Hallo, Angger kambek! Yuhuu
Happy reading guys...
Enjoy yaa
Btw, jika bersedia harap vote dan komen.
Terimakasih!
*****
Aleandra Harsa Margaja, lelaki bengis yang kini sedang berkutat dengan pikirannya yang berkecamuk. Ia benar-benar frustasi.
Tangannya dengan gusar membuka kunci rumah lamanya. Rumah yang dulu ia tempati bersama keluarga kecilnya yang tampak begitu bahagia. Bahkan, senyum putranya, Angger rasanya tidak pernah turun.
Ia menggebrak pintu itu dengan tak sopan. Ia berharap, jika Angger ada di dalam, anak itu akan tersentak dan sadar bahwa ada yang datang.
“Angger! Kau di mana sayang?!” tidak ada jawaban, hanya angin sepi yang membalas ucapan itu.
“Angger! Ini papa, nak,” teriaknya lagi. Namun, percuma saja tidak ada jawaban sama sekali.
Manik madu itu menelisik sekeliling, melihat rumah yang tampak begitu sepi. Seperti tidak ada kehidupan.
Dengan cepat ia menaiki anak tangga, untuk mencari putra kesayangannya itu. Sungguh! Ia harus menemukan anak itu. Ini salahnya yang telah meninggalkan anak itu dengan bodohnya.
“Angger! Anak gandutnya papa, Angger di mana , sayang?” jurus miliknya yang selalu ia keluarkan saat Angger sedang merajuk. Memanggilnya dengan panggilan 'anak gandut'.
Pintu kamar bernuansa biru muda itu terbuka dengan kasar. Harsa menelisik tempat itu, tapi tak juga ia temukan anaknya. Membuka gundukan selimut yang ternyata terisi guling. Tak lupa ia juga sempat mengecek kamar mandi, siapa tau anaknya sedang berada di dalam sana.
Nihil, tidak ia dapatkan apapun dari sana. Angger benar-benar menghilang. Sekarang, ia harus mencari anak itu di mana?
Sungguh! Harsa sangat membutuhkan putranya itu. Putra sematawayang serta bungsunya.
Bahu lelaki itu merosot, ia mendudukkan diri di kursi yang ada di meja belajar milik Angger. Tangannya perlahan meraih satu bingkai foto saat matanya tak sengaja melihat figur itu.
Bingkai itu berisi dirinya, Angger serta sanga mantan istri. Tersenyum dan saling merangkul bak keluarga paling bahagia di dunia, tapi nyatanya kini tidak begitu.
Senyum tipis timbul dari bibirnya. “Papa harus menemukanmu, Angger. Kau adalah kunci dari segalanya,” ujarnya mantap tanpa keraguan yang sedikitpun.
Lagi, tangannya yang bebas meraih saku celananya, mencari benda pipih di sana. Menggulir kontak untuk mencari seseorang yang akan ia hubungi.
Tak butuh waktu lama, sekali panggilan saja orang tersebut sudah menerima sambungan.
Harsa menghela napasnya pelan, mengatur suasana hatinya agar lebih tenang. “Hallo, selamat siang bapak Usman. Saya ... Orang tua Angger Harsa Margaja.”
“Hallo, pak. Selamat siang. Maaf, ada yang bisa saya bantu, pak?”
Harsa kembali mengatur deru napasnya yang semula memburu. “Saya mau nanya, pak. Apakah Angger berangkat ke sekolah pagi ini, pak?” tanya lelaki itu.
“Maaf sebelumnya, pak. Wali kelas Angger Harsa Margaja sempat melapor pada saya, selaku kepala sekolah. Bahwa, anak bapak sudah hampir dua minggu tidak masuk sekolah, pak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Angger
Teen FictionSemua bermula saat orang tuanya berpisah, hidup sendiri tanpa ada yang mengasihani. Hidupnya berubah 180°, ia ingin menyerah, tapi tidak kunjung mati. Sampai di mana, ia ingin mengakhiri semuanya. Tidak menolerensi penjiplakan! Jika menemukan cerita...