07 | Kilas Balik

10 6 2
                                    

“Hai semuanya, saya Chandra.”

Perkenalan yang begitu singkat bagi siswa baru, bahkan pemuda itu tak memperkenalkan nama lengkapnya hingga situasi canggung sedikit menyelimuti seisi kelas. Guru wanita yang tengah mengajar di sana paham dengan sikap Chandra kemudian melanjutkan ucapannya.

“Baiklah, semoga kamu dapat bersosialisasi dengan baik bersama teman sekelasmu, sekarang silakan kamu duduk di kursi yang tersedia," ucap Guru tersebut, Chandra sendiri hanya mengangguk pelan dan menghampiri tempat duduknya.

Chandra sedikit kebingungan, mengapa siswa-siswi di kelasnya terlihat segan dan canggung padanya? Sejujurnya, ia tak terbiasa dengan sebuah perkenalan, toh untuk apa? Semua orang mengenalinya.

Pikirannya mengenai teman-teman sekelasnya lantas buyar seketika kala netranya menatap teman sebangkunya yang lebih menarik perhatiannya. Entah siapa nama siswa itu, yang pasti Chandra penasaran, terlebih dengan sikapnya yang acuh terhadap kehadiran Chandra.

“Siapa namamu?”

Bukan hanya acuh, rupanya teman sebangkunya ini terlihat risih dan tak suka, hal itu terbukti dengan caranya menanggapi sapaan Chandra, “Jangan mencoba untuk berteman denganku,” sahutnya. Rupanya, Chandra ditolak sebelum meminta.

“Kursi kosong masih ada, bagaimana bisa siswa baru itu tertarik sebangku dengan anak aneh dengan aura seramnya itu? Menurutku, lebih baik sendiri daripada tertular aura seramnya,” bisik siswa lain yang tak jauh dari tempat Chandra duduk.

“Jika kau menjadi dia, belum tentu kau dapat bertahan duduk sendiri, jadi berhenti menularkan energi negatifmu!”

Meskipun kedua siswa asing yang tak dikenalnya itu berbicara dengan suara yang begitu kecil, Chandra dapat mendengarnya. Pun, ia tak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan mengenai teman sebangkunya.

Memangnya siswa ini kenapa?

Namun, jujur, dunia yang ditempatinya ini membuat Chandra semakin penasaran. Terlebih, ketika satu persatu nama siswa disebut untuk absensi. Kini, Chandra tau bahwa ia tertarik untuk menelisik kehidupan seorang pemuda bernama Reno Ardelino.

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Reno bergegas keluar setelah bel tanda istirahat telah berbunyi, persetan dengan segala pengganggu dan suasana hatinya. Setelah melakukan telepati bersama Jay, keduanya bertemu di sebuah lorong di depan ruang perpustakaan.

“Sam... ”

Belum sempat Reno mengeluarkan keresahannya, Jay lebih dulu menyebutkan sebuah nama yang membuatnya terkejut, “Dia... di sekolah ini? Tapi, bagaimana bisa? Bukankah ini daerah pelosok yang sulit dilacak katamu?”

“Maafkan saya, yang lebih penting di sini adalah kehadiran mereka bukanlah suruhan Yang Mulia Raja, jadi sebaiknya kau berhati-hati dengan siswa baru yang ada disini, saya tak bisa membantu anda secara langsung,” jelas Jay.

“Mengapa semuanya semakin rumit?”

Jay bingung bagaimana menanggapinya, terlebih ini pengalaman pertama Tuannya menghadapi musuh sendirian, tanpa prajurit atau orang-orang lainnya yang biasa membantunya di kerajaan. Tak lama Jay berceletuk, “Apa lebih baik kita pulang ke Negeri kita?”

“Untuk opsi itu akan tetap aku tolak, aku menikmati hidup bersama manusia biasa disini. Tidakkah kau menikmatinya? Ini menyenangkan! Tak ada pertumpahan darah, pedang, atau perebutan kekuasaan,” tolak Reno dengan raut wajah senangnya, meski suasana hatinya tetap kacau.

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang