Mango milk

4.6K 385 14
                                    

Attention! Mengandung unsur kemanjaan diluar kenyataan!

Hallo, happy reading guys ...

Maaf up lagi, hehe

Enjoy yaa ...

Jika berkenaan mari klik tombol bintang agar memiliki warna indah dan memenuhi kolom komentar untuk menyemangati saya, terimakasih:)

Typo, harmak ...

*****

Sejak kejadian kemarin, seorang remaja kecil bernama Angger tak hentinya menempel pada Imge. Hingga membuat Gemta cemburu.

Angger menyandarkan wajahnya pada bisep ketat Imge, matanya sayup-sayup menahan kantuk. “Om, mau susu. Angger mau susu mangga,” pintanya.

Imge dengan telaten menimang anak itu bak balita. Digendong, dipuk-puk, dikecup serta dimanja, yang dirawat seperti anak sendiri.

Susana di ruang keluarga itu terasa sangat panas untuk satu pemuda di sana.

Gemta yang sedari tadi duduk di sofa memperhatikan kedua orang itu beranjak dari duduknya. Memeluk tubuh Imge dari belakang. Bibir anak itu manyun semanyun-manyunnya, akibat kesal karena cemburu. “Imge, adek mau susu juga, susu mangga,” pintanya tak kalah manja.

Imge memejamkan matanya, menghembuskan napas berat. Sekarang, bebannya bertambah. Mengurus Gemta yang sangat manja saja terkadang ia sudah kwlahan, sekarang ditambah dengan satu anak manja lagi, tapi tidak apa-apa itu sudah keputusan mereka bersama.

“Tidak ada susu mangga, susu vanilla saja, ya,” bujuknya pada kedua anak itu.

Angger menggeleng, diikuti oleh Gemta. Jika Angger tidak mau, ia juga harus tidak akan mau. Ia tidak mau kalah dari Angger! Angger tidak boleh mengambil miliknya, bukan? Jika mau, papanya saja, jangan Imge. Begitu pikirnya.

“Gemta, bukannya kau suka susu vanilla? Kenapa tidak mau?”

Gemta tidak menjawab, ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh besar itu. Amat besar dan tinggi, seperti pemain basket internasional.

“Dan kau, Angger. Kau baru saja minum obat, tidak baik jika langsung minum susu. Alergimu akan lama sembuh jika begitu,” omel pria itu.

Benar, Angger baru saja meminum obat alerginya terhadap coklat beberapa detik lalu. Masih ingat bukan, dengan coklat panas yang diberi Imge sebelumnya? Awalnya Angger ingin menolak, tapi ia suka coklat! Bagaimana bisa menolak?!

“Mitos, Om!” sangkal anak itu.

Tak peduli dengan penuturan Angger, Gemta berkali-kali menyusakkan wajahnya di punggung Imge, menandakan jika ia mau dimanja. “Imge, adek mau susu mangga,” pinta pemuda itu lagi.

“Om, Angger juga mau susu mangga.” Angger memukul-mukul dada bidang imge. Pria itu harus menuruti permintaannya, persetan dengan obat yang baru saja diminum.

Gemta? Pemuda itu turut ikut menepuk-nepuk punggung Imge saat melihat Angger memukul-mukul dada Imge. Ia juga tidak mau kalah, permintaannya juga harus dituruti. Harus! Dan harus!

“Tidak! Tidak ada dan tidak akan ada!” suara tegas itu sontak menghentikan kegiatan dua anak berbeda usia itu. Mereka ketakutan, suara itu begitu tegas dan dingin.

Angger menyembunyikan wajahnya di dada Imge, sedangkan Gemta, bersembunyi di balik kaos yang dikenakan pria itu. Di dalam sana, Gemta terisak, memeluk erat tubuh besar itu, untuk pertama kalinya, Imge membentak anak itu. Membuat Gemta takut tak karuan.

AnggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang