15 | Moon vs Bloom

8 3 2
                                    

“Kau benar-benar akan pulang? Kapan?” Reno mengangguk pelan, setelah beberapa saat menghabiskan waktu bersamanya, Reno pun merasa sedikit berat untuk meninggalkan Luna. Meski, hanya beberapa Minggu.

“Akhir pekan ini.”

“Bukankah terlalu cepat? Ah, tunggu. Sebelum Jay menarikmu pergi, bisakah aku mendapatkan kontakmu? Setidaknya, kita bisa berbagi kabar melalui ponsel, ‘kan?” pinta Luna, seraya menyerahkan ponselnya ke hadapan Reno.

Ponsel itu tak kunjung diambil oleh Reno dan hanya memandangi sang pemilik ponsel, “Maaf, untuk ponsel pun ada peraturan ketat. Meskipun Negeriku bisa mengikuti dunia luar dengan teknologi canggihnya, kami tak ingin tenaga manusia tergantikan dengan mesin,” ujar Reno.

“Begitu, ya,” gumam Luna kecewa.

“Tapi tenang saja, kupikir kita bisa berbicara melalui telepati, kau mau? Jika iya, biar kubantu, mendekatlah padaku.” Luna tak menjawab banyak, ia mengangguk dan mengikuti ucapan Reno yang mulai melakukan sesuatu yang tidak di mengerti olehnya.

Cukup lama Reno memegang dahinya dengan mulut yang menggumamkan kata-kata asing, Luna hanya terdiam memperhatikannya hingga selesai. Setelah itu, Reno menatapnya beberapa saat.

“Bisakah kau mendengar suaraku?”

Luna terdiam menatap Reno, suara di dalam pikirannya membuatnya sedikit bingung, “Bukankah kau sering berbicara sendiri untuk hal ini? Tapi, tadi kau berbicara dalam hati? Bagaimana bisa?” tanya Luna.

“Benar, itu peraturan sekarang. Aku ingin mengubah cara agar telepati bisa dilakukan dengan berbicara dalam hati tanpa menguras energi terlalu banyak, karena menurutku peraturan sekarang ini akan membuat rencana dapat di ketahui oleh mata-mata.”

“Ya, idemu bagus.” 

Semua rakyat dari Kerajaan Moonhaven tengah berkumpul di lapangan kosong dan mencoba menyatukan kekuatan untuk membuat portal menuju Negeri Mont Saint-Michel. Namun, Reno masih memisahkan diri.

Pikirannya teringat pada Luna, “Kak Jay, bisakah aku mengabari Luna terlebih dahulu? Hanya sebentar saja, kumohon,”celetuk Reno menghentikan aktivitas di depannya. Jay sendiri menatapnya dengan tatapan tak percaya.

“Kau ingin membawa semua kucing ini, tak ingin membantu membuat portal, dan sekarang di saat portalnya hampir siap kau ingin mengabari manusia biasa itu? Ayolah, tuan, kita kehabisan waktu?!” tolak Jay.

“Baiklah, lakukan sesukamu.” Reno akhirnya melangkah pergi mendekati mereka dan ikut menyatukan kekuatan. Raut wajahnya membuat orang-orang di sekitarnya merasa tak enak hati, pun mereka tak dapat berbuat apa-apa.

“Tunggu, untuk apa aku ikut dengan kalian? Aku tak mau! Hidupku disini,” celetuk Raihan mundur beberapa langkah. Namun belum sempat kabur, Jay menariknya kembali ke dalam kumpulan.

“Energimu sangat di butuhkan, jadi diam jika tak ingin diseret secara paksa,” tegas Jay. Pria itu rupanya tengah dalam suasana hati yang buruk.

“Baiklah,” lirih Raihan.

“Luna, maafkan aku karena tak bisa berpamitan secara langsung padamu, aku harus pergi sekarang, semoga kau mendengarku,” batin Reno.

Selang beberapa menit kemudian, portal akhirnya siap. Reno dan Jay di dahulukan berjalan terlebih dahulu melewati portal tersebut, di lanjutkan dengan yang lainnya. Mereka terus berjalan hingga akhirnya melewati gerbang pembatas Mont Saint-Michel.

Sepertinya ada yang aneh, meski termasuk di barisan depan, Henry—Raihan— merasa bahwa orang-orang yang melewati portal itu terlalu banyak. Akhirnya, setelah Rhison dan Justin menghentikan langkahnya, Henry menoleh ke belakang.

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang