Hallo honey
Sesuai janji ....
Happy reading yaa
Enjoy
Typo harap maklum, okee?
Muah ...
*****
Suasana ramah angin yang menghembus menyapa dua wajah yang amat mirip. Kelopak mata bulat dengan manik berbeda yang memang tak ia turunkan pada sang putra.
Duduk pada salah satu tempat kesukaan putranya yang rasanya sudah lama tak mereka nikmati, tepat setelah kejadian bodoh itu.
Angger yang duduk bersandar pada dada bidang ayahnya sembari mengunyah jajanan manis yang sempat ia minta beberapa menit lalu. Pipi yang menggembung itu tak habisnya menjadi daratan kecup manis dari Asa.
"Anak Papa akan semakin gendut, jika mengunyah terus tanpa henti," digigitnya pipi besar itu, yang membuatnya mendapatkan buah pukulan manis di paha.
Anak itu tampak tak peduli, kue keju di tangannya lebih menarik dari apapun.
"Papa ..." suara rengekan itu mengalihkan pandangan Asa yang semula menatap burung-burung di awan menjadi pada putranya.
Ia paham, ke mana arah rengekan yang baru saja mengalun. Ia terkekeh tipis, melihat bungkus kue keju yang telah kosong, menyisakan sedikit krim manis berwarna putih.
"Mau lagi, hm?" dibalas gelengan oleh Angger. "lalu, Angger mau apa, sayang?"
Ia mengubah posisi menghadap sang ayah, memukul dada bidang lelaki itu. "Seret, Pa. Angger seret! Papa, nggak kasih Angger minum! Gimana, sih?!" omelnya.
Asa tertegun, ingin tertawa pun tak sanggup. Bodohnya ia yang lupa membawa minum ke atas sana.
"O-oke, sebentar. Papa ambilkan, anak gandut tunggu di sini, oke?"
Angger mengangguk lucu, membiarkan sang ayah turun dari rumah pohon. Namun, tak lama sang ayah kembali dengan ujaran yang amat bosan jika ia dengar tiap kali mereka berada di atas sana.
"Jangan coba-coba turun sendiri, ini sangat berbahaya. Putra Papa sangat tau, kan? Rumah pohonmu ini sangat tinggi."
Setelahnya, Asa benar-benar meninggalkannya.
Angger menikmati suasana sejuk di teriknya siang hari. Angin yang terus berhembus seakan menghempas rasa kalutnya hari kemarin. Sesekali, ia memasukkan makanan ringan ke dalam mulut.
Ia mencebik sekali, "Kenapa nggak ada coklat?! Katanya Papa kaya, masa beli coklat aja nggak sanggup, sih?!" ujarnya kepalang kesal.
Siapa yang tak kesal, jika saja makanan paling disukai terlupa untuk dibeli. Terlebih, saat rasa dalam hati sangat menginginkan. Uhh ... Angger benci afeksi ini, kesal hanya karena makanan.
"Papa ... Angger mau coklat juga ..." teriaknya, tak peduli jika teriakan itu bahkan tak akan terdengar ke sebrang sana.
"Kalau banyak uang, nggak boleh pelit, tau ..." sambungnya.
Kembali hening, ia lebih memilih menatap pemandangan yang cukup bagus untuk dilihat siang hari. Menelisik setiap sudah tempat yang rasanya sudah lama tak ia singgahi.
Maniknya menajam, kala melihat pagar rumah yang terbuka. Memperlihatkan sosok wanita tua yang masuk juga melambaikan tangan. Ia melirik ke segala arah, siapa tau wanita itu tak melambai padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angger
Teen FictionSemua bermula saat orang tuanya berpisah, hidup sendiri tanpa ada yang mengasihani. Hidupnya berubah 180°, ia ingin menyerah, tapi tidak kunjung mati. Sampai di mana, ia ingin mengakhiri semuanya. Tidak menolerensi penjiplakan! Jika menemukan cerita...