12 | Dua Gadis

6 5 2
                                    

“Kau berlebihan, mereka takkan menyakitimu.”

Reno bohong, sepenuhnya bohong. Luna bahkan tak mengira jika mereka akan memperlakukan ia hingga sebegininya. Apakah pemuda itu mengetahui apa yang dilakukan orang-orang itu?

“Tuan Aradhana?”

Seorang pria dengan masker yang menutupi wajahnya berdiri di hadapan Luna yang tengah terikat kuat.  Menggoreskan pedang yang digenggamnya pada lengan mulus Luna secara perlahan, “Sudah kubilang, takdir kalian itu ditentang keras oleh Negeri Kami, mengapa kau bebal?”

“Kami bersama bukan berarti jodoh, lagipula niatku hanya berteman biasa dengannya agar tidak menjadi sasaran Bloomhaven lagi, jika kalian tidak suka seharusnya jangan biarkan dia berpasangan denganku!” decak Luna sesekali meringis.

“Haha, dasar pengecut.”

“Seberapa menggiurkan tawaran dari Moonhaven sampai kau melupakan perjanjian itu, Nona? Apa hanya karena cinta?” Pertanyaan dari pria tadi membuat Luna diam membeku dengan tubuh yang bergetar takut.

Jikalau mereka benar-benar bagian dari Moonhaven, bagaimana mereka bisa menyinggung perjanjian antara ia dengan Bloomhaven? Mungkinkah mereka menyamar menjadi bagian dari Moonhaven?

“Kalian mengkhianati Rhison?”

Seorang pria lain datang dan mendorong kepala Luna menggunakan jarinya, “Kau bahkan tak memiliki etika. Bagaimana bisa ia ditakdirkan untukmu? Dasar bodoh, berhentilah berkhayal terlalu tinggi!”

Dagu Luna dicengkeram kuat hingga terasa sakitnya. Pria yang mencengkeramnya itu berujar, “Kau harus menghadapi konsekuensi atas pengingkaran janji yang telah kau lakukan pada Bloomhaven, dan atas percobaan mengelabui Pangeran Rhison.”

“Bukankah kau seharusnya bahagia karena aku tak ingin berhubungan dengan Bloomhaven?” tanya Luna dengan susah payah, setelahnya tubuh gadis itu terbanting ke lantai yang kotor.

“Berikan hukuman yang layak untuk gadis tak tau diri itu,” titah pria itu.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Dug!

Pintu gudang dibuka secara paksa, entah kali ini siapa yang mencoba mendatanginya, tubuh Luna bergetar ketakutan dengan suara berisik yang dihasilkan. Dan tak lama kemudian, pintu itu berhasil didobrak.

“Tuan Aradhana, untuk apa kau kembali lagi?”

Jay, orang yang di maksud mengernyitkan dahi, “Apa maksudmu? James, bantu aku membawanya ke Unit Kesehatan. Nona Luna, sebaiknya kau diam sampai kami selesai mengobati lukamu,” tegas Jay.

Luna mengikuti ucapan Jay untuk tetap diam selama ia diobati, selain karena ketakutan yang masih menyelimuti hatinya sedari tadi, “Jika Jay yang asli adalah dia, siapa yang mengurungku sebelumnya?” batin Luna.

“Kau ingat orang yang membuatmu seperti ini?” tanya Jay memecah keheningan. Dan Luna masih terdiam, tak berniat menjawab pertanyaan Jay.

Di sisi lain, Reno baru saja mendengar kabar mengenai keadaan Luna dan hendak menghampirinya ke Unit Kesehatan. Namun, dalam perjalanan menuju ke tempat itu Reno tak sengaja mendengar obrolan seseorang.

“Now I wonder, do we really have to do this? That would further destroy relations between the three kingdoms.” (Sekarang aku bertanya-tanya, apakah kita benar-benar harus melakukan ini? Hal itu akan semakin menghancurkan hubungan kedua kerajaan)

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang