencana ia dan Sam untuk menggagalkan pernikahan itu gagal?

Luna, yang tak memiliki kuasa apapun di Negeri itu akhirnya mencoba pergi keluar dari area Moonhaven, mencari jalan keluar yang dulu dilaluinya bersama Justin. Hatinya yang mendapat secercah harapan kini sirna karena Luna tahu, dirinya tak pantas untuk bersanding bersama seorang Pangeran.

Rhison, dengan jarak yang cukup jauh, masih terus mengejarnya dengan langkah yang cepat. Tak lama Luna menyadarinya karena Rhison mulai memanggil namanya. Suara itu semakin membuatnya merasa patah hati, Luna akhirnya berlari dengan kencang menuju hutan di depannya.

“Luna!” Rhison tak mampu mengejarnya lagi. Terlebih ketika dirinya menyadari bahwa Moonhaven memiliki pelindung yang membuatnya tak dapat keluar dari area kerajaan.

Tak terlalu jauh dari Moonhaven, Luna serta Rhison pun mendengar teriakan Sam yang menggelegar. Rupanya, pemuda itu baru menyadari jika usahanya kini sia-sia. Ikatan yang di paksa oleh Raja Lorraine kepada Rhison dan Reine tak mampu di lepasnya.

Jodoh itu pasti, namun tetap harus dicari. Mereka pun sadar bahwa cinta juga harus diperjuangkan. Namun, satu hal yang terlupakan, bahwa apa yang kita inginkan belum tentu menjadi milik kita. Terkadang, merelakan itu lebih mudah dari yang kita duga.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

@fluffyxno
Have a nice day!

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang