9 | Moonhaven Kingdom

8 3 2
                                    

Suasana di kerajaan benar-benar kacau, ada banyak prajurit yang telah gugur dalam perang dan jasadnya tergeletak begitu saja. Hampir genap 2 hari Kerajaan Moonhaven diserang tiba-tiba, semua serba mendadak membuat pasukan tak sempat mempersiapkan beberapa hal.

“Kau mengingkari janji, Lorraine.” Dan semua tentu saja tentang kekuasaan wilayah. Pemimpin kedua kerajaan ini tengah saling berhadapan, beserta dendam yang tersirat dalam netra keduanya.

“Kau yang lebih dulu melanggar persyaratan dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap Pangeran, lagipula tak ada konfirmasi darimu mengenai perjodohan resmi ini dan aku hanya membiarkan Pangeran bertindak secara mandiri,” desis Raja Lorraine.

“Terusksn mengoceh, aku tak peduli. Aku tak akan menyerah dan membiarkan hidupmu tenang begitu saja.” Pria itu akhirnya pergi setelah perdebatan kecil dengan Raja Lorraine, diikuti dengan para prajurit yang masih bertahan.

“... Dan harusnya kau melatih anakmu berperang sejak kecil, bukan membangkang Ayahnya sendiri, tch,” ucapnya sebagai tanda berpamitan pada Raja Lorraine.

Apapun itu, Raja duduk sejenak dan menghela napas, tiba-tiba terpikirkan anak sulungnya yang jarang sekali mengikuti akademi dan pelatihan dalam berperang. Dan kini, dirinya, sang Ayah masih membiarkan anaknya berkeliaran di dunia yang baru dikenalnya. Dunia berbeda dari yang ditinggalinya.

“Yang Mulia,” panggil seorang anak lelaki, yang tak lain ternyata anak bungsunya. Anak itu menghampirinya dengan raut wajah sedihnya, pasti tentang sang Kakak.

“Maaf mengganggu, apakah Yang Mulia mendengar informasi tentang Kakak? Sudah beberapa hari ini aku sulit keluar kamar dan kau tak ada waktu luang untuk menemaniku, aku merindukanmu dan juga ... Kakak,” pungkasnya.

“Kemari, nak.”

Tubuh anak bernama Reynard Abellard Lorraine itu diangkat dan didudukkan di atas pangkuannya, “Rey, maafkan aku karena belum dapat memulangkan Kakakmu, kau tau Rhison adalah orang yang keras kepala dan teguh pada pendirian, 'kan?”

“Dia sedang memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi miliknya dan aku membiarkannya melatih kekuatan dengan caranya sendiri. Kau juga harus mengasah kemampuanmu agar saat Kakakmu kembali, kau sama kuatnya dengan dia.” Sedikit kalimat penenang itu rupanya berhasil membuat Rey teralihkan.

“Baiklah, terima kasih, Ayah. Kebetulan sebentar lagi aku ada pelatihan, aku izin pergi bersama dengan Kak Leon. Permisi,” pamit Rey, tak lupa sebuah usapan lembut di rambutnya ia terima dari sang Ayah.

“Jaga dirimu, dan tetap waspada. Pengawal Leon, jangan biarkan pikiranmu teralihkan, terus awasi pergerakan Pangeran,” pesan Raja Lorraine sebelum anaknya benar-benar pergi dengan pengawalnya.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Suara bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Namun, berbeda dengan Reno dan beberapa siswa lainnya, mereka menangkap sinyal tersembunyi dibalik suara tersebut.

Kode Moonhaven

Reno bergegas keluar dari kelas lalu menghilang begitu saja tepat didepan pintu kelasnya yang sudah di tutup kembali. Dengan cepat Reno telah berpindah tempat, tak hanya ada dirinya, melainkan ada juga beberapa orang pria yang berdiri dihadapannya. Tak lupa dengan Jay dan Raihan yang ikut serta.

“Kak Justin, bisa kau jelaskan apa yang baru saja terjadi? Siapa yang mengirim sinyal itu?” Jay, atau dengan nama asli Aradhana Justin itu menunduk hormat kepada Rhison Adhelard Lorraine, nama asli Reno.

“Maaf sebelumnya, Pangeran. Saya mendapatkan informasi dari Pelayan Elise bahwa kerajaan mendapat serangan tiba-tiba dari kerajaan Equestria dengan alibi kerjasama dengan kerajaan Bloomhaven, dan saya yang menyuruh James untuk mengirim sinyal melalui bel sekolah,” jelas Justin.

“Perang berlangsung selama hampir dua hari, kemarin saya menyempatkan pulang ke Negeri Mont Saint-Michel dan keadaan benar-benar kacau. Perang itu belum benar-benar berakhir, maka dari itu pengawal Justin mengirim sinyal kepada kita semua agar wilayah Moonhaven tak diambil alih,” tutur salah seorang pria dihadapan Rhison.

“Hei, bukankah kita harus memikirkan Pangeran itu juga? Dia yang mengawali kekacauan ini dengan melakukan percobaan pembunuhan. Ayolah Rhison, kau harus bisa berpikir kritis disaat seperti ini,” celetuk Raihan, yang memiliki nama asli Henry Charles dengan santainya. Tanpa peduli tatapan Justin yang mengintimidasi.

Rhison mengangguk mendengar penuturan Henry, lantas kepalanya menatap semua orang yang ada di sana, “Sebagian besar dari kalian pulanglah, selamatkan Moonhaven dari kehancuran. Percayakan aku pada Kak Justin.”

“... Beberapa dari kalian bertahan dan bantu menyelesaikan pertikaian yang ada di sini. Dan, pertemuan ini lebih baik selesai sekarang, silakan kembali ke kelas kalian masing-masing.” Reno menghentikan pembicaraannya, dan semua orang yang ada disana membungkukkan badan dengan hormat.

Chandra? Bagaimana dia bisa ada disini, dan ... untuk apa?

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

“Surga bulan ... apa kau tidak merindukan tempat itu, Reno?”

Aura berwarna hitam menguar di sekitar tubuhnya, tatkala melihat pemilik suara yang baru saja menarik perhatiannya. Rupanya gadis yang pernah diperkenalkan Jihan sebelumnya, “Adelia atau.. Adelle, hm? Kenapa kalian terus mengusik hidupku?”

“Keadaan keluargaku kacau, serta kerajaan juga diserang sebelum aku berhasil ke sini untuk menemuimu, aku membutuhkan bantuanmu,” pinta gadis itu penuh harap. Namun respon Reno ternyata di luar ekspektasinya.

“Setelah kau membiarkanku berharap sendirian dengan perasaan ini, lalu kau mengacaukan perjodohannya dengan pergi bersama lelaki itu, kau masih berani datang dengan rasa percaya dirimu? Ada dua Pangeran lain yang bisa kau mintai bantuan, berhenti mengusikku,” tolak Reno.

Raihan menatap Reno dengan ekspresi muak, “Masalah percintaan itu membuatku muak. Bagaimana bisa kau mencintainya? Kupikir kau mencintai si gadis merah,” ucap Raihan membuka obrolan.

“Gadis merah?”

“Reine Seraphina Lyon, yang selalu bersamamu sebelumnya. Kau tau arti dari seseorang yang masuk ke dalam daftar merah, 'kan? Jadi jangan curigai aku terus karena menyuruhmu menjauhinya.” Raihan tampak berjalan lebih dulu di depan dengan sedikit terburu-buru setelah mengatakan hal itu.

“Koreksi, Jihan Naura. Tapi apa salah dia? Tunggu, Adelle Lyon, mereka sama-sama dari Kerajaan Pandora? Kakak-beradik?” bisik Reno seraya menarik Raihan untuk mundur beberapa langkah dan hampir membuatnya terjungkal.

“Pandora sudah tidak ada, orang tua mereka gugur dalam perang dan Jihan lebih dulu diangkat menjadi bagian dari Bloomhaven. Menurutmu Adelia diajak olehnya? Tentu saja tidak, dia dianaktirikan sejak dulu oleh keluarganya.” Tak peduli dengan etika, Raihan menarik tangan Reno yang masih mencekal kerah bajunya.

Sebelum akhirnya tangan Reno dihempasnya, “Inilah pentingnya kau menyimak informasi yang ada di sekitarmu dengan baik. Aku bahkan mendapatkan informasi lebih banyak daripada kau yang masih tinggal di sana,” timpalnya.

Setelah cukup dengan penjelasan Raihan, Reno mengeluarkan kalung yang tersembunyi dibalik kemeja sekolahnya, lalu menekan liontin yang berbentuk bulat itu kemudian berkata dalam hati, “Strategi dimulai ... sekarang.”

Satu kalimat yang mampu didengar Raihan dengan jelas.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang