Regret

1.8K 229 17
                                    

Happy reading

Spesial 100k pembaca, santai Je tidak bikin kalian pusing, ahahah

Masih enjoy?

Harus enjoy yaa ...

Dikit-dikit terungkap nih, si bocil anak siapa, huhuhu

*****

Dosa, perbuatan yang rasanya hampir dimiliki setiap insan di dunia. Sama seperti lelaki yang kini duduk termenung di ruang kerjanya.

Satu kaki bertumpu ke atas, mata indah yang ia punya menilik jajaran pohon dari balik jendela kaca. Sejenak, ia memejamkan mata untuk mengusir pikiran masa lalunya.

“Semua memang kesalahanku, maaf ....”

Kala itu, tepat tengah malam. Di bar salah satu kota ternama, yang ramai pengunjung juga pelayannya. Baik pelayan bar, maupun pelayan nafsu.

Tepat hari itu, pikiran si pria tegap tersebut berkecamuk, merasa kacau dengan masalah baru yang ia jalani. Keinginan yang selama bertahun-tahun belum terpenuhi.

Minum apapun yang dapat memabukkannya. Setidaknya, ia bisa menghilangkan rasa runyam dalam pikirannya dalam sejenak.

Alan biadab!” menghentak kuat-kuat gelas di tangan pada meja di hadapannya.

Manik tajam miliknya melirik siluet gadis manis berpakaian mini. Dada juga paha yang amat terekspos, rasanya mengundang hasrat si pria tampan. Berjalan dengan sempoyongan, membawa langkah mendekati si gadis manis.

Ia mengusap pipi semburat merah itu, lalu berujar, “Mau bermain? Tiga atau lima ronde, hm?

Seperti hasratnya yang membuncah, kejadian tak mengenakkan, juga panas itu terjadi. Ia menyesal, merasa amat mengkhianati orang-orang tersayangnya.

Lagi, setelah beberapa bulan setelahnya ia mendapat kabar jika gadis muda tersebut mengandung, salahkan saja dirinya. Tidak pakai pengaman!

Mungkin, ini dapat dikatakan rahasia, hanya satu pria yang lebih muda darinya yang sanggup ia beri tau. Penyuruh yang rela berkorban demi membereskan masalahnya. Namun, masalah itu belum sempat beres. Alan, nama si pesuruh.

Si pembuat dosa bukan lelaki tega diri, bagaimana pun ia akan tetap menerima anak yang tak sengaja ia perbuat di malam itu. Jika saja, malam bulan kelahiran si gadis rela memberi bayi tersebut pada dirinya.

Na'asnya, belum sempat menjenguk bayi kecil, ia tak lagi mendapat kabar gadis manis di bar itu, juga bagaimana kabar anaknya.

Ia menghela napas dalam, masih asik melihat pemandangan tak kalah bagus untuk matanya. “Aku ingin anakku, darah dagingku.”

*****

Anak adalah karunia paling berharga bagi orang yang menginginkan. Jika saja dulu ia sudah menginginkan sosok mungil itu, mungkin sekarang ia masih punya harta paling berharga.

Jari-jari lentiknya menggapai satu foto yang terpajang di meja kerjanya, foto yang sempat ia ambil waktu dulu. Melihat lamat wajah bayi yang menurutnya mirip-mirip pada saat itu. Sekarang, ia sudah pandai membedakan wajah bayi.

Bayi laki-laki dalam bingkai foto yang kini amat ingin ia temui, untuk sekedar meminta maaf, atau jika saja ia masih diberi waktu untuk membahagiakan.

Ia adalah, gadis manis di bar waktu dulu. Kini hidupnya terlihat lebih mapan. Amerta, sosok yang kini sudah lebih dewasa.

AnggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang