14 | Kau Akan Pulang?

6 5 2
                                    

“Bagaimana jika ... aku saja?”

“Apanya yang kau saja?”

“Hanya aku yang bisa menenangkan Reno, sebagai imbalan untukmu, aku akan merahasiakan pengkhianatanmu,” bisik Jihan di telinga Chandra.

Namun pemuda itu sama sekali tak tertarik, ia ikut berbisik di telinga Jihan, “Sam, tahukah kau? Jihan menjebak Reno dan memperumit masalahmu. Sebenarnya aku bisa saja menjodohkan kalian berdua sekarang, namun ... Dia belum mau melepas mantra itu.”

“Sialan kau, Chandra!”

Chandra tertawa puas, “Telepatinya belum terputus, Ervin masih dapat mendengar umpatanmu itu. Benar, 'kan, Sam?” ujarnya. Walaupun hanya Chandra yang dapat mendengar ucapan Ervin, Jihan percaya begitu saja.

“Ervin, dia pengkhianat!” seru Jihan.

“Kau terlambat, aku memutus telepatinya lebih dulu. Tarik mantra itu jika tak ingin Ervin yang turun tangan langsung untuk memarahimu. Oh iya, aku tak mengkhianati Ervin, jadi jangan berspekulasi aneh-aneh tanpa bukti. Selamat tinggal.” Akhirnya, Chandra pun pergi.

“Menyebalkan.”

ᕙ⁠(⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)⁠ᕗ

Raihan telah tenang dari emosinya, ia kembali berkumpul dengan orang-orang dan menyatukan kekuatan mereka. Membiarkan Jay yang masih menjadi sasaran kemarahan Reno, “Maaf, kak Jay,” gumam Raihan.

Lalu tak berselang lama, Luna menampakkan dirinya di depan Reno dan Jay, setelah bersembunyi dibalik sekumpulan warga dari Mont Saint-Michel dan mencoba mendekati Reno secara perlahan.

“Reno?” Yang dipanggil pun menoleh, menatap sinis ke arah Luna yang ketakutan, Reno mendorong tubuh Luna hingga berbaring di lantai lalu menatap wajah gadis itu masih dengan penuh emosi.

“Kau ... mencoba memisahkanku dengan Jihan, ‘kan?” Luna tak menjawab, gadis itu menenangkan dirinya sendiri dari rasa takut, lalu dengan pelan ia ulurkan tangan untuk menyentuh pipi Reno dan mengelusnya pelan.

Lantas Luna pun berujar,Calm down, I'm here.”  Tak ada pergerakan apapun dari Reno, ia masih berjongkok di depan tubuh Luna. Raut wajahnya pun semakin tenang dan akhirnya kembali ke wajah datarnya. (Tenang saja, aku di sini.)

Jay lantas menghampiri keduanya setelah melihat raut wajah Reno yang telah berubah, menatap wajahnya tanpa ekspresi, lalu berkata, “Mantra itu belum sepenuhnya hilang, kau hanya menenangkannya.”

“Harus Jihan yang menarik mantranya, ya?” sahut Luna. Dan Jay hanya menganggukkan kepala.

“Atau mungkin ... kau bisa mengajaknya berjalan-jalan mengenal daerah sekitar sini dan bantu Reno menyegarkan pikirannya. Reno, kau mau, ‘kan?” usul Jay.

“Bagaimana dengan Jihan?” Mendengar nama gadis itu disebut lagi membuat Luna kesal, ia bangkit lalu menarik lengan Reno dan menyuruh Jay membuka kunci pintu aula. Keduanya keluar bersama.

“Di dekat sini ada lahan kosong yang banyak ditinggali kucing, kau menyukai kucing?” celetuk Luna membuka obrolan. Reno hanya mengangguk dan tak mengatakan apapun lagi. Membuat Luna merasa canggung.

Tak terlalu dekat dari area sekolah, namun Luna yakin keduanya takkan terkena masalah karena telah keluar dari gedung sekolah. Cukup lama keduanya berjalan, dan Reno mulai sedikit kesal.

“Di mana kucingnya? Kau menipuku?” Luna menunjuk ke depan, di mana di sana terdapat sebuah lapangan kecil tak terpakai yang dikelilingi pohon yang rindang. Beberapa kucing terlihat tengah santai dibawah pohon, berteduh dari teriknya panas matahari.

Bonjour, Prince! [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang