28 | Kekuatan Luna

3 4 1
                                    

“Lunaku, bisakah kau kendalikan dulu kekuatanmu? Semua orang tak bisa beraktivitas jika Moonhaven terus-menerus hujan karena kekuatanmu. Jika kau masih ingin bersedih, aku akan terus menemanimu hingga kau merasa lebih baik,” bujuk Rhison.

Sudah beberapa menit berlalu dan Luna masih terus menangis di pelukan Rhison, karena minimnya pengetahuan tentang Mont Saint-Michel, membuat Luna tak mengerti bagaimana cara mengendalikan kekuatannya sendiri.

“Lalu menurutmu aku harus bagaimana jika aku sendiri tak paham?!” sentak Luna, membuat petir menggelegar mengejutkan keduanya. Luna terdiam sejenak karena keterkejutannya, lalu menatap Rhison perlahan.

“Baiklah, aku minta maaf, kau tahu apa yang harus kulakukan?” decit Luna menghentikan tangisannya. Rhison mengintip melalui jendela untuk melihat keadaan di luar, dan hujan rupanya telah berhenti, hanya tersisa awan yang mendung.

“Ayo kita ke rumah kucing, sembari aku menyuruh pelayan memanggil James, dia pasti tahu banyak,” ajak Rhison. Luna pun hanya mengikutinya, dan keduanya pergi ke luar. Rumah kucing yang di maksud Rhison ternyata berada di luar kastil.

Dan yang membuat Luna terkesan adalah isi dari rumah tersebut, “Ini sih bukan hanya sekedar rumah, tapi istana kucing. Kau yang mengusulkan ide ini? Sungguh mengagumkan, aku senang mereka mendapatkan tempat tinggal yang layak,” puji Luna.

“Benar, aku hanya ingin menepati janjiku pada kucing-kucing ini. Bahkan aku mempekerjakan orang untuk mengasuh mereka, karena aku tak memiliki waktu banyak, sebentar lagi mereka pasti datang,” kata Rhison.

Dan, benar saja, tak lama beberapa orang wanita datang dan langsung menunduk hormat melihat keberadaan Rhison dengan Luna, “Selamat pagi, Yang Mulia. Maafkan kami, kami tak tahu jika kalian berada di sini,” ujar salah satu dari mereka.

“Tidak masalah, kalian tolong temani Lunaku untuk membantu merawat semua kucing ini. Luna, aku ke luar sebentar, nanti aku susul kau ke sini, ya?” Luna menghela napas sejenak, lalu mengangguk, dan kemudian mengikut wanita-wanita tadi.

Rhison sendiri pergi ke luar dari rumah kucing dan telah mendapati James yang telah menunggunya, sontak James menyapanya, “Selamat pagi, Yang Mulia. Ada yang bisa saya lakukan untuk anda?”

“Ya, aku merasa ikatanku dengan Lunaku semakin kuat, dia mendapatkan kekuatan dan sulit mengendalikannya. Cuaca di Moonhaven masih tergantung suasana hatinya, apa ada cara untuk menghentikannya?” tanya Rhison dengan suara yang sedikit pelan.

“Pangeran hanya perlu memberi dia teh kamomil. Untuk memastikannya, Pangeran bisa merasakan auranya melalui kekuatan cahaya berpendar milikmu, jika warnanya coklat susu, Moonhaven masih terhubung dengan kekuatannya. Dan jika warnanya putih maka semuanya baik-baik saja,” jelas James.

Rhison belum merespon karena James masih belum menyelesaikan kalimatnya. Pria itu mendekatkan diri pada Rhison dan membisikkan sesuatu yang membuat telinga Rhison perlahan kemerahan, “Benarkah? Secepat itu?”

“Ya, lagi pula bukankah itu hal wajar bagi sepasang kekasih? Hanya menempel, tak lebih dari itu. Maaf, Pangeran, waktu kita habis, Putri Luna menunggu di belakangmu,” pamit James pergi membiarkan Rhison bersama Luna.

“Luna? Sejak kapan kau di sini? Kau mendengarkan pembicaraan kami?” tanya Rhison, kekasihnya itu hanya menggelengkan kepala dan diam. Kakinya ia langkahkan sembari menarik Rhison pergi dari sana.

Luna dan Rhison akhirnya kembali ke kastil, bahkan sepanjang perjalanan tak seorang pun berani membuka pembicaraan. Bagi Rhison, dirinya takut mengganggu suasana hati Luna.

Sesampainya di depan kamar milik Luna, Rhison memegang tangannya, “Aku ingin menemui Nona Mia terlebih dahulu, mandilah dengan air hangat, aku akan membuatkan teh hangat untukmu, cuaca masih dingin dan aku hanya tak ingin kau kedinginan,” ujar Rhison.

“Ya, sesuka hatimu saja.” Rhison menatap Luna yang melenggang masuk ke kamarnya, kemudian pemuda itu menarik napasnya lalu menatap sekujur tubuhnya yang mulai mengeluarkan cahaya berpendar berwarna coklat susu. Seperti yang dikatakan James.

Rhison pun segera mencari pelayan bernama Mia lalu mengutamakan permintaannya, “Pelayan Mia, aku ingin kau buatkan teh kamomil untuk Lunaku, bawakan segera ke kamarnya, aku tunggu.”

“Baik, Yang Mulia.”

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

“Besok kau bisa melakukan pelatihan untuk mempelajari kekuatanmu, hanya saja aku tak bisa menemanimu karena kelas perempuan dan laki-laki terpisah.” Luna hanya menganggukkan kepalanya.

“Apa ada sesuatu yang terjadi saat di rumah kucing? Kau terus saja diam, apa ini karena kesalahanku?” lanjut Rhison memancing respon dari Luna yang tak kunjung mengeluarkan suaranya.

“Hanya satu dan lain hal, tak perlu di khawatirkan,” jawab Luna cukup singkat. Setelahnya Rhison tak sempat menjawab karena suara ketukan pintu.

“Ini saya, pelayan Mia, Yang Mulia.”

“Masuklah, Nona.”

Pelayan itu menyimpan tehnya di tempat yang ditunjuk Rhison, lalu berpamitan pergi. Barulah, setelah kamar itu hanya tersisa keduanya di sana, Rhison memberikan teh itu kepada Luna.

“Minumlah, mulai sekarang kau harus sering meminum ini untuk mengendalikan dirimu.” Setelah Rhison mengucapkan hal itu, Luna hanya mengikutinya dan lagi-lagi tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Cuaca di Moonhaven kembali normal, awan hitam yang gelap telah tergantikan dengan langit yang cerah setelah beberapa saat Luna meneguk minuman hangat tersebut. Namun, Luna masih tak mengatakan apa pun.

“Pangeran, apa kau bisa berjanji untuk tidak lagi melawan Ayahmu? Aku tak ingin ... keturunanmu nanti mengikuti jejakmu, melawan orang tua atau bahkan bisa lebih buruk dari itu, durhaka.” Rhison menatap wajah Luna cukup lama, keheranan dengan perkataan Luna.

Cahaya berpendarnya mengeluarkan warna abu-abu samar, lalu Rhison berujar, “Ada sesuatu yang mencurigakan di sini. Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Apa ini alasan lain kau menangis sedari kau bangun tidur tadi?”

“T-tidak ada, ini bukan masalah besar,” elak Luna.

“Lalu mengapa kau tak ingin menceritakannya padaku jika saja itu bukan hal besar? Bukankah selain ditimpa konflik, terbuka pada pasangan pun akan semakin mempererat hubungan? Kau tak menginginkan hal itu?” Rhison terus menimpalinya, berusaha membuat gadis itu kalah berpendapat.

Luna kalah telak, gadis itu kembali menangis seraya memeluk tubuh tegap milik Rhison. Meski Moonhaven tetap terkendali, kini Rhison yang terbawa oleh suasana hati Luna. Selain dari rasa kemanusiaannya, itu pasti karena keterikatan keduanya yang semakin hari semakin erat.

“Ini pasti berat sampai kau menangis seperti itu. Lihatlah pergelangan tanganmu dan pandangi tanda jodoh kita, pandangi sampai itu bercahaya, lalu setelahnya kau bisa bertukar pikiran denganku,” usul Rhison yang langsung diangguki Luna.

“Aku lelah jika terus berbicara. Aku takut seseorang melaporkanku pada Yang Mulia Raja, lalu aku kembali di kurung di penjara lalu di cambuk lagi oleh mereka. Aku ... takut untuk berpisah denganmu, aku takut hidupku kembali kacau tanpa kehadiranmu, tolong tetap bersamaku,” ungkap Luna mencoba telepati lebih dulu seperti yang dikatakan Rhison.

“Apa yang Ayahku katakan padamu?” Luna tak berniat menjawabnya, fokusnya teralihkan pada pelukannya untuk Rhison yang semakin dieratkan untuk mencium aroma tubuhnya tanpa mempedulikan air matanya yang masih mengalir.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

@fluffyxno
Have a nice day!

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang