Jealous?

2.8K 286 14
                                    

Happy reading!

Enjoy aja lah

Jangan mengumbar komentar tidak baik hanya karena cerita khayalan saya. Aku hanya meminta komentar baik atau masukan ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Kepala saya sakit ...

Benjolan di bawah telinga itu kenapa ya?

Hanya secuil cerita bersama senja, konflik belum muncul, sabar ya cinta-cintaku...

*****

Ijin promosi bentar ya

Milik temanku Min_Suga0-0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Milik temanku Min_Suga0-0

Singgah ya, terimakasih

Muah

*****

Suara dering ponsel mengusik pemuda yang baru saja terpejam. Ia mengerjap, melihat ke arah ponsel yang ada di atas kepalanya. Meraih ponsel itu dengan malas kemudian berdecak saat mengetahui bukan ponsel miliknya yang berbunyi.

Lagi, dering ponsel terdengar. Ia melirik ke arah si adik angkat yang sedang tertidur. Melihat saku celana pendek anak itu yang bergetar.

Pemuda itu, Difkie. Mendudukkan tubuhnya, kemudian perlahan mengambil ponsel Angger dari saku celana pendek anak itu.

Seraya mengusap mata, Difkie melihat beberapa pesan masuk. Membuka ponsel Angger yang kebetulan tidak dikunci. Sedikit lancang, tapi ia hanya ingin mematikan suaranya saja.

Difkie mengernyit, saat banyak pesan juga panggilan tak terjawab, dengan berat hati ia melihat pesan menumpuk itu. Keningnya mengernyit disertai matanya yang menyipit, saat melihat beberapa pesan masuk juga pesan yang beberapa menit lalu sudah terbaca.

“Papa akan jemput kamu besok.”

“Angger sayang, atok lagi butuh kamu, nak.”

“Pulang ya, besok papa jemput.”

Difkie semakin membelalakkan, saat melihat satu foto yang dikirim oleh ayah kandungnya Angger dan tampak sudah terlihat sebelumnya. Foto itu berisi satu pria tua yang sedang tertidur di brankar dengan berbagai alat medis di tubuhnya.

Beberapa pesan baru yang Difkie baca berisi bujukan rayu Leandra Harsa Margaja, si ayah kandung anak itu agar sang anak bersedia untuk pulang bersamanya.

Setelahnya, Difkie mematikan ponsel itu dan meletakkannya Angger di dekat bantal, kemudian menatap lekat-lekat si adik bungsu.

Tangan itu mengusap lembut surai Angger, tersenyum sendu lalu berkata dengan lirih, “Berat banget ya? Pasti lagi bingung, hm?”

AnggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang